Assalamualaikum...
Day 7 (out of 10 days left)
Challenge
Bergumul dengan Rasa Malas Berubah
Dari malam kemarin, suami memang sedang ada perubahan ke arah yang lebih negatif. Tetapi, hari ini aku terus berusaha melawan rasa malas untuk menunjukkan komunikasi yang hangat dan positif.
Bagaimana tidak, aku sendiri sedang dikejar-kejar deadline kerja. Pekerjaanku pun kudu pintar cari waktu untuk telepon suami ataupun mengerjakan tugas lainnya di luar kerja. Duh malaaaasss....
Kalau dipikir-pikir kenapa tidak sesekali dia yang memikirkan kesulitan apa yang harus aku lalui untuk bisa mengambil hati dia untuk lembut kembali padaku. Lagi-lagi muncul situasi ingin sekali rasanya untuk bisa dipahami dan dimengerti di saat aku berusaha keras untuk memahaminya. Malaaasss....Tetapi balik lagi, kalau hanya ingin merasa diri untuk dipahami hanya akan memblokir pikiran untuk bisa berpikir di luar dari sudut pandangku sendiri. Kita tidak pernah tahu kan kondisi dan situasi yang menyebabkan dia seperti itu. Nope. Tidak bisa begitu.
Bagaimanapun laki-laki dan perempuan memang berasal dari planet berbeda (red: baca day 1 challenge). Yang aku butuhkan disini adalah kompromi. Kompromi itu berasal dari komunikasi yang kami sepakati untuk jalani bersama. Untuk bisa kompromi maka komunikasi pun harus lancar dan positif. Kalau aku memaksakan kompromi di saat "kabel telepon" komunikasi kami sedang tidak bertemu ya tidak akan ketemu jalan tengahnya. Harus disambung lagi kabelnya.
Berarti harus tetap berjuang. Darah itu merah jendral. Dan peperangan yang paling sulit itu adalah berperang dengan diri sendiri. Rasa malas adalah gumpalan awan hitam yang menutupi niat dan perilaku kita. Harus dihilangkan. Langkah pertama memang sulit. Tapi sulit itu bukan berarti tidak bisa diatasi. Aku sempat SMS mengenai blog ini yang belum aku sampaikan padanya. Tidak dibalas oleh suami tapi tidak berharap banyak dia akan membalas, mungkin sibuk.
Lalu....Malam ini kesempatan itu ada. Ada telepon dari mertua tentang seragam anak yang tidak ada besok. Tertinggal di rumah neneknya yang satu lagi. Aha, ada kesempatan untuk berbicara dengannya. Harus dicari-cari cara agar aku bisa telpon suami kembali. Aku kangen dia saat berjauhan seperti ini. Meski kadang kata-katanya bikin kesal sendiri aku ingin berbaikan dengannya. Apalagi jauh begini.
Aku telepon dia dan mengatakan kepadanya tentang anak kami dengan nada lembut dan berusaha menjelaskan dengan baik. Alhamdulillah, beberapa kali sempat telepon-teleponan terkait seragam anak dan akhirnya beres. Suami pun mulai bisa lebih luwes bicaranya. Oh maas..., aku senang banget dengarnya. Jangan marah lagi ya masku...
Bagaimanapun karena kamu aku ada kan. Untuk di sisimu sebagai tulang rusukmu. Hoping you read this hihihi...
With love
Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar