Assalamualaikum
Day 13 (out of 2 days challenge)
Rabu, 13 Desember 2017
Challenge
Mama Tidak Boleh Kerja
Semalam sebelumnya, aku pun terpaksa untuk menginap di rumah ibuku (alias nenek Cilla yang ada di daerah Jagakarsa) karena aku pulang cukup malam dan badanku sudah tidak kuat untuk meneruskan pulang hingga ke Depok. Aku terbiasa bangun lebih pagi untuk menyiapkan berbagai keperluan Cilla sekolah. Badan yang tidak mau bekerjasama ini pun dipaksa untuk menuruti keinginan otak yang memintanya untuk melakukan beberapa hal. Mungkin kalau si anggota badan diberi mulut, ia pun akan lantang berteriak, "Tidak...!".
Cilla pun bangun pagi dengan sempoyongan melihat mamanya yang telah rapih. Ia pun tahu bahwa melihat mama rapih berarti mama kerja. Analogi sederhana yang ngena banget menempel di pikiran anak. Ia sempat terduduk di tempatku berdiri dan merajuk sambil memegangi kaki mamanya, "Mama gak boleh kerja!". Kesalahan yang aku lakukan saat itu adalah aku tidak langsung memposisikan level mataku agar sejajar dengannya saat menjawab keinginannya. Hal ini mungkin secara tidak aku sadari adalah bentuk dari perasaan bersalah dengan keputusan yang harus dilakukan. Aku pun berusaha untuk meyakinkan padanya bahwa hari ini harus bekerja karena mama sudah berjanji pada orang, posisiku berbicara dengan level mataku yang lebih tinggi darinya saat posisi dia duduk sedangkan aku berdiri. Aku meyakinkan ini pun dilakukan agar bisa memenuhi kebutuhannya. Ia pun menjawab bahwa ia tidak butuh uang. Ia lebih memilih ingin diantar-jemput oleh mamanya nanti sekolah.
Aku paham dengan kondisinya. Ayahnya juga sedang giat untuk mencari cara mendapatkan posisi keuangan yang lebih aman. Namun, hal ini belum bisa dilakukan dan Allah SWT sedang lebih banyak mempercayakan keuangannya mengalir melalui tanganku. Aku pun berusaha untuk meyakinkan dan tidak untuk juga memaksakan kepadanya bahwa kondisi yang ada mengharuskan mamanya juga turut membantu keuangan keluarga sehingga beberapa hari ia tidak bisa diantar-jemput oleh mama. Saat kondisi berkeras tetap dijalankan oleh Cilla, aku pun memeluknya dan mengatakan bahwa mama harus melakukan hal ini untuk kepentingan Cilla. Aku pun minta maaf dan mengatakan bahwa aku sayang sama Cilla dan harus cari uang untuk sekolah Cilla. "Cilla mau sekolah kan?", tanyaku. Ia pun menjawab mau. Aku memeluknya dan mengatakan sabar ya nak.
Bisa dilihat bahwa ia sebenarnya tidak puas dengan jawaban tersebut. Yang ia masih tahu bahwa mamanya harus ada antar-jemput dirinya. Tidak bisa disalahkan karena itu adalah bagian dari keinginan anak. Aku pun mengajaknya untuk mandi dulu. Seperti biasa, ia bisa mempersiapkan dirinya sendiri. Ketika sudah siap aku pun memeluknya dan mengatakan terima kasih bahwa dia sudah mau bersabar untuk kondisi saat ini. Ia sempat menjawab tidak mau sabar. Aku pun menjawab, "Iya mama minta maaf ya. Mama makasih Cilla sudah mau ngerti mama".
Pemikiran mandiri seperti ini memang adalah sebuah tantangan untuk working mom. Ada kondisi dimana anak meminta perhatian disaat dirinya merasa kurang. Ini pun tidak bisa disalahkan karna pada dasarnya memang wajar bahwa anak meminta perhatian dari orang tuanya. Aku pun sebisa mungkin untuk tetap memenuhi kebutuhan sentuhan dan kata-kata sebagai tanda bahwa tuntutan kemandirian yang dihadapi ini bukan bentuk pengabaian dirinya. Akan tetapi sebuah proses belajar untuk sama-sama mencapai tujuan yang sama dalam keluarga dan kami sebagai orang tua tetap menganggap dia penting bagi kami.
Fighting together to achieve family goals is hectic, but afterwards hoping there is a light on the end of the day
Wassalamualaikum
#harike13
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar