Kamis, 02 November 2017

Day 1 Challenge: Men are form Mars and Women are from Venus (Komunikasi Produktif)

Day 1: 2 November 2017

Assalamualaikum wr.wb.

Opening: 


image source: https://static.vecteezy.com/system/resources/thumbnails/000/031/144/original/modern-music-notes-vector-pack.jpg

Seperti sebuah konser musik klasik, mereka kerap menyajikan sebuah pembukaan yang lembut nan mendayu sehingga membuat orang yang tengah mendengarkan ikut larut di dalamnya. Alunan musik itu seperti menyihir setiap orang untuk mulai menyatu dengan suasana yang akan menjadi intinya. Membuat setiap orang yang mendengarkan mendapatkan gambaran yang sama tentang makna dari musik yang tengah menggema. 

Musik merupakan sebuah bentuk komunikasi yang dikeluarkan dalam bunyi-bunyian dengan aturan tertentu. Bunyi panjang-pendek-kencang-pelan semua berpadu untuk menyampaikan sebuah pesan. Ketika ada satu bunyi yang keluar dari jalurnya tentunya akan memberikan kesan yang berbeda. Di sisi lain ketika semua bunyi bersatu padu menjalin nada yang saling bertalian, tentu akan menciptakan sesuatu yang kita sebut sebagai 

"SIMPONI"...


Challenge day 1 (out of 16 days left)

#hari1 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

Percobaan Komunikasi Produktif 
TARGET OPERASIONAL: SUAMI  


Bagi sebagian perempuan mungkin pernah mendengar kalimat seperti dibawah ini:

"Men are From Mars and Women are From Venus" tagline yang merupakan judul dari sebuah buku yang ditulis oleh John Gray, Ph.D.


Beneran ni?? Kok rasanya kita dari awal, merasa mijak bumi aja tuh belum pernah pindah planet...hehehe...

Anyway busway...pas ketemu sobat lama yang tengah berkunjung ke Jakarta, hal yang lebih banyak menjadi perdebatan panas untuk kita berdua ternyata tidak jauh-jauh dari "Bagaimana sih menyatukan pendapat antara si laki-laki dan perempuan?" yang katanya beda planet itu...
Well...sampai bisa dibilang perdebatan panas bukan berarti kita duduk di atas kursi panas ngobrolnya hehehe...Tapi lebih kepada menjadi topik panas yang membuat kita bisa duduk anteng lama ria untuk membahas hal yang relatif sama. 

Pendapat itu adalah bagian dari komunikasi yang kita jalankan ketika berinteraksi dengan orang lain. Ada pesan yang ingin disampaikan disitu. The real deal disini adalah..."Apakah sesulit itu untuk menyampaikan sebuah pesan?" Orang jaman dulu saja mengirimkan pesan menggunakan titik garis yang kita sebut sebagai telegram, sudah bisa menyampaikan pesan hingga ke benua yang berbeda. Nah, jaman kekinian era gadget dengan menampilkan video kita secara real time, apakah masih mungkin terjadi perbedaan pemahaman dalam menerima inti pesan? 

Jawabannya: sangat bisa.

Jangankan lewat video call, tatap muka saja masih bisa menyebabkan dua orang atau lebih berselisih paham tentang apa yang tengah disampaikan. So, komunikasi itu memerlukan sebuah ketrampilan tertentu agar apa yang ingin kita sampaikan bisa diterima setara dengan lawan bicara. laki-laki dan perempuan berdasarkan teori "Men are form Mars and Women are from Venus" memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan terletak pada sudut pandang yang berbeda, pemikiran berbeda, perilaku berbeda, gaya komunikasi pun berbeda. 

Ada satu nih bahasa yang ada di dalam buku, yang ngena banget ke aku hingga saat ini. 
Ketika menghadapi suatu konflik, tentunya kebayang juga bagaimana perbedaan laki-laki dan perempuan dalam mengatasi hal tersebut. This is it.

Man go to their caves and Women talks

Bisa kebayang dong pada masa tahun-tahun pernikahan yang bisa dikatakan masih seumur jagung ini banyak konflik yang bisa terjadi. Ini merupakan fase storming dimana kami harus melalui badai kehidupan dalam penyesuaian satu sama lain (jangan dibayangkan kami menghadapi angin badai dan semburan air hujan...hehehe). 

Fase penyesuaian dalam sebuah perkawinan membutuhkan upaya dari kedua belah pihak, baik laki-laki sang suami ataupun perempuan sang istri. Kondisi krisis seperti ini akan membuat seseorang cenderung menampilkan diri mereka yang sesungguhnya. Dan yes...saya sebagai perempuan kerap kali membutuhkan bicara untuk menenangkan jiwa. Sedangkan suami, dia lebih banyak diam dan seperti orang yang sedang mencari ilham atau semedi berlaku sebagai si "manusia gua".  

Kebayang dong, perbedaan ini cukup tajam sampai bikin konflik kadang bertambah jadi melebar kemana-mana dan tidak fokus pada penyelesaian masalah. Komunikasi antara aku dan suami seperti tidak ada titik temunya. Aku ngomong panjang kali lebar jadi luas, eh suami malah, "oh ya, terus?". Jawaban suami sarat kalimat singkat, jelas, dan padat. Dalam hati si perempuan jadi bertanya-tanya, "Dia nanggepin beneran gak sih...?" Contoh tanggapan suami yang lain juga, "Jadi, mau A atau B? Kok gitu aja dibikin sulit." Esmosi esmosi pemirsah dengernya...hehehe... 

Sebenarnya, ini hanya sebuah perbedaan tujuan. Bisa diakui bahwa perempuan apabila menemui tekanan (terkadang untuk hal yang sepele) cenderung akan mengutarakan dengan kalimat yang panjang, tidak bertitik, dan terdapat beberapa inti pembicaraan yang disampaikan dalam satu kalimat. Bahkan ada beberapa pengulangan yang dilakukan dengan cara pengucapan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan segala uneg-uneg yang dimiliki agar beban yang ada di pundak bisa menjadi lebih ringan. Intinya supaya tumpah. Dan sang suami tuh pahamin kita gitu, ingin didengarkan.

Sedangkan bagi laki-laki, tekanan berarti ia harus bisa berpikir inti masalah serta jalan keluarnya. Hal ini yang membuat laki-laki cenderung meniadakan faktor-faktor yang menurutnya tidak esensial dan langsung menuju ke sumber masalahnya. Setelah itu, polanya runut langsung menuju bagaimana cara menyelesaikan masalah. Mau sampai ujung manapun, tidak akan bisa ketemu kalau tujuannya saja sudah berbeda. Si perempuan kereta arah bogor yang laki-laki arah tangerang. 
Berarti harus tujuan disamakan dulu nih sebagai sebuah tim, yakni visi dan misi. Pasangan suami dan istri ketika menjalani kehidupan berumah tangga akan lebih terbantu ketika menyatukan visi dan misi dari keluarganya. Menyatukan visi dan misi tidak hanya dilakukan ketika di awal perjalanan pernikahan. Membahas kembali tentang visi dan misi keluarga pun bisa saja dilakukan di tengah-tengah jalannya pernikahan. Hal ini sebagai sebuah cara agar kita berdua sebagai pasangan masih tetap berada di rel yang sama. Menghangatkan kembali "tungku" keluarga.

Nah, tapi menyatukan visi dan misi membutuhkan sebuah komunikasi yang mendalam. Sedangkan ketika sedang ada tekanan, komunikasi bisa terkendala karena kondisi women talks dan cave man tadi. Setelah mengikuti kelas Bunda Sayang Batch 3  Depok dari komunitas WAG "Institut Ibu Profesional" yang materi pertama tentang komunikasi, saya pun menjadi tertantang. Bagaimana cara membuat visi dan misi ini kembali jelas, dan komunikasi menjadi lebih lancar kembali. 

Aku pun menggunakan trik pertama tentang menggunakan komunikasi dengan kata-kata yang positif. 

Tentunya ada saat dimana ketika masa beku bisa dipecahkan oleh suasana yang hangat. Es beku saja bisa mencair ketika dilelehkan oleh sinar mentari yang hangat. So, aku pun memposisikan diriku sebagai "matahari hangat". 

Kaidah 7-38-55
Siang ini aku coba telepon si pacar lamaku (alias suami) untuk membuat janjian malam ini bertemu muka untuk sekedar mengobrol lepas. Sebelumnya sudah bilang ke suami ada tugas dari kelas untuk mengajaknya berkomunikasi. Disini aku mencoba menggunakan intonasi suara yang lembut, kalau perlu mendayu-dayu seperti sedang menguntai ritme, menggunakan kata-kata yang aku rasa bisa menyenangkan bagi orang yang mendengarnya. (si 38% intonasi suara)

Bisa dibayangkan dong, aku sempat agak ngikik dalam hati karena aku bukan seseorang yang biasa gombal. Walah. Tapi, ini aku lagi ngegombalin suami lo. "Masku..., lagi apa kamu?", "Masku aku minta tolong ya sayang..." dan kata-kata gombal lainnya yang coba untuk dibayangkan sendiri seperti apa ya yang diucapkan selanjutnya. 

Reaksi:

Eng ing eng...suami dari nada suaranya agak surprise dengan gombal yang aku lancarkan. "Eh iya, nanti aku luangin waktu kok buat kamu malam ini", suara jawabannya lembut dan sontak rasanya pengen langsung jingkrak kegirangan, tapi tetap harus jaga image di depan beberapa orang. Jadi, ya senyum-senyum aja hehehe... 

Clear and Clarify
Aku tetap berupaya menggunakan kata-kata yang jelas dengan mengutarakan tujuan dari janjian yang dibuat malam ini secara singkat dan padat. 

"Masku aku minta tolong ya sayang...pengen ngajak kamu ngobrol untuk pengerjaan tugas yang sudah aku sampaikan sebelumnya"

Choose the Right Time
Aku pun tidak langsung nembak minta dia untuk ngobrol malam ini juga. Tapi aku pastikan dulu apakah suami bisa meluangkan waktunya? Apakah dia merasa lelah malam ini untuk mengobrol denganku? Kalaupun jawabannya merasa lelah, aku tidak akan memaksakan untuk berproses malam ini juga. Tapi setidaknya aku sudah mencoba tahapan untuk mencari waktu yang tepat dalam berkomunikasi secara produktif dengan sang suami. Ini juga masuk ke dalam bagian komunikasi juga menurutku. 

Ada dua lagi yang harus aku terapkan dalam ilmu berkomunikasi dengan pasangan, yang akan bisa dilakukan ketika aku bertemu dengan suami malam ini untuk berkomunikasi.

Pertama: Intensity of eye contact 
Mencoba untuk menjaga kontak mata ketika berbicara dengan suami. Pakai tatapan yang lembut juga pastinya.

Kedua: Kaidah 7-38-55
Bagian ini aku masih belum melakukan 55% bahasa tubuh. Jadi, malam ini ketika aku bertemu muka dengan sang suami, harus tetap dilancarkan serangannya. Pakai bahasa tubuh yang sesuai dan tidak berlebihan.

So, ini fase pertama dari tantangan...akan lanjut lagi ke hari berikutnya untuk menjawab tantangan tentang komunikasi produktif. Seperti kata orang bijak tempo doeloe, tidak akan ada perjalanan tanpa awalan. Dan ini adalah perjalanan awalku kembali untuk membuat perubahan positif dari diriku, dan perjalananku menjadi seseorang yang lebih baik dan sabar. And the journey continues...

Wassalamualaikum wr.wb.

deeblue (Widita)

#hari1 
#gamelevel1 
#tantangan10hari 
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar