Assalamualaikum
Day 6 (out of 4 days left)
Challenge
Review kelompok 6 Menanamkan Fitrah Seksualitas Pada Anak Dengan Bermain
Alhamdulillah, sampai juga giliran kami presentasi.Perasaan
deg-degan, bingung campur aduk jadi satu. Kok bisa?Karena tema-tema yang semula
ingin kami bawakan ternyata sudah tercapture banyak dalam presentasi kelompok
sebelumnya.
Akhirnya, materinya digodok lagi dari awal dan dipenghujung
waktu diputuskan untuk mengangkat tema berikut ini:
Menanamkan Fitrah Seksualitas Pada Anak dengan Kegiatan
Bermain
Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk dengan anggota
seperjuangan kelompok 6:
mak @Mak Lilis Istiqomah Bunsay Iip Depok , @Mbak Rifa MIIP
Depok, @Mbak Aisyah MIIP Depok ,
@Misri-Maryam&Isa dan sy sendiri mak
Mirya
InsyaAllah kami akan membahas materi yang berhubungan
langsung dengan kegiatan Anak dan orangtuanya, diantaranya :
1. Pembahasan umum tentang seksualitas, Mengapa pendidikan
seksualitas penting dan prinsip dasar mengasuh seksualitas.
2. Bagaimana orangtua memulai pembicaraan seksualitas dan apa saja caranya.
3. Bermain sebagai media mendidik seksualitas anak
4. Ide permainan bersama anak
5. Kesimpulan dan output pendidikan seksualitas
Penasaran kan??
Halo mak2 sekalian aku masuk dulu ke pembhasan umum ttg
seksualitas ya
Kenapa Pendidikan Seksualitas Penting?
a. Mengembangkan keterampilan sosial anak
b. Mengembangkan kemampuan anak untuk menyampaikan peran
secara asertif
c. Membangun kemandirian anak dengan lebih baik
d. Membuat anak lebih bertanggung jawab dalam perilakunya
e. Dapat mengurangi resiko anak terhadap kejahatan seksual,
tertular penyakit dan kehamilan yang tidak diharapkan
f. Membuat anak dapat menyampaikan laporan jika terjadi
kejahatan seksual
g. Membuat anak dapat memilih sikap dan perilaku yang lebih
adaptif dan sesuai dengan harapan sosial
h. Membuat anak dapat memilih tindakan yang lebih sehat.
Lalu aku akan memaparkan sedikit tentang prinsp dasar
seksualitas
a. Mulai dari : Kesadaran dan Kesepakatan anak adalah amanah
Allah
b. Tanggung jawab pada Allah dunia akhirat : Baligh =
Mukallaf
c. Gentingnya Masalah karena isu makin berkembang
d. Anak perlu disiapkan dan didampingi melewati pubertasnya
e. Orangtua pendidik utama dan pertama seksualitas anak -
Konsekuen dan respect
f. Landasan AGAMA
g. Putuskan masa lalu > Keluar dari Tabu, saru dan Gak
tega
h. Tingkatkan terus pengetahuan dan keterampilan orang tua
i. Sepakat: Kedua orang tua harus punya : Concern,
Commitment & Continuity
j. Sediakan Waktu, Tenaga dan Biaya
k. Menjadi “Askable Parents”
l. Penjelasan masalah seksualitas harus diberikan oleh orang
tua dengan jenis kelamin yang sama.
Dari penjelasan diatas bisa kita pahami ya Mak seberapa
pentingnya pendidikan seksualitas bagi kehidupan anak-anak kita. Tapi bagaimana
ya cara yang pas mengawalinya?
Bagaimana Memulai Pembicaraan Dengan Anak?
💡
Mulailah dengan issue yang sedang banyak dibahas saat itu. Dengan demikian,
anak mendapatkan contoh konkret yang diharapkan bisa lebih mudah dipahami oleh
anak.
💡
Ceritakan pengalaman ayah/bunda dulu. Proses curhat dari hati ke hati atau
melalui cerita singkat masa lalu orangtua tidak hanya menjadi cara mudah
memberikan pemahaman tentang seksualitas tetapi juga semakin memupuk kedekatan
antara orangtua dan anak.
💡
Berinisiatif memulai pembicaraan, jangan tunggu anak bertanya.Hal ini untuk
menghindari kejadian kecolongan, yakni jika anak malah bertanya kepada orang
yang salah bahkan mencari tahu dari sumber yang tidak baik.
💡
Ciptakan suasana dan kondisi yang memungkinkan untuk berdiskusi.Ayah/bunda bisa
mengajak anak berdiskusi secara pribadi, berdua saja. Ini akan mendorong anak
untuk lebih terbuka dalam menuntaskan rasa penasarannya, juga membuat
ayah/bunda lebih fokus dalam memberikan penjelasan.
💡
Buka pikiran dan perasaan.
💡
Menyampaikan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga kepada anak dengan bahasa
yang mudah dipahami.
💡
Mengetahui tahapan pemahaman anak.Awali dengan bertanya kepada anak, sampai
sejauh mana pemahaman yang diketahui olehnya.
💡
Beri jawaban singkat namun jelas, selalu kunci dengan AGAMA.
💡
Mendengarkan dan menyimak dengan seksama obrolan anak kemudian bersabar juga
berempatilah kepada anak.
💡
Selalu mencoba berkomunikasi pada setiap kesempatan tanpa menunda.Manfaatkan
sebagai Golden Opportunity untuk mengajarkan anak tentang seksualitas.
💡
Santai, tenang dan tidak panik.Agar kedepannya anak selalu mau terbuka tanpa
ada rada malu dan takut untuk bertanya atau mengutarakan sesuatu terkait
seksualitas.
💡
Lakukan dengan cinta.🤗💕
💡
Teladan lebih baik dari 1000 kata.Anak belajar nilai-nilai melalui interaksi
sehari-hari dengan orangtuanya.
Selain ngobrol, curhat, ada lagi kah cara supaya anak lebih
mudah paham?
Ternyata ada Mak 😉
Untuk dapat masuk ke dunia anak dan mengajarkan seksualitas,
orangtua disarankan masuk ke dunia yang paling dikenal oleh anak.
🚙🚛🚜🚲🚢🚁🚀🛩🚓
Dunia itu adalah dunia bermain.
🎠🎡🎨🎭⚽🎈🎎🎤🎶
Saat ini, anak masih membutuhkan penjelasan secara konkret
atau nyata.Dunia bermain dapat memberikan pemahaman secara konkret pada anak.
Dari banyak sarana yang bisa kita gunakan, yuk kita gali
lebih dalam bagaimana bermain bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengajarkan
anak tentang pemahaman seksualitas.
Baiklah sambil cemal-cemil..
Sebelum masuk ke aktivitas bermain, saya ulas sedikit
tentang mainan ⚽🏀🎾
Jika kita masuk ke toko mainan, maka biasanya kita akan
mendapati pemisahan lorong untuk mainan anak laki-laki dan mainan anak
perempuan. Begitu pula di kehidupan sosial kita.Ada kecenderungan penggunaan
warna yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan.Biru untuk laki-laki dan
pink untuk perempuan.Bagi sebagian orang, mungkin tidak sepenuhnya sepakat
dengan hal tersebut.Namun pemisahan itu sudah menjadi hal yang sangat wajar di
kehidupan sehari-hari.Apakah merupakan produk bawaan (nature) atau karena pola
asuh (nurture)? Apakah anak-anak secara alami atau punya bawaan untuk memilih
objek tertentu ataukah karena pengaruh pola asuh dari orangtuanya yang
memengaruhi anak di awal kehidupannya?
Sebuah studi menunjukkan bahwa ketertarikan berdasarkan
gender sudah ada bahkan sebelum bayi bisa merangkak.
Ketika diperlihatkan pada tujuh macam mainan, bayi laki-laki
berusia 9 bulan spontan mengambil mobil-mobilan, bola, serta mainan penggali
pasir, dan cuek pada boneka beruang dan peralatan memasak.Bagaimana dengan para
bayi perempuan? Pada usia yang sama, mereka juga lebih tertarik pada boneka,
sayuran plastik, serta miniatur satu set cangkir.
Sara Amalie Thommessen, (dari City University, London,
Inggris) menyimpulkan bahwa anak laki-laki lebih menyukai mainan yang bergerak,
sedangkan anak perempuan memilih mainan yang memiliki profil wajah atau mainan
yang mendukung naluri mengasuh.
Walter Gilliam, pakar perkembangan anak mengatakan bayi
sudah mampu menangkap banyak hal di usianya yang baru 9 bulan.
Ketertarikan pada suatu objek berdasarkan perbedaan gender
akan lebih nyata saat anak bertambah besar. Di usia 27 bulan hingga 36 bulan,
anak perempuan menghabiskan 50 persen waktu bermainnya untuk main boneka.
Sementara itu 87 persen waktunya dihabiskan anak laki-laki untuk main
mobil-mobilan dan bola.
Professor Melissa Hines dari Cambridge University berhasil
mengidentifikasi perbedaan gender dalam preferensi mainan. Ada beberapa bukti
bahwa otak anak laki-laki didesain untuk mengekspresikan minat awal pada
permainan kasar dan fisik serta mainan yang bergerak (seperti mobil-mobilan),
sementara perempuan memilih boneka dan bermain peran.
Pentingkah memfasilitasi anak dengan mainan sesuai gender?
dr. Markus menyatakan bahwa Gender itu penting, namun tidak mutlak dari awal
harus dibatasi ini itu, yang pasti tetap perlu diarahkan.
Mengenalkan mainan sesuai gender bisa dimulai sejak usia
anak 2 tahun (dr. Markus Danusantosa, SpA.)
Kalau ternyata anak lebih memilih mainan tidak sesuai
gender, arahkan cara bermainnya. Misalnya anak perempuan cenderung memilih main
mobil-mobilan. Saat anak itu memainkan mobil-mobilan, ambilkan boneka. Ini agar
dalam proses permainan ada dua benda berbeda. Seolah-olah kita bandingkan
mainan. Kita tidak perlu kaku membatasi bahwa ini mainan anak laki-laki
dan itu mainan anak perempuan. Bisa dengan pengalihan seperti memasukkan unsur
feminin pada anak perempuan, atau unsur maskulin untuk anak laki-laki.
Orangtua perlu memperhatikan mainan yang akan diberikan pada
anak-anak. Orientasi jangka panjangnya adalah menjaga anak-anak dari perilaku
menyimpang. Pemberian mainan edukatif yang tepat sesuai jenis kelamin
diharapkan dapat membantu membentuk karakter dan kepribadian anak. Akan lebih
baik jika ayah bunda membelikan mainan edukatif yang mengandung nilai-nilai
religi.
Gangguan Identitas Gender (GIG), selain karena faktor
biologis, juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh. Menurut sebuah sumber, hasil
wawancara terhadap orang tua yang anaknya mengalami GIG menunjukkan bahwa
mereka tidak mencegah, bahkan mendorong perilaku anak ketika memakai baju lawan
jenisnya. Banyak orang tua yang merasa lucu ketika anak laki-laki mereka memakai
baju atau aksesori wanita, bahkan bermain make-up dan mengajarkan rias. Anak
dengan kecenderungan GIG juga cenderung suka memainkan mainan dengan stereotip
lawan jenis dan selalu berperan sebagai lawan jenis ketika bermain role play.
Di sinilah, arahan dari orang tua sangat diperlukan.
Fakta pada saat ini menunjukkan bahwa jenis mainan anak
amatlah banyak. Dan dari jumlah tersebut, jenis-jenis mainan tidak mutlak
terbagi untuk gender laki-laki dan perempuan. Ada banyak jenis mainan yang bisa
dimainkan bersama, seperti balok, lego, playdoh, rumah-rumahan dengan segala
perabotnya, pasir, dan banyak mainan edukatif lain. Hasil pengamatan saya
ketika sejumlah anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, tetap ada
perbedaan kecenderungan mereka dalam memainkan mainan umum tersebut. Misalnya
anak laki-laki lebih suka menyusun lego menjadi kendaraan atau bangunan
bengkel, sementara anak perempuan lebih suka menyusun istana dan kebun cantik.
Dalam kondisi anak laki-laki dan perempuan bermain bersama,
untuk menstimulus kemampuan kognitif dan motorik anak, pemberian mainan tetap
dapat bervariasi. Lalu biarkan mereka memainkannya sesuai imajinasi mereka.
Pendampingan dan pengarahan dari orang tua berperan dalam menjaga permainan
agar tidak menyimpang. Selanjutnya mungkin kita akan mendapati anak-anak
laki-laki dan perempuan berada dalam permainan bersama dimana mereka bekerja
sama dengan tetap memposisikan diri mereka sesuai gendernya.
Yang perlu diperhatikan sebelum mengajak anak bermain
ataupun berkegiatan adalah :
1. Tahapan perkembangan anak
Kenali tahap perkembangan anak saat itu. Ini diperlukan agar
orangtua mengetahui cara membangun pemahaman anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
2. Gaya belajar anak
Perhatikan gaya belajar yg dominan pada diri anak, kemudian
pilih metode dan media yg sesuai agar lebih mudah memahami penjelasan dan
materi yg diberikan.
3. Respon dan suasana hati anak
Pastikan kondisi anak prima saat diajak bermain. Perut sudah
kenyang, tidak sedang mengantuk, tidak sedang sakit. Karena segala aktifitas yg
dilakukan dengan perasaan gembira akan lebih mudah terserap ke dalam pemahaman
anak.
Ref : Nahda Kurnia,
Ellen Tjandra, "Bunda Seks Itu Apa Sih?"
Bagaimana bermain yang sesungguhnya adalah aktivitas untuk
memperoleh kesenangan semata tanpa berorientasi pada hasil, menjadi sesuatu
yang begitu berarti dan bermanfaat dalam mendidik anak? ternyata permainan secara alamiah anak akan memilih sesuai
gender nya ya mak
Nah, berarti bermainnya tak sekedar bermain, namun ada
tambahan nilai dari segi ide, konsep, media, arahan, dan kehadiran kita selaku
orang tua
Berikut adalah beberapa hal yang bisa menjadi nilai tambah
dalam aktivitas bermain
Anak cowokku suka bantuin masak
Menurutku sih gapapa, Mak. Masak kan termasuk basic skill.
Bahkan chef juga kebanyakan bapak2.
Yang sifatnya basic skill, menurutku oke buat semua gender
Ternyata Mak, ada fungsi lain dari bermain yg baru saja
ditemukan.
Saat ibu dan ayah bermain dengan anak ternyata dapat
membantu membentuk pandangan anak tentang gender, yakni apa itu maskulin dan
feminin .
Pengamatan ini didasarkan pada analisis interaksi berupa
video yg terekam dari sekitar 80 keluarga yang tinggal di dua kota kecil di
Kansas, Amerika Serikat.
Rekaman tersebut berupa 15 menit sesi bermain bersama
anak-anak dan 10 menit sesi makan makanan kecil.
Dalam proses bermain tersebut, peneliti menemukan bahwa Ayah
cenderung bersikap tegas sedangkan Ibu lebih banyak bertindak laiknya
fasilitator yg kooperatif namun juga fleksibel .
Anak-anak dalam keluarga yg sama bisa memiliki pengalaman yg
berbeda saat berinteraksi dengan Ayah
atau Ibunya.
"Perbedaan tersebut dapat mengajarkan anak-anak
pelajaran tak langsung tentang peran gender dan memperkuat pola perilaku gender
yang kemudian mereka bawa ke luar konteks keluarga."
Hallo mak semua, dibagian ini, aku akan share ide ide main
yang bisa dilakukan dirumah dalam rangka mengajarkan fitrah seksualitas. Ini
hanya sebagian kecil ya mak krn kami yakin maks jauh lebih kreativ dan
berpengalaman bikin ide main sama anaknya
Oke kita langsung aja ya mak
- Permainan tebak laki laki atau perempuan. Jadi, kita suguhkan gambar dimana anak bisa memilih mana gambar laki laki dan perempuan. Selain menebak, bisa juga dideskripsikan ciri anak laki laki dan perempuan dalam berpenampilan. Misal anak perempuan memakai rok atau bandana, rambutnya panjang, pakai pita, dll. Kalau anak laki laki pakai celana.
Mak bisa gambar sesuka hati dg
beragam busana. Misal utk anak perempuan bisa pakai jilbab, gambar mukena utk
perempuan dan sarung utk laki2.
Kami jg sdh kumpulkan gambar yg
bisa diprint dan langsung dipraktekan dirumah. Berikut pdf nya
Note: tidak bisa ditampilkan PDF karena belum bisa menambahkan link pdf
2. Sentuhan boleh dan tidak boleh
Anak diberikan gambar polos laki
laki atau perempuan. Beri stiker atau spidol yg bisa dijadikan tanda untuk
menunjukan bagian tubuh yang boleh atau tidak boleh disentuh.
2. Anak diminta untuk
menyatukan atau menempelkan bagian tubuh ditempat yang tepat. Lebih enak
kalau emaks gambar atau membuat puzzel ini dg media board atau kardus.
Yang gak jago gambar macem aku 🤭, bisa pakai pdf yg kami
lampirkan jg ya..
Nah, disini kita bisa mengenalkan
tentang anggota keluarga. Bisa dibantu dg membuat pohon keluarga. Dipohon
keluarga itu, kita bisa mengenalkan mahrom, kerabat, saudara, dll
Mainan jadul 'BP BP an'
Kenal sama mainan jadul ini mak?
Yap ini mainan memasangkan baju yang biasanya lebih sering dimainkan oleh anak
perempuan. Kita bisa pakaikan baju sambil menceritakan bagian tubuh yang harus
ditutup. Mak juga bisa gambar sesuka mak. Bisa gambar rok, jilbab, gamis, dll.
Tadi slide terakhir dari mak @Mak
Lilis Istiqomah Bunsay Iip Depok .
Semoga sedikit ide ini bisa
membangkitkan ide ide mak lainnya. ❤😘 Begitu harapan kami. Jadi bermain tidak hanya
sekedarnya saja, tp ada nilai yang juga ditanamkan di dalam permainan itu.
Ini penutup dari kami.
Presentasi dari kelompok 6 kita
tutup dulu ya.
Kami, mak @Mak Lilis Istiqomah
Bunsay Iip Depok @Mbak Aisyah MIIP Depok
@Mbak Rifa MIIP Depok @Misri-Maryam&Isa
dan sy sendiri, mengucapkan jazakumullahu khayran untuk mak mak Bunsay
yang sudah stay tune dari awal menyimak ulasan kami yang apa adanya ini. Semoga
dapat bermanfaat dan menambah sedikit perpustakaan ilmu mak-mak sekalian.
Kita tutup dg do'a kafaratul
majelis :
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
“Mahasuci Engkau, ya Allah, aku
memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
kecuali Engkau, aku meminta ampunan dan bertaubat kepadamu.”
Barakallahu fiikum.
Pertanyaan:
Q: Point 3 kok brtentangan dengan
ini y??
Materi kmrn?
Penjelasan seksual diberikan hanya kepada mereka yang
bertanya (itupun dengan penjelasan yang amat terbatas). Adapun bagi mereka yang
tidak bertanya & tidak sibuk memikirkannya maka tidak boleh dibangkitkan
pikirnnya dengan penjelasan yg tidak
A: Poin 3 dalam presentasi ini konteksnya adalah pengenalan
seksualitas bagi usia anak2 secara umum, perbedaan anak laki2 dan perempuan,
batas2 yg tidak boleh disentuh, dll.
Sedangkan poin 10 presentasi kemarin konteksnya pada anak
tamyiz dan baligh, dimana topik yg dibahas sepertinya lebih tentang perilaku
seks, bukan basic seksualitas.
iya, maksudnya untuk mempersiapkan anak baligh.
tp dr yg sy ketahui pun ttp anak hrs tau mulai dr kita
sebagai org tuanya. lihat tanda2 sekunder anak, baru mulai pembahasan ttg
puber.
itupun pake simulasi seperti yg pernah disampaikan mak @Mbak
Tia Firsthianty Bunda Sayang Depok #3
pakai pisang dan pir. gak vulgar langsung ke alat kelamin manusia.
dan selalu dikembalikan ke value keluarga masing2.. apakah
masih tabu saru membicarakan masalah seksual atau tdk. Jadi mau memilih menunggu anak usia tamyiz
bertanya ataupun mau kita yang memulai silakan dirundingkan dikeluarga
masing-masing.
Saya rasa semua keluarga punya style nya masing2
Share pengalaman Mak
Anak2 saya laki2 kadang bermain peran, meniru tmn
perempuannya
Fatih dan Said berperan sebagai ibu dan kakak
Melihat itu, saya langsung mengajarkan.
Kita ganti yah. Fatih jadi ayah, Said jadi Abang
Fatih dan Said kan laki2
Demikian presentasi kelompok 6. sekian.
Wassalamualaikum
Deeblue
#bundasayang
#fitrahseksualitas
#gamelevel11




















kompliit bertabur media edukasi 👍
BalasHapus