Day 1 (16 days left)
Games Level 2 Challenge
Chapter 1: Mengenakan Pakaian Sekolah Sendiri (+bonus makan mie sendiri)
Assalamualaikum
Again...masuk games level 2 Chapter 1. Yeay...Tantangan kali ini aku akan berpartner dengan si cilik Naysilla Zafira Chyara Setiawan atau biasa dipanggil Cilla hihihi...
Ini dia si Cilla 6 tahun yang lalu tepat di tanggal 28 November 2017. Itu adalah saat bersejarah dari kelahiran buah hati pertamaku dan semoga bukan yang terakhir ya sayang.
Sedikit review untuk lebih mengenal Cilla. Kata orang kalau tidak kenal maka tidak sayang kan. Dia adalah anak perempuan dengan rambut sebahu berkulit sawo matang. Yang paling menonjol pada dirinya adalah sangat aktif bergerak. Layaknya anak laki-laki, ia senang loncat sana-sini serta melesat berlari cukup kencang. Orang pun kerap mengatakan bahwa baterainya sangat tahan lama seperti tidak kenal lelah. Oh sayangku aku sangat bangga padamu Nak. Aku bersyukur ya Allah SWT untuk berkah indah yang telah kau berikan ini. Semoga kedua orang tuamu masih bisa mengemban amanah yang luar biasa ini ya Nak.
Tugasku kali ini kudu memilih kemampuan kemandirian yang ingin ditingkatkan. Aku memilih mengenakan seragam sekolah sendiri. Kenapa? Sebenarnya dia sudah mandiri untuk mengenakan seragam sendiri. Akan tetapi hal tersebut masih belum konsisten dan masih cenderung belum dikerjakan dengan tepat. Harapannya selama lima hari ini target dia bisa konsisten memasang sendiri seragam dengan rapih. Walhasil mama dan anak telah membuat kesepakatan di pagi hari, taruhlah sebuah kontrak lisan bahwa ia akan memakai seragam dengan rapih. Heem...tentu akan ada evaluasi di tiap pagi berangkat sekolah. Yeay...
Aku memang sudah punya dasar dari teori yang aku pelajari sebelumnya di kampus bahwa anak memiliki perkembangan kemampuan berpikir yang akan bergerak keatas sesuai dengan usianya. Oleh karena itu, aku menggunakan skema tersebut untuk menstimulus apa yang memang sudah ada pada diri anak tersebut. Salah satunya adalah melalui kemandirian. Yes, kemandirian adalah fondasi anak untuk memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuan yang ia miliki.
Piaget sangat tertarik dengan dunia perkembangan kognitif anak bukan hanya sekedar berdasar pada seberapa baik ia akan berhitung, mengeja, ataupun menyelesaikan masalah seperti yang kita tahu sebagai IQ (taraf kecerdasan). Ia lebih tertarik untuk mengulas konsep dasar seperti ide akan angka, waktu, kuantitas, sebab-akibat, keadilan, dan seterusnya. Oleh karena itu pada tahun tersebut, ia adalah psikolog pertama yang membuat penelitian sistematis tentang perkembangan kognitif anak yang bersifat hirarki. (1936, https://www.simplypsychology.org/piaget.html) dan (https://www.kompasiana.com/rofiqohlaila8/piaget-dan-teori-tahap-tahap-perkembangan-kognitif_5539f9b96ea8348709da42ce).
Berikut adalah teori perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Piaget (1936):
1. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Perkembangan dari kegiatan motorik dan persepsi yang sederhana, menggunakan pengolahan otak paling sederhana yakni skema. Pembeda yang penting pada tahap ini adalah bahwa mereka tahu bahwa objek itu akan tetap ada meskipun disembunyikan.
2. Tahap Preoperational (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini pembedanya adalah pemaknaan akan simbolisasi pada suatu objek ataupun simbol tanda berdiri untuk suatu hal di luar dari hal tersebut. Pada tahapan ini anak masih kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Pemikirannya memang masih berputar pada dirinya saja atau disebut, egosentris. Mulai berkembang konsep intuitif. Anak pun mulai bisa mengelompokkan suatu benda dalam suatu kriteria atau klasifikasi tertentu.
3. Tahap Concrete Operational (usia 7-11 tahun)
Menurut Piaget, ini adalah tahapan yang paling penting karna disini mulai muncul logika dan pemikiran yang bersifat operational untuk benda-benda yang bersifat konkrit. Proses operational berarti sudah bisa berimajinasi ataupun membayangkan di kepalanya tentang suatu proses kerja. Anak sudah memiliki kemampuan untuk memikirkan kemungkinan. Akan tetapi, anak belum mengetahui tentang prinsip-prinsip suatu hal. Anak belum mampu berpikir secara abstrak.
4. Tahap Formal Operational (usia 11 tahun keatas)
Anak sudah mampu berpikir dengan logis dan abstrak. Anak sudah memiliki kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan hipotesa.
Sejalan dengan hal tersebut, "Guru Neuropsikologi-ku" pernah mengatakan bahwa memang pada dasarnya otak itu kalau tidak salah sinaps ya (semacam tentakel penerima neuron)...hehehe sudah agak lama nih mata kuliahnya, memiliki loncatan listrik (neuron) yang menyambungkan satu bagian sinaps dengan sinaps lainnya. Kilatan listrik itu lah yang membuat otak kita berkembang dengan baik. Nah, si loncatan listrik itu lah yang akan banyak menyambung sedari kecil berkembang terus berdasarkan pada stimulus yang kita berikan. So, memang stimulus yang tepat akan menambah banyak sambungan tersebut lo...dan membantu perkembangan otak. Tidak hanya stimulus tetapi benturan ataupun goncangan pada kepala juga bisa berpengaruh pada matinya loncatan listrik di dalam otak. Bersyukur Allah SWT menciptakan tempurung otak kita sangat keras dan struktur tulangnya paling keras di tubuh kita (kalau tidak salah ya, CMIW hwekekeke bukan mahasiswa kedokteran, cuman seingatnya saja hihihi...)
Aku pun sudah mulai melakukan stimulus terhadap anak termasuk kemandirian. Aku pun sudah memulainya semenjak ia berusia PAUD yakni 4 tahun. Aku sudah memberikan contoh kepada anak tentang memakai baju seragam sendiri. Baju seragamnya pun memiliki kancing-kancing yang tentu ia akan mengalami kesulitan disitu. Meski begitu, aku tetap yakin bahwa semua itu harus melalui stimulus dengan harapan otaknya akan mengalami perkembangan yang signifikan. Dalam usia 4 tahun, ia masih berada pada tahap Preoperational yang akan membutuhkan petunjuk yang jelas dan konkrit. Aku tidak bisa hanya berandai-andai tapi harus juga dikerjakan di depan matanya. Aku pun mengajarkan Cilla sembari mengoceh bahwa ini ada kancing nak. "Coba lihat kancingnya ada lubangnya juga harus dimasukkan kancingnya ke dalam lubang yang sejajar dengannya", sambil diperagakan.
Awalnya tentu memang akan kesulitan, tapi dengan beberapa kali contoh dan dipercayakan juga untuk mencoba sendiri ia pun akhirnya bisa meski masih berantakan. Untuk anak segitu loh, berhasil dengan hanya mengancingkan baju sudah jadi hal yang luar biasa baginya. Wow ternyata aku bisa ya kancingin baju. Aku selalu berusaha menyelipkan keberhasilan terkecilnya pun dengan kata-kata pujian, "Wah Cilla pintar ya". Alhamdulillah ia pun menjadi lebih berani untuk mencoba hal baru dan terlihat lebih mandiri untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Per today, Cilla memang punya semangat untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Hal ini juga didukung dengan semangat yang cukup kuat untuk pergi ke sekolah. Sedari kecil aku selalu berupaya menciptakan suasana bahwa sekolah itu menyenangkan. Kamu bisa belajar banyak hal, bertemu teman, dan hal baik lainnya. Well, pagi tadi Cilla sudah mandi sendiri dan selesainya mengenakan seragam sendiri. Memang pada dasarnya ia senang bergerak aktif, belum selesai mengenakan seragam dengan rapih (alias rok masih meleat meleot kesana kemari dan resleting masih di depan hehehe) aku pun mengingatkannya dan tidak berupaya untuk merapihkannya langsung. Awalnya sempat sudah kekeh bahwa sudah rapih. Lalu aku beritahu persis letak ketidakrapihannya dimana tanpa menunjuk. Ia pun mencari sendiri letak kesalahannya dan disitulah diaaa...taraaa...menemukan si resleting yang masih nongol di depan. Ia berekspresi oh tidak hahahaha....Ia juga segera beranjak berdiri dan memperbaiki letak roknya sembari berjalan hihi. Setelah selesai ia pun kembali padaku untuk menunjukkan bahwa sudah benar. Aku bilang, "Oke sudah benar Nak. pinter ya, kan kalau begitu enak dilihatnya".
Memasang rok seragam dengan benar memberikan banyak pelajaran berharga. Ia jadi lebih tahu bahwa oke mengerjakan sesuatu tetap harus ada aturan yang diberlakukan. Ia kudu ikut aturannya. Ia tahu bahwa hal tersebut memberikan manfaat yang baik dengan rapih enak dipandang mata. Yes!
Nah tadi belum sempat terpoto untuk kegiatan mengancing baju sendiri. Adanya poto ketika dia suap makan mie sendiri hehehe. Ini juga tadi dia kurang yakin menyuap sendiri karena mie biasanya harus dipotong pendek-pendek dengan sendok oleh mamanya. Setelah aku yakinkan bahwa dia bisa jadilah dia bisa dan yeay jepret. Jadi disisipin poto itu dulu ya.
Tantangan day 1 terpenuhi mari kita lihat besok.
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#harike-1
#tantangan10hari
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
Kamis, 30 November 2017
Jumat, 24 November 2017
Aliran Rasa Game Level 1: Tekad Berubah Hadapi Tantangan Komunikasi Produktif
Assalamualaikum
Aliran Rasa
Game Level 1
Tekad Berubah Hadapi Tantangan Komunikasi Produktif
😆 Judul yang panjang bukan menunjukkan eksesif dalam penggunaan kata. Hanya sebuah kelegaan untuk pembuktian pada diri sendiri bahwa penekanan aku bisa melampaui tantangan yang diberikan oleh kuliah Bunda Sayang IIP Depok #3 dalam game level 1 tema Komunikasi Produktif.
Awalnya sempat ragu karena banyaknya situasi menantang ketika aku harus melalui game ini. Pasalnya, aku dan suami tidak akan bertemu fisik selama seminggu tapi harus bisa menerapkan komunikasi produktif via media lain. Sempat megang kepala mikirnya. Tapi setelah bertanya apakah bisa melalui media lain komunikasinya meski tidak bertatap muka langsung, aku dapat jawaban IYA...wow langsung muter otak. Intinya jarak LDR (long distance relationship) cailee...bukan menjadi hambatan buat aku dan pakmisu menjalin komunikasi produktif meski tidak intens.
Langsung setting target pada diri sendiri dan racuni pikiran akan target itu dengan harapan bahwa tubuh akan bereaksi secara alamiah untuk siap menerima tantangan. Hal ini lebih kepada pembuktian pada diri sendiri bahwa aku ingin berubah lebih baik sesuai target awalku join IIP: "Menjadi istri dan ibu yang amanah buat keluarga kecilku".
Ini salinan NHWku dulu:
Dan melalui momen ini, aku harus bisa berkompetisi dengan diri sendiri bahwa aku bisa mencapai ultimate targetku dengan menyelesaikan tantangan di target miniku. Aliran rasa yang aku dapat adalah striving till the last minute untill the deadline. Ngumpulin di detik2 menjelang akhir pernah banget...beberapa menit menuju ke 00.00. Itu aku kerjain karena sudah sangat lelah banget kerja hingga larut malam dan mengetik ala kadar di handphone yang gak sempat diedit lagi. Pernah juga ngetik sambil kepala munyer-munyer di mobil dengan handphone biar kekejar momen yang aku punya hari itu hehehe...Karena ini balik kepada tekadku untuk bisa buktikan pada diri sendiri bahwa aku ingin jadi lebih baik.
Think that as if this moment pass by and you won't get a thing on your purpose without your endless effort
Saat itu tiap hitungan menit bagaikan tiap hitungan tarikan nafas untuk berburu menuju tantangan ini. Dan aku yakin bukan soal bagde tujuanku. Itu hanyalah bonus sampingan. Tapi bungkus nasi goreng ataupun respon ramah suami adalah hadiah terbesar untuk tantanganku. Dan itu priceless.
Gak bisa dibeli dengan uang berapa pun. Momen itu akan selalu tersimpan dalam ruang loker long term memory-ku...
Membuat aku makin cinta dan paham suamiku...
Membuat aku makin bersyukur akan tiap bagian hidupku...
Entah itu baik ataupun buruknya...
Makin bahagia dalam melangkah tiap jejaknya...
Keep spirit and keep fighting
Karena kita semua ini adalah pejuang untuk amanah kami masing-masing dari Allah SWT. Keep the fitrah...
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#AliranRasa
#GameLevel1
#KuliahBunsayIIP
#KomunikasiProduktif
Aliran Rasa
Game Level 1
Tekad Berubah Hadapi Tantangan Komunikasi Produktif
😆 Judul yang panjang bukan menunjukkan eksesif dalam penggunaan kata. Hanya sebuah kelegaan untuk pembuktian pada diri sendiri bahwa penekanan aku bisa melampaui tantangan yang diberikan oleh kuliah Bunda Sayang IIP Depok #3 dalam game level 1 tema Komunikasi Produktif.
Awalnya sempat ragu karena banyaknya situasi menantang ketika aku harus melalui game ini. Pasalnya, aku dan suami tidak akan bertemu fisik selama seminggu tapi harus bisa menerapkan komunikasi produktif via media lain. Sempat megang kepala mikirnya. Tapi setelah bertanya apakah bisa melalui media lain komunikasinya meski tidak bertatap muka langsung, aku dapat jawaban IYA...wow langsung muter otak. Intinya jarak LDR (long distance relationship) cailee...bukan menjadi hambatan buat aku dan pakmisu menjalin komunikasi produktif meski tidak intens.
Langsung setting target pada diri sendiri dan racuni pikiran akan target itu dengan harapan bahwa tubuh akan bereaksi secara alamiah untuk siap menerima tantangan. Hal ini lebih kepada pembuktian pada diri sendiri bahwa aku ingin berubah lebih baik sesuai target awalku join IIP: "Menjadi istri dan ibu yang amanah buat keluarga kecilku".
Ini salinan NHWku dulu:
A. Sebagai individu
Kalau sebagai individu, saya ingin menjadi istri dan ibu yang bisa buat dua bagian penting dlm hidup yakni suami dan anak itu bahagia.Dan melalui momen ini, aku harus bisa berkompetisi dengan diri sendiri bahwa aku bisa mencapai ultimate targetku dengan menyelesaikan tantangan di target miniku. Aliran rasa yang aku dapat adalah striving till the last minute untill the deadline. Ngumpulin di detik2 menjelang akhir pernah banget...beberapa menit menuju ke 00.00. Itu aku kerjain karena sudah sangat lelah banget kerja hingga larut malam dan mengetik ala kadar di handphone yang gak sempat diedit lagi. Pernah juga ngetik sambil kepala munyer-munyer di mobil dengan handphone biar kekejar momen yang aku punya hari itu hehehe...Karena ini balik kepada tekadku untuk bisa buktikan pada diri sendiri bahwa aku ingin jadi lebih baik.
Think that as if this moment pass by and you won't get a thing on your purpose without your endless effort
Saat itu tiap hitungan menit bagaikan tiap hitungan tarikan nafas untuk berburu menuju tantangan ini. Dan aku yakin bukan soal bagde tujuanku. Itu hanyalah bonus sampingan. Tapi bungkus nasi goreng ataupun respon ramah suami adalah hadiah terbesar untuk tantanganku. Dan itu priceless.
Gak bisa dibeli dengan uang berapa pun. Momen itu akan selalu tersimpan dalam ruang loker long term memory-ku...
Membuat aku makin cinta dan paham suamiku...
Membuat aku makin bersyukur akan tiap bagian hidupku...
Entah itu baik ataupun buruknya...
Makin bahagia dalam melangkah tiap jejaknya...
Keep spirit and keep fighting
Karena kita semua ini adalah pejuang untuk amanah kami masing-masing dari Allah SWT. Keep the fitrah...
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#AliranRasa
#GameLevel1
#KuliahBunsayIIP
#KomunikasiProduktif
Kamis, 16 November 2017
Day 15 Challenge: Final Chapter but Not The End
Day 15 (out of 2 days left)
Assalamualaikum
Challenge
Final Chapter but Not The End
Berkat cemilan dari kelas Bunda Sayang IIP itu aku pun merasa lebih damai. Berjalan sesuai dengan suratan atau fitrahnya. Pemahaman yang memberikan kita kesempatan untuk bisa lebih bersabar menghadapi kondisi komunikasi kami. Gak bisa langsung nyambung ya gak perlu pakai ngamuk hehehe...
Minggu ini juga menjadi minggu yang padat buat kami berdua. Pasalnya kami berdua sedang cari rejeki untuk sekolah anak. Walhasil kami pun jarang bisa bertemu dan ngobrol yang produktif. Sama-sama ketemu biasanya sudah sama-sama lelah. Komunikasi pun tidak bisa dipaksakan.
Per hari ini aku juga hanya via SMS kembali tambahan pembicaraan di telepon. Aku yang duluan untuk ijin bekerja besok hari. Aku pun tidak bisa mengajaknya bicara lama-lama karena ia pun sedang bekerja dengan fokusnya hehehe...So, daripada dia melakukan kesalahan saat bekerja aku pun menyudahinya. Akan tetapi yang berbeda aku menggunakan teknik cara bicara yang agak manja hihihi...supaya dia punya sense untuk melindungi dan menjaga itu hehe...
Well, finally but not the final. Aku akan berusaha memantaskan diri dengan fitrah kami berdua. Semoga perbedaan yang kami miliki akan memperkaya kenangan bagi keluarga kecil kami. Komunikasi produktif, yang awalnya adalah tugas untuk kuselesaikan di kelas bunda sayang, akan menjadi penanda awal bagi perubahan indah dalam keluargaku.
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Assalamualaikum
Challenge
Final Chapter but Not The End
Berkat cemilan dari kelas Bunda Sayang IIP itu aku pun merasa lebih damai. Berjalan sesuai dengan suratan atau fitrahnya. Pemahaman yang memberikan kita kesempatan untuk bisa lebih bersabar menghadapi kondisi komunikasi kami. Gak bisa langsung nyambung ya gak perlu pakai ngamuk hehehe...
Minggu ini juga menjadi minggu yang padat buat kami berdua. Pasalnya kami berdua sedang cari rejeki untuk sekolah anak. Walhasil kami pun jarang bisa bertemu dan ngobrol yang produktif. Sama-sama ketemu biasanya sudah sama-sama lelah. Komunikasi pun tidak bisa dipaksakan.
Per hari ini aku juga hanya via SMS kembali tambahan pembicaraan di telepon. Aku yang duluan untuk ijin bekerja besok hari. Aku pun tidak bisa mengajaknya bicara lama-lama karena ia pun sedang bekerja dengan fokusnya hehehe...So, daripada dia melakukan kesalahan saat bekerja aku pun menyudahinya. Akan tetapi yang berbeda aku menggunakan teknik cara bicara yang agak manja hihihi...supaya dia punya sense untuk melindungi dan menjaga itu hehe...
Well, finally but not the final. Aku akan berusaha memantaskan diri dengan fitrah kami berdua. Semoga perbedaan yang kami miliki akan memperkaya kenangan bagi keluarga kecil kami. Komunikasi produktif, yang awalnya adalah tugas untuk kuselesaikan di kelas bunda sayang, akan menjadi penanda awal bagi perubahan indah dalam keluargaku.
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Rabu, 15 November 2017
Day 14 Challenge: 7000 Kata
Day 14 (out of 3 days left)
Assalamualaikum
Challenge
7000 Kata
Kerap kali memang aku dan pak misu berselisih pendapat. Aku pengennya A sedangkan pak misu maunya B atau Z. Aku punya keinginan seperti ini sedangkan pak misu punya keinginan yang berbeda. Rasanya kok mau ditarik ke arah mana pun tidak akan pernah sama. Sempat berpikir salah dimana ya? Apa memang kita ini tidak bisa jalan bersama?
Setelah mendapatkan cemilan "crunchy" di kelas Bunda Sayang IIP (Institut Ibu Profesional) batch 3 untuk wilayah Depok, terpecahkan sudah. Misteri yang menyelimuti ini semua. Perbedaan penggunaan otak pada laki-laki maupun perempuan.
Sebenarnya sudah sempat mempelajari fungsi otak dulu jaman kuliah yang notabene sudah cukup lama hehehe...Tapi kalau itu ada kaitannya dengan perbedaan mencolok perilaku pria dan wanita wawasanku belum sejauh itu. Kalau tidak salah, Dr. Aisyah Dahlan juga baru mengetahui soal ini pada tahun 2006.
Perbedaan penggunaan otak antara dua jenis kelamin berbeda menjadi penyebab perbedaan yang mendasar dan tidak sedikit menyebabkan perselisihan dalam rumah tangga. Akupun begitu. Sebut saja 7000 kata. Aku baru tahu bahwa laki-laki akan memgeluarkan hanya 7000 kata dalam sehari dibandingkan perempuan yang bisa mencapai 20.000 kata. Perbedaan jumlah yang signifikan. Ini bukan salah mereka, hanya pada fitrahnya Allah SWT memberikan mereka penggunaan yang berbeda pada otak bahasa mereka. Mereka pada dasarnya diciptakan untuk bisa fokus pada penyelesaian masalah ketimbang berbicara. Sedangkan perempuan bisa sembari menyelesaikan beberapa hal dengan berbicara banyak hal.
Aku mengalami kontra dimana diri aktif untuk berbicara dan memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk berbicara dan didengarkan sedangkan suami sangat irit bicara. Ia terkesan seperti tidak mendengarkan aku dan pelit respon. hehehe... Aku suka berpikiran negatif, "Ini pak misu tuh dengerin aku gak sih. Apa dia sengaja ya cuek. Udah gak sayang kalik ya".
But...itu cuma di dalam pikiran saja. Menurut Dr. Aisyah Dahlan dalam penuturannya, "Corpus colosum" pada pria sangat tipis menyebabkan mereka tidak mudah untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus. Mereka cenderung fokus pada penyelesaian masalah. Hal ini yang membuat para pria terkesan cuek, tidak peka terhadap wanita. Ketika fokus pendengaran mereka menurun bukan berkurang. So, fitrahnya mereka untuk tidak bisa mendengarkan lama-lama. Ataupun berbicara panjang lebar tidak pakai inti.
Oke. Ini berarti aku seringkali berada di pemikiran yang salah. Kenapa harus memaksakan pak misu untuk mengikuti apa yang aku mau. Aku seolah berharap dia bisa jadi seperti diri kita yang jelas pada fitrahnya beda. Aku pun menikah dengannya untuk menerima dia apa adanya bukan.
Perbedaan tetap bisa disatukan melalui kompromi. Antara kami harus ada kesepakatan. Aku pun harus melihat situasi dan bersikap lebih menghargai perbedaan. Yang biasanya berkoar tentang toleransi yang lebih luas, kenapa tidak bisa bertoleransi pada suami sendiri. Hal itu pun harus sering terjadi dengan sempitnya waktu kami untuk bisa bertemu, aku harus menggunakan waktu untuk lebih banyak memahami dan berkomunikasi melalui sudut pandangnya.
Per hari ini aku sempat komunikasi via telepon. Aku bertanya tentang perkembangan kerjanya yang kemarin sempat mengalami hambatan. Ia pun menjawab dengan lembut (kalau aku bilang lembut bukan dengan nada yang "melambai" ya hehehe, tapi jawaban lebih panjang bukan singkat). Aku coba tanya seperlunya karena takut mengganggu kerja pak misu. Meski singkat setidaknya pesan yang ingin disampaikan adalah aku perhatian padanya. Kalaupun pesan tidak sampai yang penting menunjukkan upaya membangun komunikasi produktif. Hal positif selalu membuatku yakin untuk membuahkan hasil yang juga positif. Singkat pembicaraan kami, tapi setidaknya ada kurang dari 7000 kata. Tidak terlalu berat untuk sebuah komunikasi tapi diharapkan berkesan. Itupun semoga bisa menjadi kenangan indah buat kami saat nanti berada diatas 55 tahun. Hehehe...
Itulah si 7000 kata yang aku coba pahami dari pak misu. Memantaskan diri untuk mencapai surga Illahi. Nanti coba senyum 10 menit ketika menyambut pak misu ya. Biar "ngademin" bagi pak misu. Kan itu juga komunikasi non verbal hehehe...
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari14
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Assalamualaikum
Challenge
7000 Kata
Kerap kali memang aku dan pak misu berselisih pendapat. Aku pengennya A sedangkan pak misu maunya B atau Z. Aku punya keinginan seperti ini sedangkan pak misu punya keinginan yang berbeda. Rasanya kok mau ditarik ke arah mana pun tidak akan pernah sama. Sempat berpikir salah dimana ya? Apa memang kita ini tidak bisa jalan bersama?
Setelah mendapatkan cemilan "crunchy" di kelas Bunda Sayang IIP (Institut Ibu Profesional) batch 3 untuk wilayah Depok, terpecahkan sudah. Misteri yang menyelimuti ini semua. Perbedaan penggunaan otak pada laki-laki maupun perempuan.
Sebenarnya sudah sempat mempelajari fungsi otak dulu jaman kuliah yang notabene sudah cukup lama hehehe...Tapi kalau itu ada kaitannya dengan perbedaan mencolok perilaku pria dan wanita wawasanku belum sejauh itu. Kalau tidak salah, Dr. Aisyah Dahlan juga baru mengetahui soal ini pada tahun 2006.
Perbedaan penggunaan otak antara dua jenis kelamin berbeda menjadi penyebab perbedaan yang mendasar dan tidak sedikit menyebabkan perselisihan dalam rumah tangga. Akupun begitu. Sebut saja 7000 kata. Aku baru tahu bahwa laki-laki akan memgeluarkan hanya 7000 kata dalam sehari dibandingkan perempuan yang bisa mencapai 20.000 kata. Perbedaan jumlah yang signifikan. Ini bukan salah mereka, hanya pada fitrahnya Allah SWT memberikan mereka penggunaan yang berbeda pada otak bahasa mereka. Mereka pada dasarnya diciptakan untuk bisa fokus pada penyelesaian masalah ketimbang berbicara. Sedangkan perempuan bisa sembari menyelesaikan beberapa hal dengan berbicara banyak hal.
Aku mengalami kontra dimana diri aktif untuk berbicara dan memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk berbicara dan didengarkan sedangkan suami sangat irit bicara. Ia terkesan seperti tidak mendengarkan aku dan pelit respon. hehehe... Aku suka berpikiran negatif, "Ini pak misu tuh dengerin aku gak sih. Apa dia sengaja ya cuek. Udah gak sayang kalik ya".
But...itu cuma di dalam pikiran saja. Menurut Dr. Aisyah Dahlan dalam penuturannya, "Corpus colosum" pada pria sangat tipis menyebabkan mereka tidak mudah untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus. Mereka cenderung fokus pada penyelesaian masalah. Hal ini yang membuat para pria terkesan cuek, tidak peka terhadap wanita. Ketika fokus pendengaran mereka menurun bukan berkurang. So, fitrahnya mereka untuk tidak bisa mendengarkan lama-lama. Ataupun berbicara panjang lebar tidak pakai inti.
Oke. Ini berarti aku seringkali berada di pemikiran yang salah. Kenapa harus memaksakan pak misu untuk mengikuti apa yang aku mau. Aku seolah berharap dia bisa jadi seperti diri kita yang jelas pada fitrahnya beda. Aku pun menikah dengannya untuk menerima dia apa adanya bukan.
Perbedaan tetap bisa disatukan melalui kompromi. Antara kami harus ada kesepakatan. Aku pun harus melihat situasi dan bersikap lebih menghargai perbedaan. Yang biasanya berkoar tentang toleransi yang lebih luas, kenapa tidak bisa bertoleransi pada suami sendiri. Hal itu pun harus sering terjadi dengan sempitnya waktu kami untuk bisa bertemu, aku harus menggunakan waktu untuk lebih banyak memahami dan berkomunikasi melalui sudut pandangnya.
Per hari ini aku sempat komunikasi via telepon. Aku bertanya tentang perkembangan kerjanya yang kemarin sempat mengalami hambatan. Ia pun menjawab dengan lembut (kalau aku bilang lembut bukan dengan nada yang "melambai" ya hehehe, tapi jawaban lebih panjang bukan singkat). Aku coba tanya seperlunya karena takut mengganggu kerja pak misu. Meski singkat setidaknya pesan yang ingin disampaikan adalah aku perhatian padanya. Kalaupun pesan tidak sampai yang penting menunjukkan upaya membangun komunikasi produktif. Hal positif selalu membuatku yakin untuk membuahkan hasil yang juga positif. Singkat pembicaraan kami, tapi setidaknya ada kurang dari 7000 kata. Tidak terlalu berat untuk sebuah komunikasi tapi diharapkan berkesan. Itupun semoga bisa menjadi kenangan indah buat kami saat nanti berada diatas 55 tahun. Hehehe...
Itulah si 7000 kata yang aku coba pahami dari pak misu. Memantaskan diri untuk mencapai surga Illahi. Nanti coba senyum 10 menit ketika menyambut pak misu ya. Biar "ngademin" bagi pak misu. Kan itu juga komunikasi non verbal hehehe...
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari14
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Selasa, 14 November 2017
Day 13 Challenge: Text Messages
Day 13 (out of 4 days left)
14 Nopember 2017
Challenge:
Text Messages
Morniiing...badan masi capek tapi semangat gak boleh kendor. Hehehe...
Pagi tadi aku mengirimkan teks kepada suami via SMS. Aku pun tak berharap akan dibalas. Lebih kepada say hai di pagi hari. Setelah beberapa menit kemudian, aku ditelepon suami. Isshh suaranya lembut pisan ahaay...Ia mengatakan padaku bahwa malam ini tidak bisa pulang ke rumah. Ia harus lembur mengerjakan sesuatu. Aku menjawabnya dengan santai, "Iya gak papa". Aku memberikan semangat padanya. Aku juga mengatakan semoga pekerjaannya bs selesai dan tetep semangat.
Aku meski lewat "text messages" tapi dengan dia yg menghubungi terlebih dahulu serta memberikan informasi tentang kegiatannya hari ini...sudah jadi angin segar buatku. Keep the good spirit
Deeblue (Widita)
#hari13
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
14 Nopember 2017
Challenge:
Text Messages
Morniiing...badan masi capek tapi semangat gak boleh kendor. Hehehe...
Pagi tadi aku mengirimkan teks kepada suami via SMS. Aku pun tak berharap akan dibalas. Lebih kepada say hai di pagi hari. Setelah beberapa menit kemudian, aku ditelepon suami. Isshh suaranya lembut pisan ahaay...Ia mengatakan padaku bahwa malam ini tidak bisa pulang ke rumah. Ia harus lembur mengerjakan sesuatu. Aku menjawabnya dengan santai, "Iya gak papa". Aku memberikan semangat padanya. Aku juga mengatakan semoga pekerjaannya bs selesai dan tetep semangat.
Aku meski lewat "text messages" tapi dengan dia yg menghubungi terlebih dahulu serta memberikan informasi tentang kegiatannya hari ini...sudah jadi angin segar buatku. Keep the good spirit
Deeblue (Widita)
#hari13
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Senin, 13 November 2017
Day 12 Challenge: Ice Breaking
Day 12 (out of 9 days left)
13 Nopember 2017
Challenge
Ice Breaking
Assalamualaikum
Akhirnya kembali pulang kemarin malam dan sempat bertemu dengan suami agak larut. Mungkin banyak yang bertanya-tanya dalam hati. Ini bagaimana ya kok bisa bertemu suami tampaknya sangat jarang bahkan harus malam-malam baru bisa bertemu dan bercengkerama. Bagi aku istrinya ini sudah menjadi suatu hal yang biasa karena ia memang memiliki pekerjaan yang mengharuskannya untuk keluar di malam hari dan harus pulang larut ataupun dini hari. Aku yang mengetahui hal tersebut memilih untuk mendukungnya. Terkadang ada keinginan ataupun hasrat seperti pasangan lainnya yang punya kesempatan untuk lebih banyak bertemu muka dan ada kesempatan waktu bicara yang lebih lama. Tapi, seperti ungkapan yang pernah aku dengar sebelumnya, "Maka pantaskanlah dirimu". Aku selalu berusaha memanfaatkan waktu yang sebentar itu untuk mencium tangan dan mengajaknya berbicara. Tapi balik lagi, aku cari tahu dulu kondisi suami apakah dia berada dalam kondisi bisa diajak berbicara atau tidak.
Tepat semalam jam 1 dini hari, suami akhirnya datang dan mengetuk pintu. Aku pun dengan sempoyongan berusaha untuk membukakan pintu suami, secara masih lelah karena sempat menempuh perjalanan darat selama tujuh jam. Sebelumnya aku melongok ke arah jendela dan memastikan bahwa disitu ada suamiku. Aku pun membuka pintu untuknya sembari melemparkan senyum. Aku juga mencium tangannya dengan lembut, sinyal bahwa aku sangat kangen padanya. Seperti biasa, suami akan menggendong anakku dan membawanya ke tempat tidurnya. Ia tidur di tempat tidur kami sembari menunggu ayahnya. Saat digendong ke tempat tidurnya, ia terbangun dan kembali minta untuk ditemani. Kini, ayahnya yang menemaninya sampai ia tertidur.
Aku sempat mengajaknya bicara perlahan saat aku tengah menunggunya menemani si buah hati. Aku akui pembicaraan kami dimulai dengan hal yang terlalu berat. Aku yang pada dasarnya memang sedang lelah tetapi masih berupaya untuk memulai komunikasi dengannya. Aku rasa karena aku rindu pada suamiku dan ingin memperlama waktu untuk bisa berkomunikasi dengannya namun salah penentuan tema. Sekali lagi kelelahan dapat mempengaruhi kondisi kita dalam berkomunikasi. Emosi yang berkecamuk ini terkadang bisa membuat kita mengeluarkan kata-kata yang kurang tepat. Suami pun bukan menjadi lebih rileks malah merasa pusing. Suasana pun kembali tidak kondusif untuk meneruskan komunikasi. Kami pun menyudahi percakapan tersebut.
Ada baiknya ketika berada dalam kondisi lelah, tidak sepatutnya kita memaksakan diri berkomunikasi dengan pasangan. Kita perlu melakukan "break" terlebih dahulu. Lebih tepat bagi kita untuk memanfaatkan waktu dimana kita sama-sama lebih bisa rileks dan berpikir secara terbuka. Kami bisa merencanakan waktu untuk berbicara berdua dengan lebih baik. Yang pasti aku kangen ingin duduk bersama dengannya sembari berbicara tanpa harus ada kaitannya soal pekerjaan atau mencari uang. Atau ia melihatku tengah berbinar-binar sambil saling bertatapan satu sama lain walau tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Hehehe...Aku kangen suamiku. Kapan kita bisa atur waktu ya suamiku...
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari12
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
13 Nopember 2017
Challenge
Ice Breaking
Assalamualaikum
Akhirnya kembali pulang kemarin malam dan sempat bertemu dengan suami agak larut. Mungkin banyak yang bertanya-tanya dalam hati. Ini bagaimana ya kok bisa bertemu suami tampaknya sangat jarang bahkan harus malam-malam baru bisa bertemu dan bercengkerama. Bagi aku istrinya ini sudah menjadi suatu hal yang biasa karena ia memang memiliki pekerjaan yang mengharuskannya untuk keluar di malam hari dan harus pulang larut ataupun dini hari. Aku yang mengetahui hal tersebut memilih untuk mendukungnya. Terkadang ada keinginan ataupun hasrat seperti pasangan lainnya yang punya kesempatan untuk lebih banyak bertemu muka dan ada kesempatan waktu bicara yang lebih lama. Tapi, seperti ungkapan yang pernah aku dengar sebelumnya, "Maka pantaskanlah dirimu". Aku selalu berusaha memanfaatkan waktu yang sebentar itu untuk mencium tangan dan mengajaknya berbicara. Tapi balik lagi, aku cari tahu dulu kondisi suami apakah dia berada dalam kondisi bisa diajak berbicara atau tidak.
Tepat semalam jam 1 dini hari, suami akhirnya datang dan mengetuk pintu. Aku pun dengan sempoyongan berusaha untuk membukakan pintu suami, secara masih lelah karena sempat menempuh perjalanan darat selama tujuh jam. Sebelumnya aku melongok ke arah jendela dan memastikan bahwa disitu ada suamiku. Aku pun membuka pintu untuknya sembari melemparkan senyum. Aku juga mencium tangannya dengan lembut, sinyal bahwa aku sangat kangen padanya. Seperti biasa, suami akan menggendong anakku dan membawanya ke tempat tidurnya. Ia tidur di tempat tidur kami sembari menunggu ayahnya. Saat digendong ke tempat tidurnya, ia terbangun dan kembali minta untuk ditemani. Kini, ayahnya yang menemaninya sampai ia tertidur.
Aku sempat mengajaknya bicara perlahan saat aku tengah menunggunya menemani si buah hati. Aku akui pembicaraan kami dimulai dengan hal yang terlalu berat. Aku yang pada dasarnya memang sedang lelah tetapi masih berupaya untuk memulai komunikasi dengannya. Aku rasa karena aku rindu pada suamiku dan ingin memperlama waktu untuk bisa berkomunikasi dengannya namun salah penentuan tema. Sekali lagi kelelahan dapat mempengaruhi kondisi kita dalam berkomunikasi. Emosi yang berkecamuk ini terkadang bisa membuat kita mengeluarkan kata-kata yang kurang tepat. Suami pun bukan menjadi lebih rileks malah merasa pusing. Suasana pun kembali tidak kondusif untuk meneruskan komunikasi. Kami pun menyudahi percakapan tersebut.
Ada baiknya ketika berada dalam kondisi lelah, tidak sepatutnya kita memaksakan diri berkomunikasi dengan pasangan. Kita perlu melakukan "break" terlebih dahulu. Lebih tepat bagi kita untuk memanfaatkan waktu dimana kita sama-sama lebih bisa rileks dan berpikir secara terbuka. Kami bisa merencanakan waktu untuk berbicara berdua dengan lebih baik. Yang pasti aku kangen ingin duduk bersama dengannya sembari berbicara tanpa harus ada kaitannya soal pekerjaan atau mencari uang. Atau ia melihatku tengah berbinar-binar sambil saling bertatapan satu sama lain walau tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Hehehe...Aku kangen suamiku. Kapan kita bisa atur waktu ya suamiku...
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari12
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Minggu, 12 November 2017
Day 11 Challenge: Memberi Ruang
Day 11 (out of 6 days left)
Assalamualaikum
Challenge
Memberi ruang
Akhirnya kemarin sampai di rumah cukup malam. Suasana diri cukup lelah tapi tetap sempat ketemu dengan suami. Ia pun pulang dari kerja malam hari. Aku meski lelah pun tetap berupaya untuk menyambutnya dengan baik. Aku bukakan pintu dan langsung mencium tangan suami. Aku pun membiarkan suami untuk memiliki waktunya sendiri dan tidak memaksa untuk langsung berbicara dengannya. Ketika ia mengatakan bahwa dirinya lelah dan ingin istirahat aku pun membiarkannya.
Pada pagi hari tadi, aku pun harus bekerja kembali dan saat pamit pun aku juga tidak banyak mengajak suami berbicara apapun. Aku hanya sekedar pamit dan tetap membiarkan suami untuk istirahat. Karena ia pun juga harus bekerja nantinya. Padahal banyak sekali yang ingin aku sampaikan dan ceritakan mengenai pengalamanku saat bekerja di luar kota. Akan tetapi, aku menunggu momen yang tepat dan berupaya agar tidak mengganggunya.
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
Assalamualaikum
Challenge
Memberi ruang
Akhirnya kemarin sampai di rumah cukup malam. Suasana diri cukup lelah tapi tetap sempat ketemu dengan suami. Ia pun pulang dari kerja malam hari. Aku meski lelah pun tetap berupaya untuk menyambutnya dengan baik. Aku bukakan pintu dan langsung mencium tangan suami. Aku pun membiarkan suami untuk memiliki waktunya sendiri dan tidak memaksa untuk langsung berbicara dengannya. Ketika ia mengatakan bahwa dirinya lelah dan ingin istirahat aku pun membiarkannya.
Pada pagi hari tadi, aku pun harus bekerja kembali dan saat pamit pun aku juga tidak banyak mengajak suami berbicara apapun. Aku hanya sekedar pamit dan tetap membiarkan suami untuk istirahat. Karena ia pun juga harus bekerja nantinya. Padahal banyak sekali yang ingin aku sampaikan dan ceritakan mengenai pengalamanku saat bekerja di luar kota. Akan tetapi, aku menunggu momen yang tepat dan berupaya agar tidak mengganggunya.
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
Sabtu, 11 November 2017
Day 10 Challenge: Jalan Pulang
Day 10 (out of 7 days left)
Assalamualaikum
11 Nopember 2017
Challenge
Jalan Pulang
Malam ini akhirnya pulang dari luar kota dan dalam keadaan sangat lelah. Pagi tadi sempat komunikasi dengan suami. Hanya saja melalui SMS. Dia mengatakan bahwa dia akan bekerja seharian dan tidak sempat jemput di bandara. Aku pun berupaya tidak memaksa dan memaklumi.
SMS singkat karena masih dalam perjalanan untuk memberikan semangat padanya dan menerima bahwa dia tdk bs jemput di bandara. Hihi masih banyak jalan menuju Roma.
Hari ini justru membaca blog seseorang yang saya lupa namanya (yang pasti bukan orang Indonesia). Ia suami dr seorang istri dan beranak satu. Dari blognya mengatakan bahwa penyebab seringnya permasalahan juga salah satunya adalah bahwa kita terlalu berharap sst dan itu tidak bisa tercapai. Begitu pula dalam komunikasi. Kita terlalu sering berharap bahwa suami akan selalu ada buat kita mendengarkan kita. Padahal ada situasi lain yang membuatnya harus melakukan hal lainnya. Harapan vs Kenyataan. Yang perlu dilakukan adalah menerima kenyataan. Berdamai dengan harapan yg tidak tercapai tersebut. Kl kata pak Didik (suami bu Septi) adalah memantaskan diri. Dia yang telah aku pilih, maka akulah yg harus memantaskan diri. Tidak bersifat memaksa. Aku berbinar maka suami pun ikut merasakan bahagianya (kata2 juga dari bu Septi founder IIP).
So aku belajar menuju jalan pulang untuk memantaskan diri, berbahagia karena fitrahku, tak pantang menyerah
Wassalam
Deeblue (Widita)
#hari10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Assalamualaikum
11 Nopember 2017
Challenge
Jalan Pulang
Malam ini akhirnya pulang dari luar kota dan dalam keadaan sangat lelah. Pagi tadi sempat komunikasi dengan suami. Hanya saja melalui SMS. Dia mengatakan bahwa dia akan bekerja seharian dan tidak sempat jemput di bandara. Aku pun berupaya tidak memaksa dan memaklumi.
SMS singkat karena masih dalam perjalanan untuk memberikan semangat padanya dan menerima bahwa dia tdk bs jemput di bandara. Hihi masih banyak jalan menuju Roma.
Hari ini justru membaca blog seseorang yang saya lupa namanya (yang pasti bukan orang Indonesia). Ia suami dr seorang istri dan beranak satu. Dari blognya mengatakan bahwa penyebab seringnya permasalahan juga salah satunya adalah bahwa kita terlalu berharap sst dan itu tidak bisa tercapai. Begitu pula dalam komunikasi. Kita terlalu sering berharap bahwa suami akan selalu ada buat kita mendengarkan kita. Padahal ada situasi lain yang membuatnya harus melakukan hal lainnya. Harapan vs Kenyataan. Yang perlu dilakukan adalah menerima kenyataan. Berdamai dengan harapan yg tidak tercapai tersebut. Kl kata pak Didik (suami bu Septi) adalah memantaskan diri. Dia yang telah aku pilih, maka akulah yg harus memantaskan diri. Tidak bersifat memaksa. Aku berbinar maka suami pun ikut merasakan bahagianya (kata2 juga dari bu Septi founder IIP).
So aku belajar menuju jalan pulang untuk memantaskan diri, berbahagia karena fitrahku, tak pantang menyerah
Wassalam
Deeblue (Widita)
#hari10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Jumat, 10 November 2017
Day 9 Challenge: Meluangkan waktu untuk menjawab SMS
Day 9 (out of 8 days left)
Assalamualaikum
Challenge:
Meluangkan Waktu untuk Menjawab SMS
Fiuh hampir saja kelupaan untuk setor blog. Hehehe...secara kerjaan lagi sangat padat dan kejar2an setoran agar tugas kerja dikumpulkan dlm waktu dekat.
Hari ini aku tidak melakukan pengecekan terhadap kondisi buah hati karen padat meraya tugas kerja. Siang tadi suami lah yg SMS terlebih dahulu untuk memberitahukan kondisi anak serta aktivitas apa yang harus dia lakukan sehingga tidak bisa dihubungi dulu.
Aku pun sekedar membalas SMS untuk bertanya hal-hal yang ia sampaikan serta memberikannya semangat 😊 Meski belum sempat dibalas tetapi kesediaan suami SMS terlebih dahulu ketika kemarin sempat ada sedikit perselisihan membuatku senang...
Jadi, singkat kata blog hari ini memaparkan bahwa sepadat-padatnya jadwal kerja hingga aku pun sulit untuk berkomunikasi lisan, tetap harus ada meluangkan waktu sedikit saja untuk say hai ataupun memberikan perhatian kecil disematkan dalam komunikasi kita. Itu bentuk dari komunikasi produktif untuk pasangan kita.
Jangan minta ia untuk membalas kebaikan yang telah kita berikan tetapi tanya apakah kita sudah memberikan kebaikan pada pasangan...hehehe
Sekian
Wassalam
Deeblue (Widita)
#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Assalamualaikum
Challenge:
Meluangkan Waktu untuk Menjawab SMS
Fiuh hampir saja kelupaan untuk setor blog. Hehehe...secara kerjaan lagi sangat padat dan kejar2an setoran agar tugas kerja dikumpulkan dlm waktu dekat.
Hari ini aku tidak melakukan pengecekan terhadap kondisi buah hati karen padat meraya tugas kerja. Siang tadi suami lah yg SMS terlebih dahulu untuk memberitahukan kondisi anak serta aktivitas apa yang harus dia lakukan sehingga tidak bisa dihubungi dulu.
Aku pun sekedar membalas SMS untuk bertanya hal-hal yang ia sampaikan serta memberikannya semangat 😊 Meski belum sempat dibalas tetapi kesediaan suami SMS terlebih dahulu ketika kemarin sempat ada sedikit perselisihan membuatku senang...
Jadi, singkat kata blog hari ini memaparkan bahwa sepadat-padatnya jadwal kerja hingga aku pun sulit untuk berkomunikasi lisan, tetap harus ada meluangkan waktu sedikit saja untuk say hai ataupun memberikan perhatian kecil disematkan dalam komunikasi kita. Itu bentuk dari komunikasi produktif untuk pasangan kita.
Jangan minta ia untuk membalas kebaikan yang telah kita berikan tetapi tanya apakah kita sudah memberikan kebaikan pada pasangan...hehehe
Sekian
Wassalam
Deeblue (Widita)
#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Kamis, 09 November 2017
Day 8 Challenge: Yeay...warmer and getting warmer...
Day 8 (out of 9 days left)
Assalamualaikum
Challenge 8
Yeah...Warmer and Getting Warmer
Alhamdulillah...dari tadi pagi hingga malam ini aku kerap beberapa kali menelepon suami. Hal yang kami bicarakan pun mengenai anak yang aku titipkan pada suami secara aku sedang berada di luar kota.
Suami pun memang telah berbicara dengan lebih lembut. Meski ia sedang sibuk pun, ia juga tidak marah atau bernada kesal. Aku juga melembut dan menanyakan kondisinya. Bahkan pembicaraan yang terakhir tadi, ia juga mengajak bicara lebih panjang mengenai anak yang membawa pulang sepatu baru di tasnya. Ia juga tampak senang ketika aku sudah sampai di lokasi tujuan.
Aaahh....hari ini sangat indah...suasana hangat sudah muncul kembali. Semoga aku bisa melanjutkan komunikasi produktif ini.
Ehm...seauatu yang hangat membuat perjalanan antar kota yang memakan waktu hingga 7 jam tidak akan membuatku lelah. Yeay...warmer and getting warmer... 😘
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kulianbunsayiip
Assalamualaikum
Challenge 8
Yeah...Warmer and Getting Warmer
Alhamdulillah...dari tadi pagi hingga malam ini aku kerap beberapa kali menelepon suami. Hal yang kami bicarakan pun mengenai anak yang aku titipkan pada suami secara aku sedang berada di luar kota.
Suami pun memang telah berbicara dengan lebih lembut. Meski ia sedang sibuk pun, ia juga tidak marah atau bernada kesal. Aku juga melembut dan menanyakan kondisinya. Bahkan pembicaraan yang terakhir tadi, ia juga mengajak bicara lebih panjang mengenai anak yang membawa pulang sepatu baru di tasnya. Ia juga tampak senang ketika aku sudah sampai di lokasi tujuan.
Aaahh....hari ini sangat indah...suasana hangat sudah muncul kembali. Semoga aku bisa melanjutkan komunikasi produktif ini.
Ehm...seauatu yang hangat membuat perjalanan antar kota yang memakan waktu hingga 7 jam tidak akan membuatku lelah. Yeay...warmer and getting warmer... 😘
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kulianbunsayiip
Rabu, 08 November 2017
Day 7 Challenge: Bergumul dengan Rasa Malas Berubah
Assalamualaikum...
Day 7 (out of 10 days left)
Challenge
Bergumul dengan Rasa Malas Berubah
Dari malam kemarin, suami memang sedang ada perubahan ke arah yang lebih negatif. Tetapi, hari ini aku terus berusaha melawan rasa malas untuk menunjukkan komunikasi yang hangat dan positif.
Bagaimana tidak, aku sendiri sedang dikejar-kejar deadline kerja. Pekerjaanku pun kudu pintar cari waktu untuk telepon suami ataupun mengerjakan tugas lainnya di luar kerja. Duh malaaaasss....
Kalau dipikir-pikir kenapa tidak sesekali dia yang memikirkan kesulitan apa yang harus aku lalui untuk bisa mengambil hati dia untuk lembut kembali padaku. Lagi-lagi muncul situasi ingin sekali rasanya untuk bisa dipahami dan dimengerti di saat aku berusaha keras untuk memahaminya. Malaaasss....Tetapi balik lagi, kalau hanya ingin merasa diri untuk dipahami hanya akan memblokir pikiran untuk bisa berpikir di luar dari sudut pandangku sendiri. Kita tidak pernah tahu kan kondisi dan situasi yang menyebabkan dia seperti itu. Nope. Tidak bisa begitu.
Bagaimanapun laki-laki dan perempuan memang berasal dari planet berbeda (red: baca day 1 challenge). Yang aku butuhkan disini adalah kompromi. Kompromi itu berasal dari komunikasi yang kami sepakati untuk jalani bersama. Untuk bisa kompromi maka komunikasi pun harus lancar dan positif. Kalau aku memaksakan kompromi di saat "kabel telepon" komunikasi kami sedang tidak bertemu ya tidak akan ketemu jalan tengahnya. Harus disambung lagi kabelnya.
Berarti harus tetap berjuang. Darah itu merah jendral. Dan peperangan yang paling sulit itu adalah berperang dengan diri sendiri. Rasa malas adalah gumpalan awan hitam yang menutupi niat dan perilaku kita. Harus dihilangkan. Langkah pertama memang sulit. Tapi sulit itu bukan berarti tidak bisa diatasi. Aku sempat SMS mengenai blog ini yang belum aku sampaikan padanya. Tidak dibalas oleh suami tapi tidak berharap banyak dia akan membalas, mungkin sibuk.
Lalu....Malam ini kesempatan itu ada. Ada telepon dari mertua tentang seragam anak yang tidak ada besok. Tertinggal di rumah neneknya yang satu lagi. Aha, ada kesempatan untuk berbicara dengannya. Harus dicari-cari cara agar aku bisa telpon suami kembali. Aku kangen dia saat berjauhan seperti ini. Meski kadang kata-katanya bikin kesal sendiri aku ingin berbaikan dengannya. Apalagi jauh begini.
Aku telepon dia dan mengatakan kepadanya tentang anak kami dengan nada lembut dan berusaha menjelaskan dengan baik. Alhamdulillah, beberapa kali sempat telepon-teleponan terkait seragam anak dan akhirnya beres. Suami pun mulai bisa lebih luwes bicaranya. Oh maas..., aku senang banget dengarnya. Jangan marah lagi ya masku...
Bagaimanapun karena kamu aku ada kan. Untuk di sisimu sebagai tulang rusukmu. Hoping you read this hihihi...
With love
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Day 7 (out of 10 days left)
Challenge
Bergumul dengan Rasa Malas Berubah
Dari malam kemarin, suami memang sedang ada perubahan ke arah yang lebih negatif. Tetapi, hari ini aku terus berusaha melawan rasa malas untuk menunjukkan komunikasi yang hangat dan positif.
Bagaimana tidak, aku sendiri sedang dikejar-kejar deadline kerja. Pekerjaanku pun kudu pintar cari waktu untuk telepon suami ataupun mengerjakan tugas lainnya di luar kerja. Duh malaaaasss....
Kalau dipikir-pikir kenapa tidak sesekali dia yang memikirkan kesulitan apa yang harus aku lalui untuk bisa mengambil hati dia untuk lembut kembali padaku. Lagi-lagi muncul situasi ingin sekali rasanya untuk bisa dipahami dan dimengerti di saat aku berusaha keras untuk memahaminya. Malaaasss....Tetapi balik lagi, kalau hanya ingin merasa diri untuk dipahami hanya akan memblokir pikiran untuk bisa berpikir di luar dari sudut pandangku sendiri. Kita tidak pernah tahu kan kondisi dan situasi yang menyebabkan dia seperti itu. Nope. Tidak bisa begitu.
Bagaimanapun laki-laki dan perempuan memang berasal dari planet berbeda (red: baca day 1 challenge). Yang aku butuhkan disini adalah kompromi. Kompromi itu berasal dari komunikasi yang kami sepakati untuk jalani bersama. Untuk bisa kompromi maka komunikasi pun harus lancar dan positif. Kalau aku memaksakan kompromi di saat "kabel telepon" komunikasi kami sedang tidak bertemu ya tidak akan ketemu jalan tengahnya. Harus disambung lagi kabelnya.
Berarti harus tetap berjuang. Darah itu merah jendral. Dan peperangan yang paling sulit itu adalah berperang dengan diri sendiri. Rasa malas adalah gumpalan awan hitam yang menutupi niat dan perilaku kita. Harus dihilangkan. Langkah pertama memang sulit. Tapi sulit itu bukan berarti tidak bisa diatasi. Aku sempat SMS mengenai blog ini yang belum aku sampaikan padanya. Tidak dibalas oleh suami tapi tidak berharap banyak dia akan membalas, mungkin sibuk.
Lalu....Malam ini kesempatan itu ada. Ada telepon dari mertua tentang seragam anak yang tidak ada besok. Tertinggal di rumah neneknya yang satu lagi. Aha, ada kesempatan untuk berbicara dengannya. Harus dicari-cari cara agar aku bisa telpon suami kembali. Aku kangen dia saat berjauhan seperti ini. Meski kadang kata-katanya bikin kesal sendiri aku ingin berbaikan dengannya. Apalagi jauh begini.
Aku telepon dia dan mengatakan kepadanya tentang anak kami dengan nada lembut dan berusaha menjelaskan dengan baik. Alhamdulillah, beberapa kali sempat telepon-teleponan terkait seragam anak dan akhirnya beres. Suami pun mulai bisa lebih luwes bicaranya. Oh maas..., aku senang banget dengarnya. Jangan marah lagi ya masku...
Bagaimanapun karena kamu aku ada kan. Untuk di sisimu sebagai tulang rusukmu. Hoping you read this hihihi...
With love
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Selasa, 07 November 2017
Day 6 Challenge: Perbaiki Apa yang Perlu Diperbaiki
Assalamualaikum wr wb.
Day 6 (out of 11 days left)
7 November 2017
Challenge
Perbaiki Apa yang Perlu Diperbaiki
Mohon maaf kalau kemarin hingga nanti hari Sabtu tulisannya akan lebih ala kadarnya. Aku sedang ada di luar kota dan jadwalnya pun cukup padat. Ini baru selesai yang harus dikerjakan dan berusaha "nyempilin" waktu untuk ngetik di handphone.
Biasanya ilham lebih enak mengalir kalau mengetik dengan si Levi, lenovo "gaban". Kalau sekarang mengetik sekenanya yang ada di dalam pikiran. Hihi...
Ok, let's get started
Judul diatas bukanlah akan bercerita tentang tukang ledeng ya...hehehe. Ini adalah judul tentang seseorang yang ingin belajar menjadi lebih baik. Aku tahu bahwa diriku masih sulit ternyata menjaga konsistensi. Walhasil, komunikasi sebelum pergi keluar kota memberikan akibat hingga saat ini. Dan aku pun sedih. Duh kok jadi suudzon ya. Tapi mau bagaimana lagi, aku merasakannya perubahan intonasi ataupun perkataan yang ia ucapkan.
Hem..ngomongnya ga seberapa panjang tapi efeknya kok ya jadi begini. Makannya dari kemarin masih berupaya mengatur supaya tidak bersifat terlalu memaksa serta intonasi yang lembut. "Kontrol Dita kontrol Dita", Lagi berusaha meracuni pikiran sendiri. Hehehe...Hanya saja, aku hanya bisa berkomunikasi lbh singkat melalui pesan singkat ataupun telepon.
So, kalau kata seseorang (anonim), "Penyesalan itu selalu datang belakangan kl duluan namanya Pendaftaran". Jadi harus menjaga agar berikutnya tidak lagi mengucapkan hal-hal yang kurang berkenan di hatinya. Karena hatinya adalah juga hatiku. Kami ini sebenarnya adalah satu.
Semoga komunikasi ini bisa tetap terjaga dengan baik ya. Aamiin...
Wassalamualaikum wr wb.
Deeblue (Widita)
#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Day 6 (out of 11 days left)
7 November 2017
Challenge
Perbaiki Apa yang Perlu Diperbaiki
Mohon maaf kalau kemarin hingga nanti hari Sabtu tulisannya akan lebih ala kadarnya. Aku sedang ada di luar kota dan jadwalnya pun cukup padat. Ini baru selesai yang harus dikerjakan dan berusaha "nyempilin" waktu untuk ngetik di handphone.
Biasanya ilham lebih enak mengalir kalau mengetik dengan si Levi, lenovo "gaban". Kalau sekarang mengetik sekenanya yang ada di dalam pikiran. Hihi...
Ok, let's get started
Judul diatas bukanlah akan bercerita tentang tukang ledeng ya...hehehe. Ini adalah judul tentang seseorang yang ingin belajar menjadi lebih baik. Aku tahu bahwa diriku masih sulit ternyata menjaga konsistensi. Walhasil, komunikasi sebelum pergi keluar kota memberikan akibat hingga saat ini. Dan aku pun sedih. Duh kok jadi suudzon ya. Tapi mau bagaimana lagi, aku merasakannya perubahan intonasi ataupun perkataan yang ia ucapkan.
Hem..ngomongnya ga seberapa panjang tapi efeknya kok ya jadi begini. Makannya dari kemarin masih berupaya mengatur supaya tidak bersifat terlalu memaksa serta intonasi yang lembut. "Kontrol Dita kontrol Dita", Lagi berusaha meracuni pikiran sendiri. Hehehe...Hanya saja, aku hanya bisa berkomunikasi lbh singkat melalui pesan singkat ataupun telepon.
So, kalau kata seseorang (anonim), "Penyesalan itu selalu datang belakangan kl duluan namanya Pendaftaran". Jadi harus menjaga agar berikutnya tidak lagi mengucapkan hal-hal yang kurang berkenan di hatinya. Karena hatinya adalah juga hatiku. Kami ini sebenarnya adalah satu.
Semoga komunikasi ini bisa tetap terjaga dengan baik ya. Aamiin...
Wassalamualaikum wr wb.
Deeblue (Widita)
#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Senin, 06 November 2017
Day 5 challenge: Long Distance Begin
Assalamualaikum wr wb
Day 5 (out of 12 days left)
Challenge
Long Distance Begin
Malam kemarin aku dan suami hanya sempat berbincang sebentar. Tidak banyak hal yang kami bicarakan. Lebih ke arah obrolan basa-basi dan kami berdua pun sudah capek.
Pagi pun, aku harus bersiap-siap berangkat pergi untuk keluar kota. Aku pun sempat meminta kepada suami apakah dia bisa mengantarkan aku ke bandara halim. Saat itu kondisinya dia masih sangat mengantuk dan terlalu terburu-buru menyampaikan keinginan. Aku memang salah memilih situasi untuk berbicara. Walhasil, suami sempat membalas dengan nada agak tinggi. Sempat aku pun agak memaksa sehingga situasi menjadi kurang enak. Aku pun sadar situasi yang ada dan merasa bahwa hal ini tidak bisa dilanjutkan karna akan memperkeruh suasana. Aku pun memilih untuk diam, ini tidak tepat.
Pembelajaranku adalah memang harus melihat situasi dan mencoba utk mencari momen yang tepat. Aku pun saat ini sudah berada di kota yang berbeda dengan suami. Beberapa kali sempat menelepon suami. Beberapa telepon berada pada momen yang kurang pas. Aku pun mencoba menelepon lagi saat sudah agak malam dan komunikasi sudah lebih lancar. Meski tidak banyak yang dibicarakan.
Nanti sebelum tidur akan mencoba telepon lagi untuk mengecek kondisi anak. Hehe beginilah long distance communication day 1 begin...hahaha...
Wassalamualaikum wr wb
Deeblue (Widita)
#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Day 5 (out of 12 days left)
Challenge
Long Distance Begin
Malam kemarin aku dan suami hanya sempat berbincang sebentar. Tidak banyak hal yang kami bicarakan. Lebih ke arah obrolan basa-basi dan kami berdua pun sudah capek.
Pagi pun, aku harus bersiap-siap berangkat pergi untuk keluar kota. Aku pun sempat meminta kepada suami apakah dia bisa mengantarkan aku ke bandara halim. Saat itu kondisinya dia masih sangat mengantuk dan terlalu terburu-buru menyampaikan keinginan. Aku memang salah memilih situasi untuk berbicara. Walhasil, suami sempat membalas dengan nada agak tinggi. Sempat aku pun agak memaksa sehingga situasi menjadi kurang enak. Aku pun sadar situasi yang ada dan merasa bahwa hal ini tidak bisa dilanjutkan karna akan memperkeruh suasana. Aku pun memilih untuk diam, ini tidak tepat.
Pembelajaranku adalah memang harus melihat situasi dan mencoba utk mencari momen yang tepat. Aku pun saat ini sudah berada di kota yang berbeda dengan suami. Beberapa kali sempat menelepon suami. Beberapa telepon berada pada momen yang kurang pas. Aku pun mencoba menelepon lagi saat sudah agak malam dan komunikasi sudah lebih lancar. Meski tidak banyak yang dibicarakan.
Nanti sebelum tidur akan mencoba telepon lagi untuk mengecek kondisi anak. Hehe beginilah long distance communication day 1 begin...hahaha...
Wassalamualaikum wr wb
Deeblue (Widita)
#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Minggu, 05 November 2017
Day 4 Challenge: Bingkisan Nasi Goreng
Assalamualaikum wr. wb.
Day 4 (out of 13 days left)
5 November 2017
Challenge
Bingkisan Nasi Goreng
Semalem aku yang merasa kurang enak badan akhirnya nitip suami minta tolong untuk membelikan y**-c 1*** biar bisa lebih bugar.
"Assalamualaikum mas"
"Waalaikumsalam dit"
"Mas aku boleh minta tolong, beliin ****** gak? aku kurang enak badan soalnya", meminta dengan nada yang lembut berharap tidak mengganggu dia yang takutnya sedang bekerja.
"Iya boleh dit nanti aku beliin"
"Asikkk..."
Nah, ini juga buah hasil dari konsistensi ya...suamiku hingga hari ini berasa juga ketularan lembutnya saat di telepon. Ia juga tidak pakai kata-kata alternatif solusi lain seperti kamu coba cari di warung dekat rumah lah dan sebagainya dan sebagainya. Aku pun yang mendengarkan suami melembut juga merasa nyaman. Ooo, jadi gini ya kalau mendengar suara pasangan kita yang lembut, adem...
Biasanya, aku kerap kali menggunakan kata-kata yang diucapkan dengan tegas manja dan terkesan langsung. Maksudnya sih mau manja-manjaan berharap suami akan pengertian dan memahami situasi kita. Abis itu berharap dia mengalah dengan kata-kata, iya deh.
Tapi, ngademin ternyata dengan kata-kata lembut dan berusaha untuk tidak memaksakan situasi. Walhasil, suami pulang sembari nenteng kresekan hitam yang agak berat dan bentuknya besar. Ternyata dia bawa pulang nasi goreng mau ngajakin kita makan berdua bareng. Aih aih aih...Tapi lirak-lirik kanan kiri kok tidak ada benda yang aku titip ya. Coba nanya dengan lembut dan tidak marah-marah duluan, "Mas ****-nya mana ya?". Dia pun menjelaskan bahwa tidak menemukan yang diminta, malah dia beli obat s***flu sambil bilang sudah minum aja besok pagi juga sudah baikan. Aku sih coba menjelaskan baik-baik ke suami kalau tidak biasa minum obat jadi lebih milih minum vitamin. Dia pun terima penjelasan dan tidak merasa kecewa. Dia menyuruhku untuk simpan obatnya saja, kalau-kalau butuh.
Sayangnya belum sempat dipoto ya bingkisan nasi gorengnya karena saking telernya.
Sambil teler karena kondisi badan kurang fit, berjalan sempoyongan ambil piring dan sendok untuk makan. Aku pun sambil mesem-mesem sendiri karena surprise yang diberikan oleh suami. Mungkin dia ingat yang kemarin, aku belum makan dan kelihatan lelah. So, dia belikan bungkusan nasi goreng yang bagi aku itu sudah sangat berharga. Bagi aku ini sudah seperti dikasih perhatian level bintang lima. hwekekekeke...Jadi, aku kasih nama bingkisan nasi goreng, bukan bungkusan hihi...Akhirnya aku anggap semalam adalah nge-date "maem nasi goreng satu berdua". Aiiihh co cweet....
Baru hari keempat menurutku efeknya sudah cukup dahsyat ya. Hehehe coba dari kemarin ya menjalin komunikasi yang lebih ademin hati ini.
"Bingkisan Nasi Goreng", kau akan selalu berlabuh dalam kenangan berharga saat aku tengah berproses untuk perbaikan diri dalam menjalin komunikasi produktif.
Wassalamualaikum wr. wb.
deeblue (Widita)
#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Day 4 (out of 13 days left)
5 November 2017
Challenge
Bingkisan Nasi Goreng
Semalem aku yang merasa kurang enak badan akhirnya nitip suami minta tolong untuk membelikan y**-c 1*** biar bisa lebih bugar.
"Assalamualaikum mas"
"Waalaikumsalam dit"
"Mas aku boleh minta tolong, beliin ****** gak? aku kurang enak badan soalnya", meminta dengan nada yang lembut berharap tidak mengganggu dia yang takutnya sedang bekerja.
"Iya boleh dit nanti aku beliin"
"Asikkk..."
Nah, ini juga buah hasil dari konsistensi ya...suamiku hingga hari ini berasa juga ketularan lembutnya saat di telepon. Ia juga tidak pakai kata-kata alternatif solusi lain seperti kamu coba cari di warung dekat rumah lah dan sebagainya dan sebagainya. Aku pun yang mendengarkan suami melembut juga merasa nyaman. Ooo, jadi gini ya kalau mendengar suara pasangan kita yang lembut, adem...
Biasanya, aku kerap kali menggunakan kata-kata yang diucapkan dengan tegas manja dan terkesan langsung. Maksudnya sih mau manja-manjaan berharap suami akan pengertian dan memahami situasi kita. Abis itu berharap dia mengalah dengan kata-kata, iya deh.
Tapi, ngademin ternyata dengan kata-kata lembut dan berusaha untuk tidak memaksakan situasi. Walhasil, suami pulang sembari nenteng kresekan hitam yang agak berat dan bentuknya besar. Ternyata dia bawa pulang nasi goreng mau ngajakin kita makan berdua bareng. Aih aih aih...Tapi lirak-lirik kanan kiri kok tidak ada benda yang aku titip ya. Coba nanya dengan lembut dan tidak marah-marah duluan, "Mas ****-nya mana ya?". Dia pun menjelaskan bahwa tidak menemukan yang diminta, malah dia beli obat s***flu sambil bilang sudah minum aja besok pagi juga sudah baikan. Aku sih coba menjelaskan baik-baik ke suami kalau tidak biasa minum obat jadi lebih milih minum vitamin. Dia pun terima penjelasan dan tidak merasa kecewa. Dia menyuruhku untuk simpan obatnya saja, kalau-kalau butuh.
Sayangnya belum sempat dipoto ya bingkisan nasi gorengnya karena saking telernya.
Sambil teler karena kondisi badan kurang fit, berjalan sempoyongan ambil piring dan sendok untuk makan. Aku pun sambil mesem-mesem sendiri karena surprise yang diberikan oleh suami. Mungkin dia ingat yang kemarin, aku belum makan dan kelihatan lelah. So, dia belikan bungkusan nasi goreng yang bagi aku itu sudah sangat berharga. Bagi aku ini sudah seperti dikasih perhatian level bintang lima. hwekekekeke...Jadi, aku kasih nama bingkisan nasi goreng, bukan bungkusan hihi...Akhirnya aku anggap semalam adalah nge-date "maem nasi goreng satu berdua". Aiiihh co cweet....
Baru hari keempat menurutku efeknya sudah cukup dahsyat ya. Hehehe coba dari kemarin ya menjalin komunikasi yang lebih ademin hati ini.
"Bingkisan Nasi Goreng", kau akan selalu berlabuh dalam kenangan berharga saat aku tengah berproses untuk perbaikan diri dalam menjalin komunikasi produktif.
Wassalamualaikum wr. wb.
deeblue (Widita)
#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Sabtu, 04 November 2017
Day 3 Challenge: Menjaga Konsistensi
Day 3 (out of 15 days
left)
4 November 2017
Challenge
Menjaga Konsistensi
Kilas balik malam sebelumnya.
image source: http://clipart-library.com/clipart/Biaqyq4i8.htm
Malam sebelumnya ketika aku sudah capek. Aku berkata kepada suami
kalau sedang merasa lapar. “Ya udah kamu ambil aja di tempat mama (notabene rumahku
posisinya dekat dengan mertua)”, Kata suami. “Tapi aku udah capek mas udah
gapapa”. Aku pun memilih mager sambil rebahan leha-leha. Tidak lama kemudian,
suami tiba-tiba datang dengan membawakan piring berisi nasi dan lauknya.
Surprise sekali loh. Saya tidak minta suami untuk mengambilkan tetapi suami
menyediakannya khusus untukku. Ngasihnya sih dia tetap dengan wajah yang kaku,
tetapi hati rinto gak tega lihat istrinya kelaperan hehehe.... Ini pun
menurutku karena beberapa hari ini aku kerap menggunakan jurus gombal seribu
bayangan hehehe....Dan tidak disangka ya, hal ini membuatku senang sekali ya...
Kembali ke hari ini.
Komunikasi lagi-lagi harus dilangsungkan melalui telepon siang
dan sore ini. Pasalnya, aku harus bekerja dari pagi hingga sore hari. Jujur
saja, aku sempat merasa capek karena waktu kerja yang cukup ketat hari ini.
Dengan kondisi seperti ini tentunya akan membuat diri juga takutnya kurang bisa
mengontrol emosi bahkan ketika di telepon. Tampaknya memang ujianku ketika
menerima tantangan ini adalah lebih kepada menjaga konsistensi untuk
menggunakan komunikasi yang produktif.
Salah satu pembicaraan di telepon:
“Mas, kira-kira bisa gak kalau aku dijemput
di....(menyebutkan salah satu nama lokasi)?”
“Aduh gak bisa Dit, mending kamu naek ......(salah satu ojek
online) aja. Aku juga biasanya naik .............”
“O ya udah mas gapapa. Aku naek itu aja ya”
“Iya dit”
Biasanya kl sudah sangat capek pasti akan menjawab dengan
nada lebih tinggi dan kata-kata yang tidak bisa dikontrol dengan baik. Alias uda gak bisa
bermanis-manis ria. Eh ini karena ingat dikasih tantangan seperti itu akhirnya
coba lebih kelola diri sendiri. Aku meski tidak pake gombal-gombalan, akhirnya
mengutarakan permintaan dengan cara yang lebih santun dan tidak memaksakan
kehendak. Coba kl misalkan aku memberikan reaksi yang kurang tepat, ia sudah pasti merasa
tersinggung. Tetapi ini aku berupaya untuk berbicara jelas serta bersikap
legowo alias tidak memaksakan. Ia pun terdengar lebih tenang setelah aku mengatakan hal seperti itu. Walhasil akupun juga lebih tenang.
Keep fighting! menjaga konsistensi komunikasi produktif.
Deeblue (Widita)
#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Jumat, 03 November 2017
Day 2 Challenge: Bertahan Atau...
Day 2 (out of 16 days left)
3 November 2017
Ketika kita ingin berubah menjadi lebih baik tentunya akan ada saja ujian yang datang.
Hal ini memastikan apakah keyakinan kita masih tetap sama untuk berubah.
Komunikasi sangat erat kaitannya dengan peningkatan kehidupan.
Melalui komunikasi kita mendapatkan informasi yang menjadi bekal perjalanan hidup.
Challenge:
BERTAHAN ATAU ....
image source: http://images.all-free-download.com/images/graphicthumb/pink_lotus_dscn1239_515687.jpg
Nama tengahku memiliki arti bunga teratai. Harapannya bisa menjadi layaknya teratai mengapung di atas air, terbawa oleh riak gemericik dan mekar dengan indahnya di atas kelopak daun hijau besar.
Ibaratkan air adalah sebuah ujian dalam kehidupan, yang ingin mengetes kita apakah layak berbagai ilmu yang telah kita kantongi disandang oleh diri kita. Begitu juga dengan komunikasi produktif, sebuah ilmu yang ingin ditingkatkan tuk mencapai jati diri yang lebih baik.
Hari ini adalah tepat hari kedua aku menjalani tantangan yang diberikan oleh sebuah komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) di kelas Bunda Sayang #3. Bentuk komunikasi yang harusnya aku janjikan untuk ditulis pada hari kedua ini adalah episode malam tadi yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Meski hendak menyampaikan pesan sesuai kaidah Komunikasi Produktif kepada target operandi (dalam hal ini suami), ternyata tak dinyana situasi dan kondisilah yang membuat kami akhirnya tidak dapat merealisasikan apa yang telah aku rencanakan sebelumnya.
Sempat terbersit, duh mau nulis apa nanti. Kok tidak ada yang ingin ditulis sih. Gak seru ah...Secara kebayang aja jadwal Jumat ini agak padat dari pagi hingga sore hari, membuat aku dan suami agak kesulitan untuk berkomunikasi tatap muka kecuali malam tiba. Padahal sudah harap-harap cemas, aku bisa meneruskan pekerjaan rumah yang kemarin. Heemm...pemikiran bahwa rencana gagal, bisa saja membuat kepala kita menjadi keblokir untuk menemukan solusi lainnya yang tetap bisa menjawab tantangan di hari kedua ini. Akhirnya tadi sembari melakukan beberapa aktivitas, aku pun berpikir tentang kenapa harus khawatir soal ini. Toh, ini adalah tantangan yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan yang kita jalani sehari-hari, yakni komunikasi. Tidak hanya aku yang memiliki aktivitas padat di dalam kesehariannya. Tapi bukan berarti hal tersebut menjadi akhir dunia dari terjalinnya sebuah komunikasi.
When there's a will there's a way
Yupsy...aku mau bertahan. Tidak mau menyerah dong. Pas banget ketika lagi ada pertemuan dengan rekan kerja, telepon berdering dan ada nama suami disitu. Hem...hati kami bertautan nih. Hehehe...
Akupun mengangkat telepon dan terjadilah...
Salah satu percakapan penting:
"Dita, aku nanti pulang malem ya"
"Iyaaa....sayaaangkuuu...." (dengan intonasi suara yang lembut)
image source: https://pixabay.com/p-1776746/?no_redirect
Dan pembicaraan berlanjut dalam waktu yang tidak terlalu lama berisi beberapa hal yang memang penting untuk kami bahas. Maaf tidak bisa diketik lebih spesifik ya untuk pembicaraan apa, bukan konsumsi publik hehehe...Itupun respon yang ia berikan adalah menelepon dengan nada suara yang juga lembut. Agak tidak biasa untuk ukuran suami ya...hehehe...dia si "manusia gua" bagian dari kelompok suami anti-gombal.
Singkat banget sih komunikasi yang kami jalin tadi melalui telepon. Tapi, ada rasa puas tersendiri karena reaksi positif yang diberikan suami.
Sederhana tapi bermakna!
Pelajaran yang aku terima berdasarkan pengaplikasian ilmu adalah bahwa bukan berapa lama komunikasi itu disampaikan, tetapi kualitas apa yang hendak kita sampaikan pada lawan bicara. Komunikasi yang berkualitas meski singkat akan membuat kita tersenyum-senyum kecil apabila mengingatnya. Duh, kok jadi seperti pacaran ya hihi...
Selain itu, terlalu ingin sempurna kita menjalankan sebuah rencana juga akan membuat diri kita tidak berani untuk mencoba.
"Jangan takut!", kata si hati kecil.
Manusia itu tempatnya salah.
Dari salah itu, kita belajar mana yang benar.
Dan aku bukan ingin menjadi benar ataupun sempurna.
Hanya ingin menjadi lebih baik.
Rencana besok adalah tetap melanjutkan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Jadi, aku kan jemput tantangan di hari ketiga...Aku pun memilih untuk BERTAHAN!
Wassalamualaikum wr wb.
deeblu (Widita)
#hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
3 November 2017
Ketika kita ingin berubah menjadi lebih baik tentunya akan ada saja ujian yang datang.
Hal ini memastikan apakah keyakinan kita masih tetap sama untuk berubah.
Komunikasi sangat erat kaitannya dengan peningkatan kehidupan.
Melalui komunikasi kita mendapatkan informasi yang menjadi bekal perjalanan hidup.
Challenge:
BERTAHAN ATAU ....
image source: http://images.all-free-download.com/images/graphicthumb/pink_lotus_dscn1239_515687.jpg
Nama tengahku memiliki arti bunga teratai. Harapannya bisa menjadi layaknya teratai mengapung di atas air, terbawa oleh riak gemericik dan mekar dengan indahnya di atas kelopak daun hijau besar.
Ibaratkan air adalah sebuah ujian dalam kehidupan, yang ingin mengetes kita apakah layak berbagai ilmu yang telah kita kantongi disandang oleh diri kita. Begitu juga dengan komunikasi produktif, sebuah ilmu yang ingin ditingkatkan tuk mencapai jati diri yang lebih baik.
Hari ini adalah tepat hari kedua aku menjalani tantangan yang diberikan oleh sebuah komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) di kelas Bunda Sayang #3. Bentuk komunikasi yang harusnya aku janjikan untuk ditulis pada hari kedua ini adalah episode malam tadi yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Meski hendak menyampaikan pesan sesuai kaidah Komunikasi Produktif kepada target operandi (dalam hal ini suami), ternyata tak dinyana situasi dan kondisilah yang membuat kami akhirnya tidak dapat merealisasikan apa yang telah aku rencanakan sebelumnya.
Sempat terbersit, duh mau nulis apa nanti. Kok tidak ada yang ingin ditulis sih. Gak seru ah...Secara kebayang aja jadwal Jumat ini agak padat dari pagi hingga sore hari, membuat aku dan suami agak kesulitan untuk berkomunikasi tatap muka kecuali malam tiba. Padahal sudah harap-harap cemas, aku bisa meneruskan pekerjaan rumah yang kemarin. Heemm...pemikiran bahwa rencana gagal, bisa saja membuat kepala kita menjadi keblokir untuk menemukan solusi lainnya yang tetap bisa menjawab tantangan di hari kedua ini. Akhirnya tadi sembari melakukan beberapa aktivitas, aku pun berpikir tentang kenapa harus khawatir soal ini. Toh, ini adalah tantangan yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan yang kita jalani sehari-hari, yakni komunikasi. Tidak hanya aku yang memiliki aktivitas padat di dalam kesehariannya. Tapi bukan berarti hal tersebut menjadi akhir dunia dari terjalinnya sebuah komunikasi.
When there's a will there's a way
Yupsy...aku mau bertahan. Tidak mau menyerah dong. Pas banget ketika lagi ada pertemuan dengan rekan kerja, telepon berdering dan ada nama suami disitu. Hem...hati kami bertautan nih. Hehehe...
Akupun mengangkat telepon dan terjadilah...
Salah satu percakapan penting:
"Dita, aku nanti pulang malem ya"
"Iyaaa....sayaaangkuuu...." (dengan intonasi suara yang lembut)
image source: https://pixabay.com/p-1776746/?no_redirect
Dan pembicaraan berlanjut dalam waktu yang tidak terlalu lama berisi beberapa hal yang memang penting untuk kami bahas. Maaf tidak bisa diketik lebih spesifik ya untuk pembicaraan apa, bukan konsumsi publik hehehe...Itupun respon yang ia berikan adalah menelepon dengan nada suara yang juga lembut. Agak tidak biasa untuk ukuran suami ya...hehehe...dia si "manusia gua" bagian dari kelompok suami anti-gombal.
Singkat banget sih komunikasi yang kami jalin tadi melalui telepon. Tapi, ada rasa puas tersendiri karena reaksi positif yang diberikan suami.
Sederhana tapi bermakna!
Pelajaran yang aku terima berdasarkan pengaplikasian ilmu adalah bahwa bukan berapa lama komunikasi itu disampaikan, tetapi kualitas apa yang hendak kita sampaikan pada lawan bicara. Komunikasi yang berkualitas meski singkat akan membuat kita tersenyum-senyum kecil apabila mengingatnya. Duh, kok jadi seperti pacaran ya hihi...
Selain itu, terlalu ingin sempurna kita menjalankan sebuah rencana juga akan membuat diri kita tidak berani untuk mencoba.
"Jangan takut!", kata si hati kecil.
Manusia itu tempatnya salah.
Dari salah itu, kita belajar mana yang benar.
Dan aku bukan ingin menjadi benar ataupun sempurna.
Hanya ingin menjadi lebih baik.
Rencana besok adalah tetap melanjutkan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Jadi, aku kan jemput tantangan di hari ketiga...Aku pun memilih untuk BERTAHAN!
Wassalamualaikum wr wb.
deeblu (Widita)
#hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Kamis, 02 November 2017
Day 1 Challenge: Men are form Mars and Women are from Venus (Komunikasi Produktif)
Day 1: 2 November 2017
Assalamualaikum wr.wb.
Opening:
image source: https://static.vecteezy.com/system/resources/thumbnails/000/031/144/original/modern-music-notes-vector-pack.jpg
Seperti sebuah konser musik klasik, mereka kerap menyajikan sebuah pembukaan yang lembut nan mendayu sehingga membuat orang yang tengah mendengarkan ikut larut di dalamnya. Alunan musik itu seperti menyihir setiap orang untuk mulai menyatu dengan suasana yang akan menjadi intinya. Membuat setiap orang yang mendengarkan mendapatkan gambaran yang sama tentang makna dari musik yang tengah menggema.
Musik merupakan sebuah bentuk komunikasi yang dikeluarkan dalam bunyi-bunyian dengan aturan tertentu. Bunyi panjang-pendek-kencang-pelan semua berpadu untuk menyampaikan sebuah pesan. Ketika ada satu bunyi yang keluar dari jalurnya tentunya akan memberikan kesan yang berbeda. Di sisi lain ketika semua bunyi bersatu padu menjalin nada yang saling bertalian, tentu akan menciptakan sesuatu yang kita sebut sebagai
"SIMPONI"...
Assalamualaikum wr.wb.
Opening:
image source: https://static.vecteezy.com/system/resources/thumbnails/000/031/144/original/modern-music-notes-vector-pack.jpg
Seperti sebuah konser musik klasik, mereka kerap menyajikan sebuah pembukaan yang lembut nan mendayu sehingga membuat orang yang tengah mendengarkan ikut larut di dalamnya. Alunan musik itu seperti menyihir setiap orang untuk mulai menyatu dengan suasana yang akan menjadi intinya. Membuat setiap orang yang mendengarkan mendapatkan gambaran yang sama tentang makna dari musik yang tengah menggema.
Musik merupakan sebuah bentuk komunikasi yang dikeluarkan dalam bunyi-bunyian dengan aturan tertentu. Bunyi panjang-pendek-kencang-pelan semua berpadu untuk menyampaikan sebuah pesan. Ketika ada satu bunyi yang keluar dari jalurnya tentunya akan memberikan kesan yang berbeda. Di sisi lain ketika semua bunyi bersatu padu menjalin nada yang saling bertalian, tentu akan menciptakan sesuatu yang kita sebut sebagai
"SIMPONI"...
Challenge day 1 (out of 16 days left)
#hari1 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip
Percobaan Komunikasi Produktif
TARGET OPERASIONAL: SUAMI
Bagi sebagian perempuan mungkin pernah mendengar kalimat seperti dibawah ini:
"Men are From Mars and Women are From Venus" tagline yang merupakan judul dari sebuah buku yang ditulis oleh John Gray, Ph.D.
image source: http://www.bukabuku.com/browses/product/9789796052103/men-are-from-mars-women-are-from-venus.html
Beneran ni?? Kok rasanya kita dari awal, merasa mijak bumi aja tuh belum pernah pindah planet...hehehe...
Anyway busway...pas ketemu sobat lama yang tengah berkunjung ke Jakarta, hal yang lebih banyak menjadi perdebatan panas untuk kita berdua ternyata tidak jauh-jauh dari "Bagaimana sih menyatukan pendapat antara si laki-laki dan perempuan?" yang katanya beda planet itu...
Well...sampai bisa dibilang perdebatan panas bukan berarti kita duduk di atas kursi panas ngobrolnya hehehe...Tapi lebih kepada menjadi topik panas yang membuat kita bisa duduk anteng lama ria untuk membahas hal yang relatif sama.
Pendapat itu adalah bagian dari komunikasi yang kita jalankan ketika berinteraksi dengan orang lain. Ada pesan yang ingin disampaikan disitu. The real deal disini adalah..."Apakah sesulit itu untuk menyampaikan sebuah pesan?" Orang jaman dulu saja mengirimkan pesan menggunakan titik garis yang kita sebut sebagai telegram, sudah bisa menyampaikan pesan hingga ke benua yang berbeda. Nah, jaman kekinian era gadget dengan menampilkan video kita secara real time, apakah masih mungkin terjadi perbedaan pemahaman dalam menerima inti pesan?
Jawabannya: sangat bisa.
Jangankan lewat video call, tatap muka saja masih bisa menyebabkan dua orang atau lebih berselisih paham tentang apa yang tengah disampaikan. So, komunikasi itu memerlukan sebuah ketrampilan tertentu agar apa yang ingin kita sampaikan bisa diterima setara dengan lawan bicara. laki-laki dan perempuan berdasarkan teori "Men are form Mars and Women are from Venus" memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan terletak pada sudut pandang yang berbeda, pemikiran berbeda, perilaku berbeda, gaya komunikasi pun berbeda.
Ada satu nih bahasa yang ada di dalam buku, yang ngena banget ke aku hingga saat ini.
Ketika menghadapi suatu konflik, tentunya kebayang juga bagaimana perbedaan laki-laki dan perempuan dalam mengatasi hal tersebut. This is it.
Man go to their caves and Women talks
Bisa kebayang dong pada masa tahun-tahun pernikahan yang bisa dikatakan masih seumur jagung ini banyak konflik yang bisa terjadi. Ini merupakan fase storming dimana kami harus melalui badai kehidupan dalam penyesuaian satu sama lain (jangan dibayangkan kami menghadapi angin badai dan semburan air hujan...hehehe).
Fase penyesuaian dalam sebuah perkawinan membutuhkan upaya dari kedua belah pihak, baik laki-laki sang suami ataupun perempuan sang istri. Kondisi krisis seperti ini akan membuat seseorang cenderung menampilkan diri mereka yang sesungguhnya. Dan yes...saya sebagai perempuan kerap kali membutuhkan bicara untuk menenangkan jiwa. Sedangkan suami, dia lebih banyak diam dan seperti orang yang sedang mencari ilham atau semedi berlaku sebagai si "manusia gua".
Kebayang dong, perbedaan ini cukup tajam sampai bikin konflik kadang bertambah jadi melebar kemana-mana dan tidak fokus pada penyelesaian masalah. Komunikasi antara aku dan suami seperti tidak ada titik temunya. Aku ngomong panjang kali lebar jadi luas, eh suami malah, "oh ya, terus?". Jawaban suami sarat kalimat singkat, jelas, dan padat. Dalam hati si perempuan jadi bertanya-tanya, "Dia nanggepin beneran gak sih...?" Contoh tanggapan suami yang lain juga, "Jadi, mau A atau B? Kok gitu aja dibikin sulit." Esmosi esmosi pemirsah dengernya...hehehe...
Sebenarnya, ini hanya sebuah perbedaan tujuan. Bisa diakui bahwa perempuan apabila menemui tekanan (terkadang untuk hal yang sepele) cenderung akan mengutarakan dengan kalimat yang panjang, tidak bertitik, dan terdapat beberapa inti pembicaraan yang disampaikan dalam satu kalimat. Bahkan ada beberapa pengulangan yang dilakukan dengan cara pengucapan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan segala uneg-uneg yang dimiliki agar beban yang ada di pundak bisa menjadi lebih ringan. Intinya supaya tumpah. Dan sang suami tuh pahamin kita gitu, ingin didengarkan.
Sedangkan bagi laki-laki, tekanan berarti ia harus bisa berpikir inti masalah serta jalan keluarnya. Hal ini yang membuat laki-laki cenderung meniadakan faktor-faktor yang menurutnya tidak esensial dan langsung menuju ke sumber masalahnya. Setelah itu, polanya runut langsung menuju bagaimana cara menyelesaikan masalah. Mau sampai ujung manapun, tidak akan bisa ketemu kalau tujuannya saja sudah berbeda. Si perempuan kereta arah bogor yang laki-laki arah tangerang.
Berarti harus tujuan disamakan dulu nih sebagai sebuah tim, yakni visi dan misi. Pasangan suami dan istri ketika menjalani kehidupan berumah tangga akan lebih terbantu ketika menyatukan visi dan misi dari keluarganya. Menyatukan visi dan misi tidak hanya dilakukan ketika di awal perjalanan pernikahan. Membahas kembali tentang visi dan misi keluarga pun bisa saja dilakukan di tengah-tengah jalannya pernikahan. Hal ini sebagai sebuah cara agar kita berdua sebagai pasangan masih tetap berada di rel yang sama. Menghangatkan kembali "tungku" keluarga.
Nah, tapi menyatukan visi dan misi membutuhkan sebuah komunikasi yang mendalam. Sedangkan ketika sedang ada tekanan, komunikasi bisa terkendala karena kondisi women talks dan cave man tadi. Setelah mengikuti kelas Bunda Sayang Batch 3 Depok dari komunitas WAG "Institut Ibu Profesional" yang materi pertama tentang komunikasi, saya pun menjadi tertantang. Bagaimana cara membuat visi dan misi ini kembali jelas, dan komunikasi menjadi lebih lancar kembali.
Aku pun menggunakan trik pertama tentang menggunakan komunikasi dengan kata-kata yang positif.
Tentunya ada saat dimana ketika masa beku bisa dipecahkan oleh suasana yang hangat. Es beku saja bisa mencair ketika dilelehkan oleh sinar mentari yang hangat. So, aku pun memposisikan diriku sebagai "matahari hangat".
Kaidah 7-38-55
Siang ini aku coba telepon si pacar lamaku (alias suami) untuk membuat janjian malam ini bertemu muka untuk sekedar mengobrol lepas. Sebelumnya sudah bilang ke suami ada tugas dari kelas untuk mengajaknya berkomunikasi. Disini aku mencoba menggunakan intonasi suara yang lembut, kalau perlu mendayu-dayu seperti sedang menguntai ritme, menggunakan kata-kata yang aku rasa bisa menyenangkan bagi orang yang mendengarnya. (si 38% intonasi suara)
Bisa dibayangkan dong, aku sempat agak ngikik dalam hati karena aku bukan seseorang yang biasa gombal. Walah. Tapi, ini aku lagi ngegombalin suami lo. "Masku..., lagi apa kamu?", "Masku aku minta tolong ya sayang..." dan kata-kata gombal lainnya yang coba untuk dibayangkan sendiri seperti apa ya yang diucapkan selanjutnya.
Reaksi:
Eng ing eng...suami dari nada suaranya agak surprise dengan gombal yang aku lancarkan. "Eh iya, nanti aku luangin waktu kok buat kamu malam ini", suara jawabannya lembut dan sontak rasanya pengen langsung jingkrak kegirangan, tapi tetap harus jaga image di depan beberapa orang. Jadi, ya senyum-senyum aja hehehe...
Clear and Clarify
Aku tetap berupaya menggunakan kata-kata yang jelas dengan mengutarakan tujuan dari janjian yang dibuat malam ini secara singkat dan padat.
"Masku aku minta tolong ya sayang...pengen ngajak kamu ngobrol untuk pengerjaan tugas yang sudah aku sampaikan sebelumnya"
Choose the Right Time
Aku pun tidak langsung nembak minta dia untuk ngobrol malam ini juga. Tapi aku pastikan dulu apakah suami bisa meluangkan waktunya? Apakah dia merasa lelah malam ini untuk mengobrol denganku? Kalaupun jawabannya merasa lelah, aku tidak akan memaksakan untuk berproses malam ini juga. Tapi setidaknya aku sudah mencoba tahapan untuk mencari waktu yang tepat dalam berkomunikasi secara produktif dengan sang suami. Ini juga masuk ke dalam bagian komunikasi juga menurutku.
Ada dua lagi yang harus aku terapkan dalam ilmu berkomunikasi dengan pasangan, yang akan bisa dilakukan ketika aku bertemu dengan suami malam ini untuk berkomunikasi.
Pertama: Intensity of eye contact
Mencoba untuk menjaga kontak mata ketika berbicara dengan suami. Pakai tatapan yang lembut juga pastinya.
Kedua: Kaidah 7-38-55
Bagian ini aku masih belum melakukan 55% bahasa tubuh. Jadi, malam ini ketika aku bertemu muka dengan sang suami, harus tetap dilancarkan serangannya. Pakai bahasa tubuh yang sesuai dan tidak berlebihan.
So, ini fase pertama dari tantangan...akan lanjut lagi ke hari berikutnya untuk menjawab tantangan tentang komunikasi produktif. Seperti kata orang bijak tempo doeloe, tidak akan ada perjalanan tanpa awalan. Dan ini adalah perjalanan awalku kembali untuk membuat perubahan positif dari diriku, dan perjalananku menjadi seseorang yang lebih baik dan sabar. And the journey continues...
Wassalamualaikum wr.wb.
deeblue (Widita)
#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Langganan:
Komentar (Atom)







