Jumat, 05 Oktober 2018

Level 11 Day 6 Challenge: Review kelompok 6 Menanamkan Fitrah Seksualitas Pada Anak Dengan Bermain


Assalamualaikum


Day 6 (out of 4 days left)


Challenge
Review kelompok 6 Menanamkan Fitrah Seksualitas Pada Anak Dengan Bermain




Alhamdulillah, sampai juga giliran kami presentasi.Perasaan deg-degan, bingung campur aduk jadi satu. Kok bisa?Karena tema-tema yang semula ingin kami bawakan ternyata sudah tercapture banyak dalam presentasi kelompok sebelumnya. 
Akhirnya, materinya digodok lagi dari awal dan dipenghujung waktu diputuskan untuk mengangkat tema berikut ini:
Menanamkan Fitrah Seksualitas Pada Anak dengan Kegiatan Bermain
Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk dengan anggota seperjuangan kelompok 6:
mak @Mak Lilis Istiqomah Bunsay Iip Depok , @Mbak Rifa MIIP Depok, @Mbak Aisyah MIIP Depok  , @Misri-Maryam&Isa  dan sy sendiri mak Mirya

InsyaAllah kami akan membahas materi yang berhubungan langsung dengan kegiatan Anak dan orangtuanya, diantaranya :

1. Pembahasan umum tentang seksualitas, Mengapa pendidikan seksualitas penting dan prinsip dasar mengasuh seksualitas.

2. Bagaimana orangtua memulai pembicaraan  seksualitas dan apa saja caranya.
3. Bermain sebagai media mendidik seksualitas anak
4. Ide permainan bersama anak
5. Kesimpulan dan output pendidikan seksualitas

Penasaran kan??
Halo mak2 sekalian aku masuk dulu ke pembhasan umum ttg seksualitas ya






Kenapa Pendidikan Seksualitas Penting?

a. Mengembangkan keterampilan sosial anak
b. Mengembangkan kemampuan anak untuk menyampaikan peran secara asertif
c. Membangun kemandirian anak dengan lebih baik
d. Membuat anak lebih bertanggung jawab dalam perilakunya
e. Dapat mengurangi resiko anak terhadap kejahatan seksual, tertular penyakit dan kehamilan yang tidak diharapkan
f. Membuat anak dapat menyampaikan laporan jika terjadi kejahatan seksual
g. Membuat anak dapat memilih sikap dan perilaku yang lebih adaptif dan sesuai dengan harapan sosial
h. Membuat anak dapat memilih tindakan yang lebih sehat.
Lalu aku akan memaparkan sedikit tentang prinsp dasar seksualitas



 Prinsip Dasar Mengasuh Seksualitas:
a. Mulai dari : Kesadaran dan Kesepakatan anak adalah amanah Allah
b. Tanggung jawab pada Allah dunia akhirat : Baligh = Mukallaf
c. Gentingnya Masalah karena isu makin berkembang
d. Anak perlu disiapkan dan didampingi melewati pubertasnya
e. Orangtua pendidik utama dan pertama seksualitas anak - Konsekuen dan respect
f. Landasan AGAMA
g. Putuskan masa lalu > Keluar dari Tabu, saru dan Gak tega
h. Tingkatkan terus pengetahuan dan keterampilan orang tua
i. Sepakat: Kedua orang tua harus punya : Concern, Commitment & Continuity
j. Sediakan Waktu, Tenaga dan Biaya
k. Menjadi “Askable Parents”
l. Penjelasan masalah seksualitas harus diberikan oleh orang tua dengan jenis kelamin yang sama.

Dari penjelasan diatas bisa kita pahami ya Mak seberapa pentingnya pendidikan seksualitas bagi kehidupan anak-anak kita. Tapi bagaimana ya  cara yang pas mengawalinya?



Bagaimana Memulai Pembicaraan Dengan Anak?

💡 Mulailah dengan issue yang sedang banyak dibahas saat itu. Dengan demikian, anak mendapatkan contoh konkret yang diharapkan bisa lebih mudah dipahami oleh anak.

💡 Ceritakan pengalaman ayah/bunda dulu. Proses curhat dari hati ke hati atau melalui cerita singkat masa lalu orangtua tidak hanya menjadi cara mudah memberikan pemahaman tentang seksualitas tetapi juga semakin memupuk kedekatan antara orangtua dan anak.

💡 Berinisiatif memulai pembicaraan, jangan tunggu anak bertanya.Hal ini untuk menghindari kejadian kecolongan, yakni jika anak malah bertanya kepada orang yang salah bahkan mencari tahu dari sumber yang tidak baik.

💡 Ciptakan suasana dan kondisi yang memungkinkan untuk berdiskusi.Ayah/bunda bisa mengajak anak berdiskusi secara pribadi, berdua saja. Ini akan mendorong anak untuk lebih terbuka dalam menuntaskan rasa penasarannya, juga membuat ayah/bunda lebih fokus dalam memberikan penjelasan.

💡 Buka pikiran dan perasaan.

💡 Menyampaikan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga kepada anak dengan bahasa yang mudah dipahami.

💡 Mengetahui tahapan pemahaman anak.Awali dengan bertanya kepada anak, sampai sejauh mana pemahaman yang diketahui olehnya.

💡 Beri jawaban singkat namun jelas, selalu kunci dengan AGAMA.

💡 Mendengarkan dan menyimak dengan seksama obrolan anak kemudian bersabar juga berempatilah kepada anak.

💡 Selalu mencoba berkomunikasi pada setiap kesempatan tanpa menunda.Manfaatkan sebagai Golden Opportunity untuk mengajarkan anak tentang seksualitas.

💡 Santai, tenang dan tidak panik.Agar kedepannya anak selalu mau terbuka tanpa ada rada malu dan takut untuk bertanya atau mengutarakan sesuatu terkait seksualitas.

💡 Lakukan dengan cinta.🤗💕

💡 Teladan lebih baik dari 1000 kata.Anak belajar nilai-nilai melalui interaksi sehari-hari dengan orangtuanya.



Selain ngobrol, curhat, ada lagi kah cara supaya anak lebih mudah paham?

Ternyata ada Mak 😉

Untuk dapat masuk ke dunia anak dan mengajarkan seksualitas, orangtua disarankan masuk ke dunia yang paling dikenal oleh anak.

🚙🚛🚜🚲🚢🚁🚀🛩🚓

Dunia itu adalah dunia bermain.

🎠🎡🎨🎭⚽🎈🎎🎤🎶

Saat ini, anak masih membutuhkan penjelasan secara konkret atau nyata.Dunia bermain dapat memberikan pemahaman secara konkret pada anak.



Dari banyak sarana yang bisa kita gunakan, yuk kita gali lebih dalam bagaimana bermain bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengajarkan anak tentang pemahaman seksualitas.
Baiklah sambil cemal-cemil..

Sebelum masuk ke aktivitas bermain, saya ulas sedikit tentang mainan ⚽🏀🎾



Jika kita masuk ke toko mainan, maka biasanya kita akan mendapati pemisahan lorong untuk mainan anak laki-laki dan mainan anak perempuan. Begitu pula di kehidupan sosial kita.Ada kecenderungan penggunaan warna yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan.Biru untuk laki-laki dan pink untuk perempuan.Bagi sebagian orang, mungkin tidak sepenuhnya sepakat dengan hal tersebut.Namun pemisahan itu sudah menjadi hal yang sangat wajar di kehidupan sehari-hari.Apakah merupakan produk bawaan (nature) atau karena pola asuh (nurture)? Apakah anak-anak secara alami atau punya bawaan untuk memilih objek tertentu ataukah  karena pengaruh pola asuh dari orangtuanya yang memengaruhi anak di awal kehidupannya?
Sebuah studi menunjukkan bahwa ketertarikan berdasarkan gender sudah ada bahkan sebelum bayi bisa merangkak.

Ketika diperlihatkan pada tujuh macam mainan, bayi laki-laki berusia 9 bulan spontan mengambil mobil-mobilan, bola, serta mainan penggali pasir, dan cuek pada boneka beruang dan peralatan memasak.Bagaimana dengan para bayi perempuan? Pada usia yang sama, mereka juga lebih tertarik pada boneka, sayuran plastik, serta miniatur satu set cangkir.

Sara Amalie Thommessen, (dari City University, London, Inggris) menyimpulkan bahwa anak laki-laki lebih menyukai mainan yang bergerak, sedangkan anak perempuan memilih mainan yang memiliki profil wajah atau mainan yang mendukung naluri mengasuh.

Walter Gilliam, pakar perkembangan anak mengatakan bayi sudah mampu menangkap banyak hal di usianya yang baru 9 bulan.
Ketertarikan pada suatu objek berdasarkan perbedaan gender akan lebih nyata saat anak bertambah besar. Di usia 27 bulan hingga 36 bulan, anak perempuan menghabiskan 50 persen waktu bermainnya untuk main boneka. Sementara itu 87 persen waktunya dihabiskan anak laki-laki untuk main mobil-mobilan dan bola.

Professor Melissa Hines dari Cambridge University berhasil mengidentifikasi perbedaan gender dalam preferensi mainan. Ada beberapa bukti bahwa otak anak laki-laki didesain untuk mengekspresikan minat awal pada permainan kasar dan fisik serta mainan yang bergerak (seperti mobil-mobilan), sementara perempuan memilih boneka dan bermain peran.



Pentingkah memfasilitasi anak dengan mainan sesuai gender? dr. Markus menyatakan bahwa Gender itu penting, namun tidak mutlak dari awal harus dibatasi ini itu, yang pasti tetap perlu diarahkan.
Mengenalkan mainan sesuai gender bisa dimulai sejak usia anak 2 tahun (dr. Markus Danusantosa, SpA.)

Kalau ternyata anak lebih memilih mainan tidak sesuai gender, arahkan cara bermainnya. Misalnya anak perempuan cenderung memilih main mobil-mobilan. Saat anak itu memainkan mobil-mobilan, ambilkan boneka. Ini agar dalam proses permainan ada dua benda berbeda. Seolah-olah kita bandingkan mainan.  Kita tidak perlu kaku membatasi bahwa ini mainan anak laki-laki dan itu mainan anak perempuan. Bisa dengan pengalihan seperti memasukkan unsur feminin pada anak perempuan, atau unsur maskulin untuk anak laki-laki.

Orangtua perlu memperhatikan mainan yang akan diberikan pada anak-anak. Orientasi jangka panjangnya adalah menjaga anak-anak dari perilaku menyimpang. Pemberian mainan edukatif yang tepat sesuai jenis kelamin diharapkan dapat membantu membentuk karakter dan kepribadian anak. Akan lebih baik jika ayah bunda membelikan mainan edukatif yang mengandung nilai-nilai religi.

Gangguan Identitas Gender (GIG), selain karena faktor biologis, juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh. Menurut sebuah sumber, hasil wawancara terhadap orang tua yang anaknya mengalami GIG menunjukkan bahwa mereka tidak mencegah, bahkan mendorong perilaku anak ketika memakai baju lawan jenisnya. Banyak orang tua yang merasa lucu ketika anak laki-laki mereka memakai baju atau aksesori wanita, bahkan bermain make-up dan mengajarkan rias. Anak dengan kecenderungan GIG juga cenderung suka memainkan mainan dengan stereotip lawan jenis dan selalu berperan sebagai lawan jenis ketika bermain role play. Di sinilah, arahan dari orang tua sangat diperlukan.

Fakta pada saat ini menunjukkan bahwa jenis mainan anak amatlah banyak. Dan dari jumlah tersebut, jenis-jenis mainan tidak mutlak terbagi untuk gender laki-laki dan perempuan. Ada banyak jenis mainan yang bisa dimainkan bersama, seperti balok, lego, playdoh, rumah-rumahan dengan segala perabotnya, pasir, dan banyak mainan edukatif lain. Hasil pengamatan saya ketika sejumlah anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, tetap ada perbedaan kecenderungan mereka dalam memainkan mainan umum tersebut. Misalnya anak laki-laki lebih suka menyusun lego menjadi kendaraan atau bangunan bengkel, sementara anak perempuan lebih suka menyusun istana dan kebun cantik.

Dalam kondisi anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, untuk menstimulus kemampuan kognitif dan motorik anak, pemberian mainan tetap dapat bervariasi. Lalu biarkan mereka memainkannya sesuai imajinasi mereka. Pendampingan dan pengarahan dari orang tua berperan dalam menjaga permainan agar tidak menyimpang. Selanjutnya mungkin kita akan mendapati anak-anak laki-laki dan perempuan berada dalam permainan bersama dimana mereka bekerja sama dengan tetap memposisikan diri mereka sesuai gendernya.



Yang perlu diperhatikan sebelum mengajak anak bermain ataupun berkegiatan adalah :

1. Tahapan perkembangan anak

Kenali tahap perkembangan anak saat itu. Ini diperlukan agar orangtua mengetahui cara membangun pemahaman anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Gaya belajar anak

Perhatikan gaya belajar yg dominan pada diri anak, kemudian pilih metode dan media yg sesuai agar lebih mudah memahami penjelasan dan materi yg diberikan.

3. Respon dan suasana hati anak

Pastikan kondisi anak prima saat diajak bermain. Perut sudah kenyang, tidak sedang mengantuk, tidak sedang sakit. Karena segala aktifitas yg dilakukan dengan perasaan gembira akan lebih mudah terserap ke dalam pemahaman anak.

 Ref : Nahda Kurnia, Ellen Tjandra, "Bunda Seks Itu Apa Sih?"



Bagaimana bermain yang sesungguhnya adalah aktivitas untuk memperoleh kesenangan semata tanpa berorientasi pada hasil, menjadi sesuatu yang begitu berarti dan bermanfaat dalam mendidik anak? ternyata permainan secara alamiah anak akan memilih sesuai gender nya ya mak

Nah, berarti bermainnya tak sekedar bermain, namun ada tambahan nilai dari segi ide, konsep, media, arahan, dan kehadiran kita selaku orang tua

Berikut adalah beberapa hal yang bisa menjadi nilai tambah dalam aktivitas bermain



Anak cowokku suka bantuin masak
Menurutku sih gapapa, Mak. Masak kan termasuk basic skill. Bahkan chef juga kebanyakan bapak2.

Yang sifatnya basic skill, menurutku oke buat semua gender




Ternyata Mak, ada fungsi lain dari bermain yg baru saja ditemukan.

Saat ibu dan ayah bermain dengan anak ternyata dapat membantu membentuk pandangan anak tentang gender, yakni apa itu maskulin dan feminin .

Pengamatan ini didasarkan pada analisis interaksi berupa video yg terekam dari sekitar 80 keluarga yang tinggal di dua kota kecil di Kansas, Amerika Serikat.

Rekaman tersebut berupa 15 menit sesi bermain bersama anak-anak dan 10 menit sesi makan makanan kecil.

Dalam proses bermain tersebut, peneliti menemukan bahwa Ayah cenderung bersikap tegas sedangkan Ibu lebih banyak bertindak laiknya fasilitator yg kooperatif namun juga fleksibel .

Anak-anak dalam keluarga yg sama bisa memiliki pengalaman yg berbeda saat berinteraksi dengan Ayah  atau Ibunya.

"Perbedaan tersebut dapat mengajarkan anak-anak pelajaran tak langsung tentang peran gender dan memperkuat pola perilaku gender yang kemudian mereka bawa ke luar konteks keluarga."




Hallo mak semua, dibagian ini, aku akan share ide ide main yang bisa dilakukan dirumah dalam rangka mengajarkan fitrah seksualitas. Ini hanya sebagian kecil ya mak krn kami yakin maks jauh lebih kreativ dan berpengalaman bikin ide main sama anaknya 

Oke kita langsung aja ya mak


  1. Permainan tebak laki laki atau perempuan. Jadi, kita suguhkan gambar dimana anak bisa memilih mana gambar laki laki dan perempuan. Selain menebak, bisa juga dideskripsikan ciri anak laki laki dan perempuan dalam berpenampilan. Misal anak perempuan memakai rok atau bandana, rambutnya panjang, pakai pita, dll. Kalau anak laki laki pakai celana.

Mak bisa gambar sesuka hati dg beragam busana. Misal utk anak perempuan bisa pakai jilbab, gambar mukena utk perempuan dan sarung utk laki2.
Kami jg sdh kumpulkan gambar yg bisa diprint dan langsung dipraktekan dirumah. Berikut pdf nya

Note: tidak bisa ditampilkan PDF karena belum bisa menambahkan link pdf



2. Sentuhan boleh dan tidak boleh
Anak diberikan gambar polos laki laki atau perempuan. Beri stiker atau spidol yg bisa dijadikan tanda untuk menunjukan bagian tubuh yang boleh atau tidak boleh disentuh.

2. Anak diminta untuk menyatukan atau menempelkan bagian tubuh ditempat yang tepat. Lebih enak kalau emaks gambar atau membuat puzzel ini dg media board atau kardus.

Yang gak jago gambar macem aku 🤭, bisa pakai pdf yg kami lampirkan jg ya..



Nah, disini kita bisa mengenalkan tentang anggota keluarga. Bisa dibantu dg membuat pohon keluarga. Dipohon keluarga itu, kita bisa mengenalkan mahrom, kerabat, saudara, dll



Mainan jadul 'BP BP an'
Kenal sama mainan jadul ini mak? Yap ini mainan memasangkan baju yang biasanya lebih sering dimainkan oleh anak perempuan. Kita bisa pakaikan baju sambil menceritakan bagian tubuh yang harus ditutup. Mak juga bisa gambar sesuka mak. Bisa gambar rok, jilbab, gamis, dll.
Tadi slide terakhir dari mak @Mak Lilis Istiqomah Bunsay Iip Depok .

Semoga sedikit ide ini bisa membangkitkan ide ide mak lainnya. ❤😘 Begitu harapan kami. Jadi bermain tidak hanya sekedarnya saja, tp ada nilai yang juga ditanamkan di dalam permainan itu.

Ini penutup dari kami.



Presentasi dari kelompok 6 kita tutup dulu ya.

Kami, mak @Mak Lilis Istiqomah Bunsay Iip Depok  @Mbak Aisyah MIIP Depok @Mbak Rifa MIIP Depok @Misri-Maryam&Isa  dan sy sendiri, mengucapkan jazakumullahu khayran untuk mak mak Bunsay yang sudah stay tune dari awal menyimak ulasan kami yang apa adanya ini. Semoga dapat bermanfaat dan menambah sedikit perpustakaan ilmu mak-mak sekalian.

Kita tutup dg do'a kafaratul majelis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, aku meminta ampunan dan bertaubat kepadamu.”

Barakallahu fiikum.

Pertanyaan:
Q: Point 3 kok brtentangan dengan ini y??
Materi kmrn?
Penjelasan seksual diberikan hanya kepada mereka yang bertanya (itupun dengan penjelasan yang amat terbatas). Adapun bagi mereka yang tidak bertanya & tidak sibuk memikirkannya maka tidak boleh dibangkitkan pikirnnya dengan penjelasan yg tidak
A: Poin 3 dalam presentasi ini konteksnya adalah pengenalan seksualitas bagi usia anak2 secara umum, perbedaan anak laki2 dan perempuan, batas2 yg tidak boleh disentuh, dll.

Sedangkan poin 10 presentasi kemarin konteksnya pada anak tamyiz dan baligh, dimana topik yg dibahas sepertinya lebih tentang perilaku seks, bukan basic seksualitas.
iya, maksudnya untuk mempersiapkan anak baligh.

tp dr yg sy ketahui pun ttp anak hrs tau mulai dr kita sebagai org tuanya. lihat tanda2 sekunder anak, baru mulai pembahasan ttg puber.
itupun pake simulasi seperti yg pernah disampaikan mak @Mbak Tia Firsthianty Bunda Sayang Depok #3  pakai pisang dan pir. gak vulgar langsung ke alat kelamin manusia.
dan selalu dikembalikan ke value keluarga masing2.. apakah masih tabu saru membicarakan masalah seksual atau tdk.  Jadi mau memilih menunggu anak usia tamyiz bertanya ataupun mau kita yang memulai silakan dirundingkan dikeluarga masing-masing.
Saya rasa semua keluarga punya style nya masing2
Share pengalaman Mak
Anak2 saya laki2 kadang bermain peran, meniru tmn perempuannya

Fatih dan Said berperan sebagai ibu dan kakak

Melihat itu, saya langsung mengajarkan.
Kita ganti yah. Fatih jadi ayah, Said jadi Abang
Fatih dan Said kan laki2

Demikian presentasi kelompok 6. sekian. 

Wassalamualaikum

Deeblue

#bundasayang
#fitrahseksualitas
#gamelevel11

1 komentar: