Jumat, 22 Desember 2017

Aliran Rasa Game Level 2: Belajar dan Tumbuh Bersama Permata Hatiku



Assalamualaikum



Aliran Rasa
Game Level 2


Belajar dan Tumbuh Bersama Permata Hatiku






Dedicated for my lovely princess
pengalaman selama belajar menjawab tantangan kemandirian untuk kami berdua

by deeblue



Saat bersamamu dunia menjadi indah

Lelah dan peluh kesah semua sirna

Kaulah cahaya hatiku yang kan bersinar di gelapku

Engkau yang membuat kelabu menjadi haru




Apa jadinya mama tanpamu

Yang selalu menceriakan duniaku

Memberikan arti di setiap hembusan napasku

Membuyarkan lamun yang tak tentuku




Karenamu justru mama jadi punya makna

Karenamu ada tujuan yang terbawa

Karenamu aku bisa belajar dewasa

Karenamu Aku pun menjadi ada




Kudekapmu dengan seluruh hidupku

Hembus napasku untuk belajar bersamamu

Menjelajah dunia seolah belantara

Yang indah untuk petualang kita



Aku pun Belajar dan Tumbuh Bersama Permata Hatiku

Cinta Kamu Nak...




Wassalamualaikum
Deeblue (Widita)


#AliranRasa

#GameLevel2

#KuliahBunsayIIP

#MelatihKemandirian

Jumat, 15 Desember 2017

Level 2 Day 15 Challenge: Fun Bubble

Assalamualaikum

Day 15 (the last round of level 2)

Jum'at, 15 Desember 2017

Challenge
Fun Bubble

Yeaaay...Ding ding...final day of level 2 games. Hela dan hembus napas dengan lega. Di tengah-tengah aku sempat pesimis apakah bisa aku selesaikan dengan baik. Bahkan ada momen dimana aku menulis untuk menurunkan target dari 15 tulisan tugas menjadi hanya 10 saja. Hemmm...sempet pesimis oh pesimis. Tapi dari beberapa rangkaian kejadian yang ada, aku seperti diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Dibalik kesulitan selalu akan ada kemudahan. when there's a will there's a way. target yang tadinya hanya yakin tercapai 10 tugas menjadi tembus di angka 15. Alhamdulillah...

Jujur saja, jadwalku di bulan Desember ini lebih berserakan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Mana lagi episode "baper" dan fisik terkuras karena banyak hal yang tampaknya masih sulit untuk diterima akal dan pikiran. Tapi, mau ngomong apa kuasa Ilahi yang Maha Penguasa mengendalikan segala ciptaan-Nya di dunia. Ia yang paling tahu hal yang terbaik untuk kita. 

Setelah beberapa episode drama yang aku lalui mulai awal Desember, aku pun mulai menemui seperti titik agak terang terhitung beberapa hari ini. Aku mulai mencoba berdamai dengan beberapa hal yang aku pikir sudahlah merupakan ketetapan-Nya. Meski agak terseret-seret tapi aku tetap memiliki niat kuat menyelesaikan semua tugas dengan sebaik mungkin. Semoga bisa ya Allah.

Aku pun mulai evaluasi diri lagi apakah hal-hal yang aku lakukan ini sesuai dengan amanah ataupun fitrah. Pergulatan ini sebenarnya sudah agak lama dan masih belum ada "cerah"-nya. Aku ingin tetap berkiprah di bidangku meski pada dasarnya tidak juga meninggalkan amanah pada anakku maupun suamiku. Sedangkan secara himpitan ekonomi mengharuskan aku juga mencari pendapatan untuk dukungan sekolah anak. Pilihan sulit tapi harus ditelusuri lagi. 

Kemarin pun aku merasa bahwa kualitas waktuku ketika bersama dengan anak belum benar-benar tepat. Aku ingin bisa menciptakan waktu belajar dari beberapa aspek tapi juga merupakan quality time baginya. Ketika bu Sapti (founder IIP) sempat hadir di acara wisuda matrikulasi Depok, ia pun mengatakan bahwa binar-binarnya adalah pada anak-anak. Aku pun merasa sehati dengan kata-kata itu. Cintaku, semangat hidupku adalah ketika aku bersama dengan Cilla. Tapi di sisi lain, aku pun senang berbagi manfaat dengan orang di sekitarku. Tapi, kan yang harus aku perbaiki dari dalam dulu baru akan melingkar ke luar. Bukankah begitu? 

Aku pun sempat agak merasa bersalah dengan kondisi beberapa hari kerja, meminta dia untuk belajar kemandirian, tapi juga aku belum ada sharing hati ke hati untuk menjaga kontak batin kami. Kemarin akhirnya aku yang mengalami tantangan fisik mesin cuci yang tengah rusak akhirnya mengucek baju sendiri. Ketika dalam masa proses tersebut, ia pun datang padaku dan menawarkan bantuan darinya. Aku pun mengiyakan dengan bulatnya. Aku rasa ini waktu fun yang bisa mengajarkannya sedikit tentang kemandirian. 

Pada bak pink tempat menyimpan baju-baju yang hendak dikucek, aku pun memberikan padanya beberapa pakaian kecil untuk dikucek olehnya. Hahaha...kuceknya lebih ke arah icik-icik yang tidak terlalu kuat. Ia pun memeras ala kadarnya dan menaruh pakaian kecil tersebut ke arah ember yang diperuntukkan bilasan pertama. Ia pun kemudian meraih beberapa pakaian kecil terburu-buru dan mengucek ala kadar baru memasukkan ke ember bilasan berikutnya tersebut. Aku pun mengatakan, "Walah Cilla ini jadi berbusa deh. Ayo coba masukkan dalam kondisi terperas dong hahaha....", sembari menunjuk bak yang harusnya jadi tempat bilasan tapi sudah mulai berisi banyak busa. Hahaha...tapi aku pun tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Yang aku hargai adalah proses belajarnya. Ketika ada kesalahan di tengah-tengah proses itu, aku anggap sebagai bonus.

Proses belajar kemandirian ini ditutup dengan dirinya yang ternyata lebih banyak bermain busa pada ember pink sembari menirukan gaya "peppa pig". Hahahaha....ceria hati ini. Pekerjaan yang bisa dibilang berat menjadi lebih mudah dengan keceriaan Cilla. Meski neneknya bolak-balik bilang Cilla tidak boleh main air, tapi ia tetap bermain air dan aku pun membiarkannya. Masalah baju basah bisa diganti nantinya. Hihihi...Biar dia tahu bahwa belajar itu tidak harus berakhir serius. Tapi proses belajar adalah untuk manfaat dan kesenangan baginya. Well, Cilla let's have fun bubble!

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-15
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Level 2 Day 14 Challenge: Konsistensi Ketika Bergejolak

Assalamualaikum

Day 14 (out of 1 day left)

Kamis, 14 Desember 2017

Challenge
Konsistensi Ketika Bergejolak

Hari kemarin masih menjadi titik dimana Cilla mengungkapkan keinginan dirinya, kondisi gejolak dirinya. Gejolak ini adalah proses belajar baginya untuk bisa menimbang beberapa hal yang berpengaruh pada bagaimana ia akan bisa mengambil keputusan kelak. Kesannya sih masih jauh ya di usia notabene 6 tahun segini terus bisa benar-benar dilepas ambil keputusan sendiri tuh di usia yang rasanya masih beberapa langkah jauh ke depan.

Memang pada dasarnya aku memiliki prioritas bahwa ia menjadi yang utama begitu juga si ayahnya Cilla. Mereka adalah amanahku, Aku pun terbuka pada Cilla untuk mengajaknya terlibat bahwa keputusan yang aku ambil ia pun turut memberi peran. Hal ini aku lakukan untuk membuatnya merasa bagian dari keluarga dan punya suara dalam segala keputusan keluarga, meski masih dalam bentuk yang lebih sederhana dan orang tua masih berperan besar dalam mengarahkannya. Arahan tersebut pun juga dibarengi dengan memberikan pemahaman secara sederhana sehingga ia juga tidak merasa berat sebelah dalam hal ini.

Masih sama episode kali ini aku tidak bekerja. Akan tetapi, ia masih membawa gejolak kemarin setelah ditinggal bekerja. Pagi hari bangun pagi seperti biasa meski ditambah wajah yang masih agak muram. Ia pun absen mamanya apakah hari ini bisa antar-jemput atau tidak. Hehehe...Aku pun mengatakan bahwa hari ini adalah hari untuk antar-jemput Cilla. Wajahnya pun seketika berubah dari yang bertekuk menjadi sumringah sambil teriak senang, "Yeaaaay....aku sayang mama!". Aku ajak dia untuk mandi. Ia pun terlihat lebih ceria dan mengerjakan rutinitas pagi sendiri. Disini aku juga sembari mengajaknya berbicara soal aktivitas dia nantinya untuk berenang. Ia pun sudah hapal syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika berada di kolam renang karena mama tidak akan berada di dekatnya kala itu.

Ketika memakai pakaian renang yang dilapisi oleh baju seragamnya tanpa harus diberitahu, ia mengerti urutan pemasangan baju renangnya. Aku pun sembari memberikan pemahaman sederhana bahwa mama kemarin bekerja untuk mencari uang. Uang itu pun berguna untuk sekolah dasarnya nanti. Ia tidak menjawab apapun lebih kepada mendengarkan bersamaan dengan fokusnya dia ketika mengenakan baju sekolahnya. Penanaman pola pikir ini aku maksudkan agar nantinya dia juga terbiasa dengan kondisi ketika mamanya harus bekerja, ia bisa memiliki kemauan sendiri untuk mengerjakan rutinitas. Aku pun tak lupa juga bertanya akan pendapatnya tentang kerja dan dia masih menjawab mama gak usah kerja. Heem...memang ini butuh proses belajar. Orang dewasa pun tidak semudah itu bisa menerima pelajaran bahkan untuk anak seusia Cilla. Mama pun selalu belajar nak. Well, kita bareng-bareng belajar ya nak.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike14
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Level 2 Day 13 Challenge: Mama Tidak Boleh Kerja

Assalamualaikum

Day 13 (out of 2 days challenge)

Rabu, 13 Desember 2017

Challenge
Mama Tidak Boleh Kerja

Semalam sebelumnya, aku pun terpaksa untuk menginap di rumah ibuku (alias nenek Cilla yang ada di daerah Jagakarsa) karena aku pulang cukup malam dan badanku sudah tidak kuat untuk meneruskan pulang hingga ke Depok. Aku terbiasa bangun lebih pagi untuk menyiapkan berbagai keperluan Cilla sekolah. Badan yang tidak mau bekerjasama ini pun dipaksa untuk menuruti keinginan otak yang memintanya untuk melakukan beberapa hal. Mungkin kalau si anggota badan diberi mulut, ia pun akan lantang berteriak, "Tidak...!".

Cilla pun bangun pagi dengan sempoyongan melihat mamanya yang telah rapih. Ia pun tahu bahwa melihat mama rapih berarti mama kerja. Analogi sederhana yang ngena banget menempel di pikiran anak. Ia sempat terduduk di tempatku berdiri dan merajuk sambil memegangi kaki mamanya, "Mama gak boleh kerja!". Kesalahan yang aku lakukan saat itu adalah aku tidak langsung memposisikan level mataku agar sejajar dengannya saat menjawab keinginannya. Hal ini mungkin secara tidak aku sadari adalah bentuk dari perasaan bersalah dengan keputusan yang harus dilakukan. Aku pun berusaha untuk meyakinkan padanya bahwa hari ini harus bekerja karena mama sudah berjanji pada orang, posisiku berbicara dengan level mataku yang lebih tinggi darinya saat posisi dia duduk sedangkan aku berdiri. Aku meyakinkan ini pun dilakukan agar bisa memenuhi kebutuhannya. Ia pun menjawab bahwa ia tidak butuh uang. Ia lebih memilih ingin diantar-jemput oleh mamanya nanti sekolah.

Aku paham dengan kondisinya. Ayahnya juga sedang giat untuk mencari cara mendapatkan posisi keuangan yang lebih aman. Namun, hal ini belum bisa dilakukan dan Allah SWT sedang lebih banyak mempercayakan keuangannya mengalir melalui tanganku. Aku pun berusaha untuk meyakinkan dan tidak untuk juga memaksakan kepadanya bahwa kondisi yang ada mengharuskan mamanya juga turut membantu keuangan keluarga sehingga beberapa hari ia tidak bisa diantar-jemput oleh mama. Saat kondisi berkeras tetap dijalankan oleh Cilla, aku pun memeluknya dan mengatakan bahwa mama harus melakukan hal ini untuk kepentingan Cilla. Aku pun minta maaf dan mengatakan bahwa aku sayang sama Cilla dan harus cari uang untuk sekolah Cilla. "Cilla mau sekolah kan?", tanyaku. Ia pun menjawab mau. Aku memeluknya dan mengatakan sabar ya nak.

Bisa dilihat bahwa ia sebenarnya tidak puas dengan jawaban tersebut. Yang ia masih tahu bahwa mamanya harus ada antar-jemput dirinya. Tidak bisa disalahkan karena itu adalah bagian dari keinginan anak. Aku pun mengajaknya untuk mandi dulu. Seperti biasa, ia bisa mempersiapkan dirinya sendiri. Ketika sudah siap aku pun memeluknya dan mengatakan terima kasih bahwa dia sudah mau bersabar untuk kondisi saat ini. Ia sempat menjawab tidak mau sabar. Aku pun menjawab, "Iya mama minta maaf ya. Mama makasih Cilla sudah mau ngerti mama".

Pemikiran mandiri seperti ini memang adalah sebuah tantangan untuk working mom. Ada kondisi dimana anak meminta perhatian disaat dirinya merasa kurang. Ini pun tidak bisa disalahkan karna pada dasarnya memang wajar bahwa anak meminta perhatian dari orang tuanya. Aku pun sebisa mungkin untuk tetap memenuhi kebutuhan sentuhan dan kata-kata sebagai tanda bahwa tuntutan kemandirian yang dihadapi ini bukan bentuk pengabaian dirinya. Akan tetapi sebuah proses belajar untuk sama-sama mencapai tujuan yang sama dalam keluarga dan kami sebagai orang tua tetap menganggap dia penting bagi kami.

Fighting together to achieve family goals is hectic, but afterwards hoping there is a light on the end of the day


Wassalamualaikum

#harike13
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Level 2 Day 12 Challenge: Waktu Berdetik Itu Berharga

Assalamualaikum

Day 12 (out of 3 days left)

Selasa, 12 Desember 2017

Challenge
Waktu Berdetik Itu Berharga

Anakku memang lahir dengan salah satu fitrahnya adalah menjadi kritis. Karena memang dibiasakan untuk diajak berbicara mengenai jadwal kerjaku keesokan harinya, ia pun juga terbiasa untuk sudah wanti-wanti menanyakan pada mamanya apakah akan ada jadwal untuk bekerja di esok harinya ataupun bahkan beberapa hari sebelumnya. Disini mungkin aku bisa menyelipkan kepadanya bekal akan mengatur waktu secara lebih efektif. Akan tetapi, aku sendiri merasa belum sempat untuk memberikan pemahaman akan hal tersebut.


Malam sebelumnya aku sudah berbicara dengan Cilla bahwa akan ada jadwal lagi untuk hari Selasa maupun esok hari, Rabu. Ia sempat sudah mulai menunjukkan muka masam. Ia juga mengatakan mengapa mamanya harus bekerja. Aku selalu berusaha untuk mengajak bicara Cilla bahwa hal tersebut dilakukan untuk membantu uang sekolah Cilla. Pada dasarnya, memang kondisi ekonomi keluarga kami sedang mengalami penurunan yang membuat kami pun mau tidak mau menata ulang jadwal dan tindakan yang harus dilakukan agar nantinya bisa menopang pendidikan Cilla. Alhamdulillah meski ia sendiri tidak terlalu setuju dengan kondisi aku yang kerap bekerja, ia tetap mengikuti kondisi bahwa nantinya ia tidak diantar-jemput oleh mamanya. 

Seperti hari sebelumnya, ia mampu bangun pagi. Ia pun secara mandiri mempersiapkan dirinya dari mulai mandi sendiri, handukan sendiri, memakai seragam sekolah sendiri, maupun sisiran sendiri. Untuk sisiran memang hal yang baru untuk ia lakukan secara mandiri. Akan tetapi, ia terlihat mantap memegang gagang sisir dan berusahaa untuk menyisir setiap bagian rambut yang bisa ia gapai. Itu pun terlihat rapih. Aku pun mengatakan padanya bahwa Cilla cerdas mama bangga padanya. Aku berupaya menyusuri kembali sisiran rambutnya dan hasilnya pun ia benar-benar bisa menyisir cukup rapih untuk seorang pemula.

Ketika aku pulang kerja pun, aku yang masih dalam kondisi lelah berusaha untuk menerima sambutan Cilla ketika aku masuk ke rumah. Ia memeluk mamanya erat dan aku pun membalasnya dengan mengatakan, "Uuuhhh sayang. Mama sayang Cilla". Ekspresi ini aku usahakan sepositif mungkin membuat dia merasa bahwa dirinya adalah hal yang penting meski harus aku tinggal bekerja. Well, besok harus ada lagi petualang baginya untuk tidak diantar-jemput oleh mamanya. Semangat ya nak. Aku tahu Allah SWT memberikan tantangan ini untuk membuat kita menjadi lebih kuat. Aku pun ingin kau tahu bahwa mama selalu ada untuk melalui semua ini bersama.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike12
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Level 2 Day 11 Challenge: Senin Awal Kesibukan

Assalamualaikum

Day 11 (out of 4 days left)

Senin, 11 Desember 2017

Challenge
Senin Awal Kesibukan

Hari Senin aku harus bekerja lagi. Bahkan aku sudah ada jadwal hingga hari Rabu. Aku tahu di satu sisi aku tidak bisa selalu meninggalkannya. Ia sudah memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia kurang setuju dengan keputusan untuk mengambil kerja dengan "term" yang agak lama.

Aku harus berangkat pagi sekali untuk  bisa mengantarkan Cilla terlebih dahulu baru berangkat kerja. Oleh karena itu, konsistensi bangun pagi pun tetap diterapkan pada diri Cilla. Ia juga tidak menggerutu untuk bangun lebih pagi dan bersiap-siap sekolah secara mandiri.

Hal yang paling aku senangi disini adalah lebih kepada kemandirian sikapnya. Ia tidak meminta mamanya untuk membantunya dalam bersiap-siap untuk pergi ke sekolah di pagi hari. Jadi, ketika baju seragam dan perlengkapan lain telah disiapkan ia pun bergegas untuk melakukan persiapannya sendiri.

Ia memakai baju, mengancingkan baju sendiri, memakai bawahan, sisiran rambut sendiri. Itupun semua benar-benar kesadaran dari dirinya. Ia pun menganggap sekolah sebagai sesuatu hal yang nenyenangkan. Kalau sudah menyenangkan tentu apa saja kegiatan penunjang sekolah akan dikerjakan secara mandiri tanpa banyak keluhan. Alhamdulillah...mommy proud of you. 😘

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-11
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Kamis, 14 Desember 2017

Level 2 Day 10 Challenge: Episode Masih Minta Maaf

Assalamualaikum

Day 10 (out of 5 days left)

Minggu, 10 Desember 2017

Challenge
Episode Masih Minta Maaf

Hari Minggu lagi-lagi mamanya harus berangkat kerja. Akan tetapi kali ini tempat kerjaku tak sejauh seperti hari kemarinnya. Jadi aku masih bisa luangin waktu sedikit untuk bersua dengan Cilla. Malam hari sebelumnya saat aku sedikit emosi, aku bisa menutupnya dengan tetap memberi pemahaman padanya bahwa aku memiliki tujuan positif untuk sekolahnya. Aku pun minta maaf padanya karena aku sudah melakukan hal yang salah.

Hari ini ketika aku bangun pagi. Ia pun tak lama menyusul. Hanya saja, aku tidak sempat mengawasinya untuk mandi terlebih dahulu sebelum berangkat. Uti-nya sempat agak marah sedikit karena ketika aku mau berangkat Cilla belum mandi hihi. Ketika uti minta dia segera mandi, aku minta kepada mama mertuaku agar dia sebentar saja bersamaku hingga aku berangkat. Aku ingin ia melihatku saat berangkat. Aku pun mengatakan pada Cilla dan meyakinkan uti-nya bahwa ia tetap harus mandi sendiri. Karena aku memang telah mempersiapkan ia untuk mandi secara mandiri dan berharap bahwa hal tersebut dapat berjalan secara konsisten.

Ketika aku tinggalkan pesan seperti itu ia pun mengiyakan. Aku pun memeluknya sambil mengatakan pada Cilla bahwa dia anak yang pintar. Hal yang membanggakan dari diri anak adalah bukan pada awal ketika melatih kemandirian. Tetapi juga kepada bagaimana menjaga agar hal tersebut konsisten diterapkan dan menjadi sebuah kebiasaan yang baik untuk anak.

Good job Cilla, mama sangat bangga padamu Nak. Doa yang baik untukmu selalu Nak.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-10
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatih kemandirian

Level 2 Day 9 Challenge: Aku Tinggal Kerja

Assalamualaikum

Day 9 (6 days left)

Sabtu, 11 Desember 2017

Challenge
Aku Tinggal Kerja

Harusnya hari Sabtu adalah hari dimana aku bisa meluangkan lebih banyak waktu dengan Cilla. Karena bagi kami berdua Sabtu-Minggu kami off dari kegiatan harian yang membuat kami berdua jadi sering tak bertemu muka, misal aktivitas sekolah maupun kerja asonger-ku. Tau akan hal ini, aku sudah mulai wanti-wanti dari awal dengan mengatakan dari malam sebelumnya bahwa mamanya harus bekerja besok maupun hari Minggu. Aku pun sudah menyampaikan padanya bahwa selama aku bekerja ia akan bersama dengan uti-nya. Ia pun tampak senang dengan hal tersebut, secara juga mingguan jarang ketemu uti.

Aku sadar betul bahwa aku sudah harus berangkat subuh secara tempat kerjaku di daerah Bekasi Timur. Karena harus sampai disana jam 7.30 aku pun harus naik kereta yang awal dari stasiun UI. Itupun untuk mengejar kereta di stasiun Manggarai yang paling pagi.

Oleh karena itu, aku harus bersiap-siap tentang beberapa hal untuk kemandirian Cilla selama ditinggal ke uti-nya. Aku minta dia untuk bangun pagi dan mandi sendiri. Karena aku tidak ingin ia hanya menerapkan latihan kemandirian saat aku ada saja.

Aku pun juga berusaha memberi penjelasan bahwa mau tidak mau mamanya harus bekerja karena ada hal yang harus kita simpan untuk pendidikannya. Aku pun kerap menyelipkan kata bahwa aku sayang padanya.

Aku pun berangkat kerja saat anakku masih tidur terlelap. Aku minta tolong ayahnya untuk memindahkan Cilla ke rumah uti yang masih tetanggaku sendiri. Aku pun diantarkan oleh suami untuk sampai ke satsiun.

Hari itu memang lelah luar biasa. Aku harus bekerja dari pagi hingga sore hari. Setiba di rumah pun sudah hampir jam 8an malam lebih. Anakku masih terbangun saat itu. Dari situ, ia tampak sedikit ngambek padaku. Aku rasa salah satu bentuk "mogok" yang ia lakukan. Nah, kesalahan yang aku lakukan adalah aku sedikit marah padanya. Aku seharusnya menggubrisnya dan memeluk badannya saat itu. Aku rasa saat itu memang saat terlelahku sehingga kurang bisa menerima perbedaan kecil dan emosi kurang terkontrol.

Aku harusnya mengapresiasi kerja kerasnya hari itu. Tapi hal itu terhalangi oleh lelah ataupun bentuk-bentuk pikiran lainnya yang sedang berseliweran tak tentu arah. Aku salah nak. Maafkan mama ya.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-9
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Level 2 Day 8 Challenge Liburan Time

Assalamualaikum

Day 8 (7 days left)

Challenge
Liburan Time

Nah ini adalah tulisan yang tertunda karena aku memang alhamdulillah sedang ada beberapa pekerjaan proyek yang aku ambil. Jadwal rutinitas pun menjadi tersela. Selain juga aku ada peristiwa tertentu yang membuatku harus sangat fokus disini.

Tapi setidaknya ini tidak menjadi penghalangku untuk sementara memenuhi tuntutan tugas. Untuk itu aku tetapkan standar ulang dari 15 pengerjaan tugas menjadi 10 pengerjaan tugas.

Hari setelah pergi ke Ragunan, Cilla pun libur sekolah. Pada hari ini aku tidak memiliki tugas kemandirian berupa mengenakan baju seragam sekolah atau apapun. Aku hanya meminta ia tetap bangun lebih pagi dan bisa mempersiapkan diri di pagi hari sevara mandiri.

Hem..mungkin memang agak meleset karna Cilla tidak bisa bangun pas jam 5 subuh. Tapi setidaknya ia bisa bangun jam 6 pagi. Ia pun setelah bangun bisa melanjutkan dengan mandi dan mengenakan bajunya sendiri. Aku menyelipkan kata-kata bahwa aku bangga dengannya. Aku pun beberapa kali memeluk dan mengecup pipi atau keningnya. Hal ini sebagai bentuk rasa banggaku padanya.

Semoga kelak engkau menjadi anak solehah yang selalu berada di jalan Allah SWT ya nak. Kamu adalah anak yang membanggakan bagiku. I'm proud of you.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-8
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Rabu, 06 Desember 2017

Level 2 Day 7 Challenge: Ragunan way

Day 7 (8 days left)

Assalamualaikum

Challenge
Ragunan Way

Hari ini adalah hari jalan-jalan ke Ragunan. Dari malam sebelumnya ia sudah kuajak bicara bahwa kita akan ke Ragunan. Aku pun tidak ragu, dia pastinya juga sudah ingat betul bahwa akan ada jalan-jalan je Ragunan. Kami pun menyepakati bahwa harus bangun pagi. Aku pun mengatakan bahwa kita harus bangun jam 5 pagi.

Pada dasarnya, Cilla pulang malam bersamaku di H-1. Secara aku harus bekerja dan baru bs tiba sampai di rumah ibuku sekitar abis magrib. Otomatis aku harus "cooling down" terlebih dahulu.

Alhamdulillah...ketika pagi tiba, Cilla bisa aku bangunkan tanpa bersusah payah. Ia bangun pukul 05.00 pagi hari. Ia pun meski agak tergopoh-gopoh bisa meneruskan aktivitas berikutnya yakni mandi dan berpakaian. Bagiku, itu hal yang luar biasa. Bagaimana tidak. Ia masih dalam tahap usia kanak-kanak. Meski malamnya agak lelah, tapi ia tetap memiliki kemauan dari dirinya untuk mengikuti ketetapan yang telah disepakati bersama malam harinya.

Good job Cilla...Mama sangat bangga padamu. Aku kerap memberikan pelukan padanya beberapa kali sambil memgatakan Cilla anak hebat. Selain itu adalah bentuk pujian tetapi juga sebuah doa dari mama. Sangat bersyuku pada Allah SWT bahwa aku diberikan karunia yang luar biasa. Semoga bisa diemban amanah ini.


Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)


#harike-7
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbundasayang
#melatihkemandirian

Selasa, 05 Desember 2017

Level 2 day 6 Challenge: Membiasakan Bangun Pagi

Day 6 (out of 9 days left)

Assalamualaikum

Challenge
Membiasakan Bangun Pagi

Hari ini aku tidak boleh sampai telat lagi. Belom lagi harus kerja, mau tak mau aku harus berangkat lebih pagi untuk antar ke sekolah terlebih dahulu baru ke tempat kerja. Ini menjadi tantangan buat aku dan Cilla.

Kami pun harus bangun lebih pagi. Semalam sebelumnya aku sudah membuat perjanjian dengan Cilla kalau ingin tidak telat berarti harus bangun lebih pagi. Hal ini bermanfaat untuk melatih kemandirian tentang kesiapannya bangun lebih pagi agar nanti ketika sekolah SD yang berjarak dia juga sudah tidak kaget lagi.

Oke ini harus tepat. Kalau aku maupun Cilla ada yang bangun kelamaan, heem...berantakan semua. Tapi setelah aku menaruh keprcayaan padanya dan keyakinan pasti bisa akan bisa.

Besoknya alhamdulillah tepat pukul 5.00 wib aku dan Cilla bangun. Aku pun mandi lebih dahulu dan Cilla setelahnya. Ia pun dengan terkantuk-kantuk tetap semangat menjalani latihan kemandiriannya tersebut.

Ini poto dia ya

Kami sukses menjalankannya. Yeay done challenge.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

Senin, 04 Desember 2017

Level 2 Day 5 Challenge: Aku bisa

Day 5 (out of 10 days left)

Assalamualaikum

Challenge: Aku Bisa

Hari ini adalah hari pertama setelah liburan yang agak panjang untuk Cilla. Bagaimana tidak. Ia bangun kesiangan dan sulit untuk dibangunkan. Emak2 yang satu ini kewalahan untuk bangunin anak yang satu ini. Walhasil, dia pun harus berangkat dan siap-siap mandi di rumah kecapi tempat singgah kami yang kebetulan dekat dengan sekolah. Fiuh darurat sekali.

Mau tidak mau Cilla baru mandi pun mepet lo, jam 07.30. Aku pun setting target waktu padanya, Cilla kita sudah terlambat. Paling tidak kamu punya waktu 10 menit untuk mandi. Kamu harus bisa ya. Dia sih menjawab dengan, "iya Ma".

Tapi, ya ada tantangannya. Ia masuk kamar mandi tapi tidak langsung mandi. Ibarat penyesuaian mungkin dengan si kamar mandi, ia kecipak-kecipuk air dulu. Aduuh mamanya tepok jidat sama tingkah polahnya.

Ia keluar kamar mandi lebih dari 10 menit. Oke sudah pasti ini molor. Aku pun sudah menyediakan baju di tempat tidur. Aku minta dia untuk memakai baju seragam.



Hihi...dia pun tanggap memakai seragamnya meski ada sedikit ketar-ketir waktu. Maaf ya nak biar kamu lebih tahu pentingnya waktu tapi tidak juga pakai kekerasan...hanya ketegasan.

Sempat aku lihat jam dan merasa waktu sudah mepet. Antara pengen buru-buru mengancingkan seragamnya biar lebih cepat selesai dan tidak telat. Tapi, aku urungkan niatku. Aku tanya padanya, "Bisa nak?". Dia jawab, "Aku bisa Ma!". Aku percaya padamu Nak. Aku biarkan dia upayakan sendiri sampai selesai tanpa ada selaan untuk memburu-burunya.

Nah seragam berhasil dikancing dengan rapih dan setara lebih cepat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Aku pun tersenyum padanya tanda kalau aku bangga padanya.

Yeay...today donee

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-5
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kelasbundasayangiip
#iip


Minggu, 03 Desember 2017

Level 2 Day 4 Challenge: Exhausted Part

Day 4 (11 days left)

Assalamualaikum

Challenge: Exhausted Part

Hari ini berada pada titik puncak dimana aku sendiri benar-benar berada pada titik puncak lelah. Ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan karena memang status paruhan wanita rumah tangga dan wanita pekerja. Aku tidak menggunakan asisten rumah tangga jadi aku kerjakan sendiri untuk urusan perumah tanggaan. Selain itu, aku sedang berada di kondisi emosi yang kurang baik sehingga butuh waktu untuk menstabilkan hal di balik beberapa masalah yang muncul. Karena aku tetap bersikeras menjadi bunda yang terbaik bagi anakku. Sestres apapun kondisi tekanan yang muncul. Hanya saja memang akunya menjadi berada dalam kondisi "exhausted".

Ini aku baru kebangun setelah tertidur dari jam 19.00 wib bahkan aku duluan yang tidur daripada anakku. Pada dasarnya, tubuhku sudah memberi tanda bahwa aku lelah. Ia pun men-shut down dengan sendirinya hehehe...So, aku skip untuk dapat outstanding performance. Tapi, posisi untuk menjadi tidak berada di atas membuatku tak menyerah untuk tetap berjuang. Mungkin karena aku sendiri dibesarkan untuk jadi seorang petarung yang tidak mudah menyerah hadapi tantangan. Tapi kalau badan yang sudah mengambil alih sendiri, aku akan kembangkan bendera putih hehehe...alias mengalah pada si tubuh ini.

Hari ini aku pun cenderung skip diantara beberapa waktu sebelumnya. Aku lupa ambil poto karna buru-buru tetangga ada yang nikahan. Jadi, for today "no picture edition". Alhamdulillah anakku tetap mengenakan pakaiannya sendiri meski bukan yang ada kancingnya. Seharusnya aku memang selalu sediakan memakaikan baju berkancing karna membutuhkan kemampuan motorik yang lebih kompleks dibandingkan hanya memasukkan baju kaos ke tubuh. So, hari ini kurang konsisten dgn "challenge" mengenakan baju yang diharapkan ada kancingnya.

Nah itu lah laporan pandang mata per hari ini. Semoga jadi lebih baik untuk esok hari.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-4
#tantangan10hari
#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian

Sabtu, 02 Desember 2017

Level 2 Day 3 Challenge: Ingin Berjualan

Day 3 (out of 12 days left)

Assalamualaikum

Challenge:
Ingin Berjualan

Hihihi...hari ini jadwal tidak terlalu padat. Khusus untuk hari Sabtu ini Cilla diperkenankan untuk mandi agak siang dibandingkan biasanya. Setelah selesai mandi, ia pun mengenakan pakaian sendiri (sengaja disiapkan baju berkancing lagi hihi). Berikut penampakannya:



Ketika mengenakan baju, ia tampak mengerjakannya dengan tenang dan perlahan. Hal ini menandakan bahwa ia bersungguh-sungguh untuk mengancingkan bajunya tersebut. Senang ya melihat kemandirian si bocah.

Hari ini ada acara pengajian untuk pernikahan tetangga besok. Aku dan Cilla bersiap-siap untuk ikut di acara pengajian tersebut. Cilla awalnya tampak antusias untuk ikut. Akan tetapi, ketika sudah mulai baca Yasin, Cilla pun mulai mengantuk dan senderan di pangkuan ibunya. Setelah selesai baca Yasin, ia pun diminta untuk kembali ke warung terlebih dahulu. Informasi, Uti (sapaan untuk nenek) Cilla punya warung kelontong.

Setelah acara selesai, kami pun para emak-emak pengajian seperti biasa membawa pulang kantong plastik berisi makanan. Wow, lumayan lah aku tidak harus masak ataupun merepotkan Uti-nya Cilla. Namun sangat disayangkan, Cilla tidak bisa menyuap sendiri. Mau tidak mau akupun harus mendulang Cilla untuk makan.

Ketika waktu sudah mulai malam, Cilla memiliki keinginan untuk berjualan di warung Utinya. Hehehe...ia ingin menjadi penjual katanya. Ketika ada orang datang untuk membeli, ia pun langsung memunculkan dirinya dan menjawab saat pembeli meminta dia untuk memangil Nenek ataupun Kakeknya. Hehehe...meski tidak benar-benar melayani pembeli tetapi lebih kepada mengikuti arahan untuk memberikan kembalian pelanggan, Cilla pun tampak sudah senang. Oke Cilla semoga mimpi yang mulia bisa dimudahkan oleh Allah SWT ya nak agar bisa terwujud. Aamiin..

Yeay Day 3 mission accomplished.

Wassalamualaikum

#Harike-3
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

Jumat, 01 Desember 2017

Level 2 Day 2 Challenge: Liburan yang Tenang

Day 2 (out of 13 days left)

01 Desember 2017

Assalamualaikum

Challenge: Liburan yang Tenang

Liburan ini adalah perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Hari ini menjadi hari tenang dimana aku dan anak memiliki waktu untuk berberes rumah bersama hehehe...Hem..tak terasa memang rumah berantakan karena beberapa hari kemarin tidak sempat bebersih yang menyeluruh. Kemudian nengok ke arah tumpukan kertas kerjaan yang belum kepegang.

Nah, karena hari ini tidak ada kegiatan sekolah bukan berarti tidak konsisten untuk menetapkan kegiatan mandiri untuk menjawab konsistensi tantangan Institut Ibu Profesional (IIP) di kelas Bunda Sayang. Kegiatannya masih seputar mengenakan pakaian sendiri dan membersihkan alat makan sendiri.




Nah ini poto dia ketika mengancingkan baju sendiri. Aku sengaja memberikan baju yang ada kancingnya hihi...

Cilla memang pada dasarnya kurang suka untuk dipoto jadi wajahnya bertekuk-tekuk. Harap maklum hehehe...

Itu dia lagi mengancingkan bajunya dengan tekun. Alhamdulillah hari ini tidak ada kancing yang meleat-meleot. Biasanya suka ada yang balapan kancingnya. Aku namun tidak memberikan dia pujian namun lebih kepada ucapan, "Oke sudah ya". Bukannya tidak ingin memberikan reward tapi lebih kepada membiasakan anak bahwa kebiasannya tidak harus selalu dilakukan untuk sebuah pujian. Tapi di dalam hati dan bagaimana gerak tubuhku menandakan bahwa bagaimanapun aku bangga padamu nak.

Setelah selesai mengenakan baju dia pun merasa lapar. Ciri khasnya ketika lapar akan menyeru dengan suara lantang, "Ma appeerr". Oke sang emak pun bergegas untuk ke bawah memasak untuknya. Alhamdulillah dia pun makan sendiri dengan lahap. 

Nah aku pun menambahkan satu tugas mandiri baginya. Hanya saja memang yang ini belum aku buat kesepakatan bersama dengan anak. Hal ini lebih bersifat spontan. Aku pun memintanya untuk menaruh mangkok kotor bekas makannya ke tempat cucian piring dan mencuci piringnya sendiri. 


Dan gadis kecilku melakukannya dengan baik. Walaa...dia mencuci mangkok dan sendoknya sendiri. Ia pun menggosok mangkoknya dengan sungguh-sungguh. Heem...bangga aku nak. Dia pun meletakkan mangkok dan sendok bersih ke rak khusus. 

Yeay! Day 2 challenge done.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#harike-2 
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

Kamis, 30 November 2017

Level 2 Day 1 Challenge: Mengenakan Pakaian Sekolah Sendiri

Day 1 (16 days left)

Games Level 2 Challenge
Chapter 1: Mengenakan Pakaian Sekolah Sendiri (+bonus makan mie sendiri)


Assalamualaikum 

Again...masuk games level 2 Chapter 1. Yeay...Tantangan kali ini aku akan berpartner dengan si cilik Naysilla Zafira Chyara Setiawan atau biasa dipanggil Cilla hihihi...



Ini dia si Cilla 6 tahun yang lalu tepat di tanggal 28 November 2017. Itu adalah saat bersejarah dari kelahiran buah hati pertamaku dan semoga bukan yang terakhir ya sayang. 

Sedikit review untuk lebih mengenal Cilla. Kata orang kalau tidak kenal maka tidak sayang kan. Dia adalah anak perempuan dengan rambut sebahu berkulit sawo matang. Yang paling menonjol pada dirinya adalah sangat aktif bergerak. Layaknya anak laki-laki, ia senang loncat sana-sini serta melesat berlari cukup kencang. Orang pun kerap mengatakan bahwa baterainya sangat tahan lama seperti tidak kenal lelah. Oh sayangku aku sangat bangga padamu Nak. Aku bersyukur ya Allah SWT untuk berkah indah yang telah kau berikan ini. Semoga kedua orang tuamu masih bisa mengemban amanah yang luar biasa ini ya Nak.

Tugasku kali ini kudu memilih kemampuan kemandirian yang ingin ditingkatkan. Aku memilih mengenakan seragam sekolah sendiri. Kenapa? Sebenarnya dia sudah mandiri untuk mengenakan seragam sendiri. Akan tetapi hal tersebut masih belum konsisten dan masih cenderung belum dikerjakan dengan tepat. Harapannya selama lima hari ini target dia bisa konsisten memasang sendiri seragam dengan rapih. Walhasil mama dan anak telah membuat kesepakatan di pagi hari, taruhlah sebuah kontrak lisan bahwa ia akan memakai seragam dengan rapih. Heem...tentu akan ada evaluasi di tiap pagi berangkat sekolah. Yeay...

Aku memang sudah punya dasar dari teori yang aku pelajari sebelumnya di kampus bahwa anak memiliki perkembangan kemampuan berpikir yang akan bergerak keatas sesuai dengan usianya. Oleh karena itu, aku menggunakan skema tersebut untuk menstimulus apa yang memang sudah ada pada diri anak tersebut. Salah satunya adalah melalui kemandirian. Yes, kemandirian adalah fondasi anak untuk memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuan yang ia miliki. 

Piaget sangat tertarik dengan dunia perkembangan kognitif anak bukan hanya sekedar berdasar pada seberapa baik ia akan berhitung, mengeja, ataupun menyelesaikan masalah seperti yang kita tahu sebagai IQ (taraf kecerdasan). Ia lebih tertarik untuk mengulas konsep dasar seperti ide akan angka, waktu, kuantitas, sebab-akibat, keadilan, dan seterusnya. Oleh karena itu pada tahun tersebut, ia adalah psikolog pertama yang membuat penelitian sistematis tentang perkembangan kognitif anak yang bersifat hirarki. (1936, https://www.simplypsychology.org/piaget.html) dan (https://www.kompasiana.com/rofiqohlaila8/piaget-dan-teori-tahap-tahap-perkembangan-kognitif_5539f9b96ea8348709da42ce)

Berikut adalah teori perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Piaget (1936):

1. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Perkembangan dari kegiatan motorik dan persepsi yang sederhana, menggunakan pengolahan otak paling sederhana yakni skema. Pembeda yang penting pada tahap ini adalah bahwa mereka tahu bahwa objek itu akan tetap ada meskipun disembunyikan. 

2. Tahap Preoperational (usia 2-7 tahun)

Pada tahap ini pembedanya adalah pemaknaan akan simbolisasi pada suatu objek ataupun simbol tanda berdiri untuk suatu hal di luar dari hal tersebut. Pada tahapan ini anak masih kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Pemikirannya memang masih berputar pada dirinya saja atau disebut, egosentris. Mulai berkembang konsep intuitif. Anak pun mulai bisa mengelompokkan suatu benda dalam suatu kriteria atau klasifikasi tertentu.

3. Tahap Concrete Operational (usia 7-11 tahun)

Menurut Piaget, ini adalah tahapan yang paling penting karna disini mulai muncul logika dan pemikiran yang bersifat operational untuk benda-benda yang bersifat konkrit. Proses operational berarti sudah bisa berimajinasi ataupun membayangkan di kepalanya tentang suatu proses kerja. Anak sudah memiliki kemampuan untuk memikirkan kemungkinan. Akan tetapi, anak belum mengetahui tentang prinsip-prinsip suatu hal. Anak belum mampu berpikir secara abstrak. 

4. Tahap Formal Operational (usia 11 tahun keatas)

Anak sudah mampu berpikir dengan logis dan abstrak. Anak sudah memiliki kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan hipotesa. 

Sejalan dengan hal tersebut, "Guru Neuropsikologi-ku" pernah mengatakan bahwa memang pada dasarnya otak itu kalau tidak salah sinaps ya (semacam tentakel penerima neuron)...hehehe sudah agak lama nih mata kuliahnya, memiliki loncatan listrik (neuron) yang menyambungkan satu bagian sinaps dengan sinaps lainnya. Kilatan listrik itu lah yang membuat otak kita berkembang dengan baik. Nah, si loncatan listrik itu lah yang akan banyak menyambung sedari kecil berkembang terus berdasarkan pada stimulus yang kita berikan. So, memang stimulus yang tepat akan menambah banyak sambungan tersebut lo...dan membantu perkembangan otak. Tidak hanya stimulus tetapi benturan ataupun goncangan pada kepala juga bisa berpengaruh pada matinya loncatan listrik di dalam otak. Bersyukur Allah SWT menciptakan tempurung otak kita sangat keras dan struktur tulangnya paling keras di tubuh kita (kalau tidak salah ya, CMIW hwekekeke bukan mahasiswa kedokteran, cuman seingatnya saja hihihi...)

Aku pun sudah mulai melakukan stimulus terhadap anak termasuk kemandirian. Aku pun sudah memulainya semenjak ia berusia PAUD yakni 4 tahun. Aku sudah memberikan contoh kepada anak tentang memakai baju seragam sendiri. Baju seragamnya pun memiliki kancing-kancing yang tentu ia akan mengalami kesulitan disitu. Meski begitu, aku tetap yakin bahwa semua itu harus melalui stimulus dengan harapan otaknya akan mengalami perkembangan yang signifikan. Dalam usia 4 tahun, ia masih berada pada tahap Preoperational yang akan membutuhkan petunjuk yang jelas dan konkrit. Aku tidak bisa hanya berandai-andai tapi harus juga dikerjakan di depan matanya. Aku pun mengajarkan Cilla sembari mengoceh bahwa ini ada kancing nak. "Coba lihat kancingnya ada lubangnya juga harus dimasukkan kancingnya ke dalam lubang yang sejajar dengannya", sambil diperagakan. 

Awalnya tentu memang akan kesulitan, tapi dengan beberapa kali contoh dan dipercayakan juga untuk mencoba sendiri ia pun akhirnya bisa meski masih berantakan. Untuk anak segitu loh, berhasil dengan hanya mengancingkan baju sudah jadi hal yang luar biasa baginya. Wow ternyata aku bisa ya kancingin baju. Aku selalu berusaha menyelipkan keberhasilan terkecilnya pun dengan kata-kata pujian, "Wah Cilla pintar ya". Alhamdulillah ia pun menjadi lebih berani untuk mencoba hal baru dan terlihat lebih mandiri untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

Per today, Cilla memang punya semangat untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Hal ini juga didukung dengan semangat yang cukup kuat untuk pergi ke sekolah. Sedari kecil aku selalu berupaya menciptakan suasana bahwa sekolah itu menyenangkan. Kamu bisa belajar banyak hal, bertemu teman, dan hal baik lainnya. Well, pagi tadi Cilla sudah mandi sendiri dan selesainya mengenakan seragam sendiri. Memang pada dasarnya ia senang bergerak aktif, belum selesai mengenakan seragam dengan rapih (alias rok masih meleat meleot kesana kemari dan resleting masih di depan hehehe) aku pun mengingatkannya dan tidak berupaya untuk merapihkannya langsung. Awalnya sempat sudah kekeh bahwa sudah rapih. Lalu aku beritahu persis letak ketidakrapihannya dimana tanpa menunjuk. Ia pun mencari sendiri letak kesalahannya dan disitulah diaaa...taraaa...menemukan si resleting yang masih nongol di depan. Ia berekspresi oh tidak hahahaha....Ia juga segera beranjak berdiri dan memperbaiki letak roknya sembari berjalan hihi. Setelah selesai ia pun kembali padaku untuk menunjukkan bahwa sudah benar. Aku bilang, "Oke sudah benar Nak. pinter ya, kan kalau begitu enak dilihatnya". 

Memasang rok seragam dengan benar memberikan banyak pelajaran berharga. Ia jadi lebih tahu bahwa oke mengerjakan sesuatu tetap harus ada aturan yang diberlakukan. Ia kudu ikut aturannya. Ia tahu bahwa hal tersebut memberikan manfaat yang baik dengan rapih enak dipandang mata. Yes!

Nah tadi belum sempat terpoto untuk kegiatan mengancing baju sendiri. Adanya poto ketika dia suap makan mie sendiri hehehe. Ini juga tadi dia kurang yakin menyuap sendiri karena mie biasanya harus dipotong pendek-pendek dengan sendok oleh mamanya. Setelah aku yakinkan bahwa dia bisa jadilah dia bisa dan yeay jepret. Jadi disisipin poto itu dulu ya.



Tantangan day 1 terpenuhi mari kita lihat besok.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)


#harike-1
#tantangan10hari
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian






Jumat, 24 November 2017

Aliran Rasa Game Level 1: Tekad Berubah Hadapi Tantangan Komunikasi Produktif

Assalamualaikum

Aliran Rasa
Game Level 1

Tekad Berubah Hadapi Tantangan Komunikasi Produktif

😆 Judul yang panjang bukan menunjukkan eksesif dalam penggunaan kata. Hanya sebuah kelegaan untuk pembuktian pada diri sendiri bahwa penekanan aku bisa melampaui tantangan yang diberikan oleh kuliah Bunda Sayang IIP Depok #3 dalam game level 1 tema Komunikasi Produktif.

Awalnya sempat ragu karena banyaknya situasi menantang ketika aku harus melalui game ini. Pasalnya, aku dan suami tidak akan bertemu fisik selama seminggu tapi harus bisa menerapkan komunikasi produktif via media lain. Sempat megang kepala mikirnya. Tapi setelah bertanya apakah bisa melalui media lain komunikasinya meski tidak bertatap muka langsung, aku dapat jawaban IYA...wow langsung muter otak. Intinya jarak LDR (long distance relationship) cailee...bukan menjadi hambatan buat aku dan pakmisu menjalin komunikasi produktif meski tidak intens.

Langsung setting target pada diri sendiri dan racuni pikiran akan target itu dengan harapan bahwa tubuh akan bereaksi secara alamiah untuk siap menerima tantangan. Hal ini lebih kepada pembuktian pada diri sendiri bahwa aku ingin berubah lebih baik sesuai target awalku join IIP: "Menjadi istri dan ibu yang amanah buat keluarga kecilku".

Ini salinan NHWku dulu:
A. Sebagai individu
Kalau sebagai individu, saya ingin menjadi istri dan ibu yang bisa buat dua bagian penting dlm hidup yakni suami dan anak itu bahagia.

Dan melalui momen ini, aku harus bisa berkompetisi dengan diri sendiri bahwa aku bisa mencapai ultimate targetku dengan menyelesaikan tantangan di target miniku. Aliran rasa yang aku dapat adalah striving till the last minute untill the deadline. Ngumpulin di detik2 menjelang akhir pernah banget...beberapa menit menuju ke 00.00. Itu aku kerjain karena sudah sangat lelah banget kerja hingga larut malam dan mengetik ala kadar di handphone yang gak sempat diedit lagi. Pernah juga ngetik sambil kepala munyer-munyer di mobil dengan handphone biar kekejar momen yang aku punya hari itu hehehe...Karena ini balik kepada tekadku untuk bisa buktikan pada diri sendiri bahwa aku ingin jadi lebih baik.

Think that as if this moment pass by and you won't get a thing on your purpose without your endless effort

Saat itu tiap hitungan menit bagaikan tiap hitungan tarikan nafas untuk berburu menuju tantangan ini. Dan aku yakin bukan soal bagde tujuanku. Itu hanyalah bonus sampingan. Tapi bungkus nasi goreng ataupun respon ramah suami adalah hadiah terbesar untuk tantanganku. Dan itu priceless.
Gak bisa dibeli dengan uang berapa pun. Momen itu akan selalu tersimpan dalam ruang loker long term memory-ku...

Membuat aku makin cinta dan paham suamiku...
Membuat aku makin bersyukur akan tiap bagian hidupku...
Entah itu baik ataupun buruknya...
Makin bahagia dalam melangkah tiap jejaknya...

Keep spirit and keep fighting



Karena kita semua ini adalah pejuang untuk amanah kami masing-masing dari Allah SWT. Keep the fitrah...

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#AliranRasa
#GameLevel1
#KuliahBunsayIIP
#KomunikasiProduktif

Kamis, 16 November 2017

Day 15 Challenge: Final Chapter but Not The End

Day 15 (out of 2 days left)

Assalamualaikum

Challenge
Final Chapter but Not The End

Berkat cemilan dari kelas Bunda Sayang IIP itu aku pun merasa lebih damai. Berjalan sesuai dengan suratan atau fitrahnya. Pemahaman yang memberikan kita kesempatan untuk bisa lebih bersabar menghadapi kondisi komunikasi kami. Gak bisa langsung nyambung ya gak perlu pakai ngamuk hehehe...

Minggu ini juga menjadi minggu yang padat buat kami berdua. Pasalnya kami berdua sedang cari rejeki untuk sekolah anak. Walhasil kami pun jarang bisa bertemu dan ngobrol yang produktif. Sama-sama ketemu biasanya sudah sama-sama lelah. Komunikasi pun tidak bisa dipaksakan.

Per hari ini aku juga hanya via SMS kembali tambahan pembicaraan di telepon. Aku yang duluan untuk ijin bekerja besok hari. Aku pun tidak bisa mengajaknya bicara lama-lama karena ia pun sedang bekerja dengan fokusnya hehehe...So, daripada dia melakukan kesalahan saat bekerja aku pun menyudahinya. Akan tetapi yang berbeda aku menggunakan teknik cara bicara yang agak manja hihihi...supaya dia punya sense untuk melindungi dan menjaga itu hehe...

Well, finally but not the final. Aku akan berusaha memantaskan diri dengan fitrah kami berdua. Semoga perbedaan yang kami miliki akan memperkaya kenangan bagi keluarga kecil kami. Komunikasi produktif, yang awalnya adalah tugas untuk kuselesaikan di kelas bunda sayang, akan menjadi penanda awal bagi perubahan indah dalam keluargaku.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#hari15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 15 November 2017

Day 14 Challenge: 7000 Kata

Day 14 (out of 3 days left)

Assalamualaikum

Challenge
7000 Kata

Kerap kali memang aku dan pak misu berselisih pendapat. Aku pengennya A sedangkan pak misu maunya B atau Z. Aku punya keinginan seperti ini sedangkan pak misu punya keinginan yang berbeda. Rasanya kok mau ditarik ke arah mana pun tidak akan pernah sama. Sempat berpikir salah dimana ya? Apa memang kita ini tidak bisa jalan bersama?

Setelah mendapatkan cemilan "crunchy" di kelas Bunda Sayang IIP (Institut Ibu Profesional) batch 3 untuk wilayah Depok, terpecahkan sudah. Misteri yang menyelimuti ini semua. Perbedaan penggunaan otak pada laki-laki maupun perempuan.

Sebenarnya sudah sempat mempelajari fungsi otak dulu jaman kuliah yang notabene sudah cukup lama hehehe...Tapi kalau itu ada kaitannya dengan perbedaan mencolok perilaku pria dan wanita wawasanku belum sejauh itu. Kalau tidak salah, Dr. Aisyah Dahlan juga baru mengetahui soal ini pada tahun 2006.

Perbedaan penggunaan otak antara dua jenis kelamin berbeda menjadi penyebab perbedaan yang mendasar dan tidak sedikit menyebabkan perselisihan dalam rumah tangga. Akupun begitu. Sebut saja 7000 kata. Aku baru tahu bahwa laki-laki akan memgeluarkan hanya 7000 kata dalam sehari dibandingkan perempuan yang bisa mencapai 20.000 kata. Perbedaan jumlah yang signifikan. Ini bukan salah mereka, hanya pada fitrahnya Allah SWT memberikan mereka penggunaan yang berbeda pada otak bahasa mereka. Mereka pada dasarnya diciptakan untuk bisa fokus pada penyelesaian masalah ketimbang berbicara. Sedangkan perempuan bisa sembari menyelesaikan beberapa hal dengan berbicara banyak hal.

Aku mengalami kontra dimana diri aktif untuk berbicara dan memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk berbicara dan didengarkan sedangkan suami sangat irit bicara. Ia terkesan seperti tidak mendengarkan aku dan pelit respon. hehehe... Aku suka berpikiran negatif, "Ini pak misu tuh dengerin aku gak sih. Apa dia sengaja ya cuek. Udah gak sayang kalik ya".

But...itu cuma di dalam pikiran saja. Menurut Dr. Aisyah Dahlan dalam penuturannya, "Corpus colosum" pada pria sangat tipis menyebabkan mereka tidak mudah untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus. Mereka cenderung fokus pada penyelesaian masalah. Hal ini yang membuat para pria terkesan cuek, tidak peka terhadap wanita. Ketika fokus pendengaran mereka menurun bukan berkurang. So, fitrahnya mereka untuk tidak bisa mendengarkan lama-lama. Ataupun berbicara panjang lebar tidak pakai inti.

Oke. Ini berarti aku seringkali berada di pemikiran yang salah. Kenapa harus memaksakan pak misu untuk mengikuti apa yang aku mau. Aku seolah berharap dia bisa jadi seperti diri kita yang jelas pada fitrahnya beda. Aku pun menikah dengannya untuk menerima dia apa adanya bukan.

Perbedaan tetap bisa disatukan melalui kompromi. Antara kami harus ada kesepakatan. Aku pun harus melihat situasi dan bersikap lebih menghargai perbedaan. Yang biasanya berkoar tentang toleransi yang lebih luas, kenapa tidak bisa bertoleransi pada suami sendiri. Hal itu pun harus sering terjadi dengan sempitnya waktu kami untuk bisa bertemu, aku harus menggunakan waktu untuk lebih banyak memahami dan berkomunikasi melalui sudut pandangnya.

Per hari ini aku sempat komunikasi via telepon. Aku bertanya tentang perkembangan kerjanya yang kemarin sempat mengalami hambatan. Ia pun menjawab dengan lembut (kalau aku bilang lembut bukan dengan nada yang "melambai" ya hehehe, tapi jawaban lebih panjang bukan singkat). Aku coba tanya seperlunya karena takut mengganggu kerja pak misu. Meski singkat setidaknya pesan yang ingin disampaikan adalah aku perhatian padanya. Kalaupun pesan tidak sampai yang penting menunjukkan upaya membangun komunikasi produktif. Hal positif selalu membuatku yakin untuk membuahkan hasil yang juga positif. Singkat pembicaraan kami, tapi setidaknya ada kurang dari 7000 kata. Tidak terlalu berat untuk sebuah komunikasi tapi diharapkan berkesan. Itupun semoga bisa menjadi kenangan indah buat kami saat nanti berada diatas 55 tahun. Hehehe...

Itulah si 7000 kata yang aku coba pahami dari pak misu. Memantaskan diri untuk mencapai surga Illahi. Nanti coba senyum 10 menit ketika menyambut pak misu ya. Biar "ngademin" bagi pak misu. Kan itu juga komunikasi non verbal hehehe...

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#hari14
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 14 November 2017

Day 13 Challenge: Text Messages

Day 13 (out of 4 days left)

14 Nopember 2017

Challenge:
Text Messages

Morniiing...badan masi capek tapi semangat gak boleh kendor. Hehehe...

Pagi tadi aku mengirimkan teks kepada suami via SMS. Aku pun tak berharap akan dibalas. Lebih kepada say hai di pagi hari. Setelah beberapa menit kemudian, aku ditelepon suami. Isshh suaranya lembut pisan ahaay...Ia mengatakan padaku bahwa malam ini tidak bisa pulang ke rumah. Ia harus lembur mengerjakan sesuatu. Aku menjawabnya dengan santai, "Iya gak papa". Aku memberikan semangat padanya. Aku juga mengatakan semoga pekerjaannya bs selesai dan tetep semangat.

Aku meski lewat "text messages" tapi dengan dia yg menghubungi terlebih dahulu serta memberikan informasi tentang kegiatannya hari ini...sudah jadi angin segar buatku. Keep the good spirit

Deeblue (Widita)

#hari13
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 13 November 2017

Day 12 Challenge: Ice Breaking

Day 12 (out of 9 days left)

13 Nopember 2017

Challenge
Ice Breaking

Assalamualaikum

Akhirnya kembali pulang kemarin malam dan sempat bertemu dengan suami agak larut. Mungkin banyak yang bertanya-tanya dalam hati. Ini bagaimana ya kok bisa bertemu suami tampaknya sangat jarang bahkan harus malam-malam baru bisa bertemu dan bercengkerama. Bagi aku istrinya ini sudah menjadi suatu hal yang biasa karena ia memang memiliki pekerjaan yang mengharuskannya untuk keluar di malam hari dan harus pulang larut ataupun dini hari. Aku yang mengetahui hal tersebut memilih untuk mendukungnya. Terkadang ada keinginan ataupun hasrat seperti pasangan lainnya yang punya kesempatan untuk lebih banyak bertemu muka dan ada kesempatan waktu bicara yang lebih lama. Tapi, seperti ungkapan yang pernah aku dengar sebelumnya, "Maka pantaskanlah dirimu". Aku selalu berusaha memanfaatkan waktu yang sebentar itu untuk mencium tangan dan mengajaknya berbicara. Tapi balik lagi, aku cari tahu dulu kondisi suami apakah dia berada dalam kondisi bisa diajak berbicara atau tidak.

Tepat semalam jam 1 dini hari, suami akhirnya datang dan mengetuk pintu. Aku pun dengan sempoyongan berusaha untuk membukakan pintu suami, secara masih lelah karena sempat menempuh perjalanan darat selama tujuh jam. Sebelumnya aku melongok ke arah jendela dan memastikan bahwa disitu ada suamiku. Aku pun membuka pintu untuknya sembari melemparkan senyum. Aku juga mencium tangannya dengan lembut, sinyal bahwa aku sangat kangen padanya. Seperti biasa, suami akan menggendong anakku dan membawanya ke tempat tidurnya. Ia tidur di tempat tidur kami sembari menunggu ayahnya. Saat digendong ke tempat tidurnya, ia terbangun dan kembali minta untuk ditemani. Kini, ayahnya yang menemaninya sampai ia tertidur.

Aku sempat mengajaknya bicara perlahan saat aku tengah menunggunya menemani si buah hati. Aku akui pembicaraan kami dimulai dengan hal yang terlalu berat. Aku yang pada dasarnya memang sedang lelah tetapi masih berupaya untuk memulai komunikasi dengannya. Aku rasa karena aku rindu pada suamiku dan ingin memperlama waktu untuk bisa berkomunikasi dengannya namun salah penentuan tema. Sekali lagi kelelahan dapat mempengaruhi kondisi kita dalam berkomunikasi. Emosi yang berkecamuk ini terkadang bisa membuat kita mengeluarkan kata-kata yang kurang tepat. Suami pun bukan menjadi lebih rileks malah merasa pusing. Suasana pun kembali tidak kondusif untuk meneruskan komunikasi. Kami pun menyudahi percakapan tersebut.

Ada baiknya ketika berada dalam kondisi lelah, tidak sepatutnya kita memaksakan diri berkomunikasi dengan pasangan. Kita perlu melakukan "break" terlebih dahulu. Lebih tepat bagi kita untuk memanfaatkan waktu dimana kita sama-sama lebih bisa rileks dan berpikir secara terbuka. Kami bisa merencanakan waktu untuk berbicara berdua dengan lebih baik. Yang pasti aku kangen ingin duduk bersama dengannya sembari berbicara tanpa harus ada kaitannya soal pekerjaan atau mencari uang. Atau ia melihatku tengah berbinar-binar sambil saling bertatapan satu sama lain walau tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Hehehe...Aku kangen suamiku. Kapan kita bisa atur waktu ya suamiku...

Wassalamualaikum 

Deeblue (Widita)

#hari12
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


Minggu, 12 November 2017

Day 11 Challenge: Memberi Ruang

Day 11 (out of 6 days left)

Assalamualaikum

Challenge
Memberi ruang


Akhirnya kemarin sampai di rumah cukup malam. Suasana diri cukup lelah tapi tetap sempat ketemu dengan suami. Ia pun pulang dari kerja malam hari. Aku meski lelah pun tetap berupaya untuk menyambutnya dengan baik. Aku bukakan pintu dan langsung mencium tangan suami. Aku pun membiarkan suami untuk memiliki waktunya sendiri dan tidak memaksa untuk langsung berbicara dengannya. Ketika ia mengatakan bahwa dirinya lelah dan ingin istirahat aku pun membiarkannya.

Pada pagi hari tadi, aku pun harus bekerja kembali dan saat pamit pun aku juga tidak banyak mengajak suami berbicara apapun. Aku hanya sekedar pamit dan tetap membiarkan suami untuk istirahat. Karena ia pun juga harus bekerja nantinya. Padahal banyak sekali yang ingin aku sampaikan dan ceritakan mengenai pengalamanku saat bekerja di luar kota. Akan tetapi, aku menunggu momen yang tepat dan berupaya agar tidak mengganggunya.

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

Sabtu, 11 November 2017

Day 10 Challenge: Jalan Pulang

Day 10 (out of 7 days left)

Assalamualaikum


11 Nopember 2017

Challenge
Jalan Pulang

Malam ini akhirnya pulang dari luar kota dan dalam keadaan sangat lelah. Pagi tadi sempat komunikasi dengan suami. Hanya saja melalui SMS. Dia mengatakan bahwa dia akan bekerja seharian dan tidak sempat jemput di bandara. Aku pun berupaya tidak memaksa dan memaklumi.

SMS singkat karena masih dalam perjalanan untuk memberikan semangat padanya dan menerima bahwa dia tdk bs jemput di bandara. Hihi masih banyak jalan menuju Roma.

Hari ini justru membaca blog seseorang yang saya lupa namanya (yang pasti bukan orang Indonesia). Ia suami dr seorang istri dan beranak satu. Dari blognya mengatakan bahwa penyebab seringnya permasalahan juga salah satunya adalah bahwa kita terlalu berharap sst dan itu tidak bisa tercapai. Begitu pula dalam komunikasi. Kita terlalu sering berharap bahwa suami akan selalu ada buat kita mendengarkan kita. Padahal ada situasi lain yang membuatnya harus melakukan hal lainnya. Harapan vs Kenyataan. Yang perlu dilakukan adalah menerima kenyataan. Berdamai dengan harapan yg tidak tercapai tersebut. Kl kata pak Didik (suami bu Septi) adalah memantaskan diri. Dia yang telah aku pilih, maka akulah yg harus memantaskan diri. Tidak bersifat memaksa. Aku berbinar maka suami pun ikut merasakan bahagianya (kata2 juga dari bu Septi founder IIP).

So aku belajar menuju jalan pulang untuk memantaskan diri, berbahagia karena fitrahku, tak pantang menyerah

Wassalam

Deeblue (Widita)

#hari10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 10 November 2017

Day 9 Challenge: Meluangkan waktu untuk menjawab SMS

Day 9 (out of 8 days left)

Assalamualaikum

Challenge:
Meluangkan Waktu untuk Menjawab SMS

Fiuh hampir saja kelupaan untuk setor blog. Hehehe...secara kerjaan lagi sangat padat dan kejar2an setoran agar tugas kerja dikumpulkan dlm waktu dekat.

Hari ini aku tidak melakukan pengecekan terhadap kondisi buah hati karen padat meraya tugas kerja. Siang tadi suami lah yg SMS terlebih dahulu untuk memberitahukan kondisi anak serta aktivitas apa yang harus dia lakukan sehingga tidak bisa dihubungi dulu.

Aku pun sekedar membalas SMS untuk bertanya hal-hal yang ia sampaikan serta memberikannya semangat 😊 Meski belum sempat dibalas tetapi kesediaan suami SMS terlebih dahulu ketika kemarin sempat ada sedikit perselisihan membuatku senang...

Jadi, singkat kata blog hari ini memaparkan bahwa sepadat-padatnya jadwal kerja hingga aku pun sulit untuk berkomunikasi lisan, tetap harus ada meluangkan waktu sedikit saja untuk say hai ataupun memberikan perhatian kecil disematkan dalam komunikasi kita. Itu bentuk dari komunikasi produktif untuk pasangan kita.

Jangan minta ia untuk membalas kebaikan yang telah kita berikan tetapi tanya apakah kita sudah memberikan kebaikan pada pasangan...hehehe

Sekian

Wassalam
Deeblue (Widita)

#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 09 November 2017

Day 8 Challenge: Yeay...warmer and getting warmer...

Day 8 (out of 9 days left)

Assalamualaikum

Challenge 8
Yeah...Warmer and Getting Warmer

Alhamdulillah...dari tadi pagi hingga malam ini aku kerap beberapa kali menelepon suami. Hal yang kami bicarakan pun mengenai anak yang aku titipkan pada suami secara aku sedang berada di luar kota.

Suami pun memang telah berbicara dengan lebih lembut. Meski ia sedang sibuk pun, ia juga tidak marah atau bernada kesal. Aku juga melembut dan menanyakan kondisinya. Bahkan pembicaraan yang terakhir tadi, ia juga mengajak bicara lebih panjang mengenai anak yang membawa pulang sepatu baru di tasnya. Ia juga tampak senang ketika aku sudah sampai di lokasi tujuan.

Aaahh....hari ini sangat indah...suasana hangat sudah muncul kembali. Semoga aku bisa melanjutkan komunikasi produktif ini.

Ehm...seauatu yang hangat membuat perjalanan antar kota yang memakan waktu hingga 7 jam tidak akan membuatku lelah. Yeay...warmer and getting warmer... 😘

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kulianbunsayiip

Rabu, 08 November 2017

Day 7 Challenge: Bergumul dengan Rasa Malas Berubah

Assalamualaikum...
Day 7 (out of 10 days left)

Challenge
Bergumul dengan Rasa Malas Berubah

Dari malam kemarin, suami memang sedang ada perubahan ke arah yang lebih negatif. Tetapi, hari ini aku terus berusaha melawan rasa malas untuk menunjukkan komunikasi yang hangat dan positif.

Bagaimana tidak, aku sendiri sedang dikejar-kejar deadline kerja. Pekerjaanku pun kudu pintar cari waktu untuk telepon suami ataupun mengerjakan tugas lainnya di luar kerja. Duh malaaaasss....

Kalau dipikir-pikir kenapa tidak sesekali dia yang memikirkan kesulitan apa yang harus aku lalui untuk bisa mengambil hati dia untuk lembut kembali padaku. Lagi-lagi muncul situasi ingin sekali rasanya untuk bisa dipahami dan dimengerti di saat aku berusaha keras untuk memahaminya. Malaaasss....Tetapi balik lagi, kalau hanya ingin merasa diri untuk dipahami hanya akan memblokir pikiran untuk bisa berpikir di luar dari sudut pandangku sendiri. Kita tidak pernah tahu kan kondisi dan situasi yang menyebabkan dia seperti itu. Nope. Tidak bisa begitu.

Bagaimanapun laki-laki dan perempuan memang berasal dari planet berbeda (red: baca day 1 challenge). Yang aku butuhkan disini adalah kompromi. Kompromi itu berasal dari komunikasi yang kami sepakati untuk jalani bersama. Untuk bisa kompromi maka komunikasi pun harus lancar dan positif. Kalau aku memaksakan kompromi di saat "kabel telepon" komunikasi kami sedang tidak bertemu ya tidak akan ketemu jalan tengahnya. Harus disambung lagi kabelnya.

Berarti harus tetap berjuang. Darah itu merah jendral. Dan peperangan yang paling sulit itu adalah berperang dengan diri sendiri. Rasa malas adalah gumpalan awan hitam yang menutupi niat dan perilaku kita. Harus dihilangkan. Langkah pertama memang sulit. Tapi sulit itu bukan berarti tidak bisa diatasi. Aku sempat SMS mengenai blog ini yang belum aku sampaikan padanya. Tidak dibalas oleh suami tapi tidak berharap banyak dia akan membalas, mungkin sibuk.

Lalu....Malam ini kesempatan itu ada. Ada telepon dari mertua tentang seragam anak yang tidak ada besok. Tertinggal di rumah neneknya yang satu lagi. Aha, ada kesempatan untuk berbicara dengannya. Harus dicari-cari cara agar aku bisa telpon suami kembali. Aku kangen dia saat berjauhan seperti ini. Meski kadang kata-katanya bikin kesal sendiri aku ingin berbaikan dengannya. Apalagi jauh begini.

Aku telepon dia dan mengatakan kepadanya tentang anak kami dengan nada lembut dan berusaha menjelaskan dengan baik. Alhamdulillah, beberapa kali sempat telepon-teleponan terkait seragam anak dan akhirnya beres. Suami pun mulai bisa lebih luwes bicaranya. Oh maas..., aku senang banget dengarnya. Jangan marah lagi ya masku...

Bagaimanapun karena kamu aku ada kan. Untuk di sisimu sebagai tulang rusukmu. Hoping you read this hihihi...

With love

Wassalamualaikum

Deeblue (Widita)

#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 07 November 2017

Day 6 Challenge: Perbaiki Apa yang Perlu Diperbaiki

Assalamualaikum wr wb.

Day 6 (out of 11 days left)

7 November 2017

Challenge
Perbaiki Apa yang Perlu Diperbaiki


Mohon maaf kalau kemarin hingga nanti hari Sabtu tulisannya akan lebih ala kadarnya. Aku sedang ada di luar kota dan jadwalnya pun cukup padat. Ini baru selesai yang harus dikerjakan dan berusaha "nyempilin" waktu untuk ngetik di handphone.

Biasanya ilham lebih enak mengalir kalau mengetik dengan si Levi, lenovo "gaban". Kalau sekarang mengetik sekenanya yang ada di dalam pikiran. Hihi...

Ok, let's get started

Judul diatas bukanlah akan bercerita tentang tukang ledeng ya...hehehe. Ini adalah judul tentang seseorang yang ingin belajar menjadi lebih baik. Aku tahu bahwa diriku masih sulit ternyata menjaga konsistensi. Walhasil, komunikasi sebelum pergi keluar kota memberikan akibat hingga saat ini. Dan aku pun sedih. Duh kok jadi suudzon ya. Tapi mau bagaimana lagi, aku merasakannya perubahan intonasi ataupun perkataan yang ia ucapkan.

Hem..ngomongnya ga seberapa panjang tapi efeknya kok ya jadi begini. Makannya dari kemarin masih berupaya mengatur supaya tidak bersifat terlalu memaksa serta intonasi yang lembut. "Kontrol Dita kontrol Dita", Lagi berusaha meracuni pikiran sendiri. Hehehe...Hanya saja, aku hanya bisa berkomunikasi lbh singkat melalui pesan singkat ataupun telepon.

So, kalau kata seseorang (anonim), "Penyesalan itu selalu datang belakangan kl duluan namanya Pendaftaran". Jadi harus menjaga agar berikutnya tidak lagi mengucapkan hal-hal yang kurang berkenan di hatinya. Karena hatinya adalah juga hatiku. Kami ini sebenarnya adalah satu.

Semoga komunikasi ini bisa tetap terjaga dengan baik ya. Aamiin...

Wassalamualaikum wr wb.

Deeblue (Widita)

#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip



Senin, 06 November 2017

Day 5 challenge: Long Distance Begin

Assalamualaikum wr wb

Day 5 (out of 12 days left)


Challenge
Long Distance Begin

Malam kemarin aku dan suami hanya sempat berbincang sebentar. Tidak banyak hal yang kami bicarakan. Lebih ke arah obrolan basa-basi dan kami berdua pun sudah capek.

Pagi pun, aku harus bersiap-siap berangkat pergi untuk keluar kota. Aku pun sempat meminta kepada suami apakah dia bisa mengantarkan aku ke bandara halim. Saat itu kondisinya dia masih sangat mengantuk dan terlalu terburu-buru menyampaikan keinginan. Aku memang salah memilih situasi untuk berbicara. Walhasil, suami sempat membalas dengan nada agak tinggi. Sempat aku pun agak memaksa sehingga situasi menjadi kurang enak. Aku pun sadar situasi yang ada dan merasa bahwa hal ini tidak bisa dilanjutkan karna akan memperkeruh suasana. Aku pun memilih untuk diam, ini tidak tepat.

Pembelajaranku adalah memang harus melihat situasi dan mencoba utk mencari momen yang tepat. Aku pun saat ini sudah berada di kota yang berbeda dengan suami. Beberapa kali sempat menelepon suami. Beberapa telepon berada pada momen yang kurang pas. Aku pun mencoba menelepon lagi saat sudah agak malam dan komunikasi sudah lebih lancar. Meski tidak banyak yang dibicarakan.

Nanti sebelum tidur akan mencoba telepon lagi untuk mengecek kondisi anak. Hehe beginilah long distance communication day 1 begin...hahaha...

Wassalamualaikum wr wb

Deeblue (Widita)

#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 05 November 2017

Day 4 Challenge: Bingkisan Nasi Goreng

Assalamualaikum wr. wb.

Day 4 (out of 13 days left)

5 November 2017


Challenge
Bingkisan Nasi Goreng

Semalem aku yang merasa kurang enak badan akhirnya nitip suami minta tolong untuk membelikan y**-c 1*** biar bisa lebih bugar.

"Assalamualaikum mas"
"Waalaikumsalam dit"
"Mas aku boleh minta tolong, beliin ****** gak? aku kurang enak badan soalnya", meminta dengan nada yang lembut berharap tidak mengganggu dia yang takutnya sedang bekerja.
"Iya boleh dit nanti aku beliin"
"Asikkk..."

Nah, ini juga buah hasil dari konsistensi ya...suamiku hingga hari ini berasa juga ketularan lembutnya saat di telepon. Ia juga tidak pakai kata-kata alternatif solusi lain seperti kamu coba cari di warung dekat rumah lah dan sebagainya dan sebagainya. Aku pun yang mendengarkan suami melembut juga merasa nyaman. Ooo, jadi gini ya kalau mendengar suara pasangan kita yang lembut, adem...

Biasanya, aku kerap kali menggunakan kata-kata yang diucapkan dengan tegas manja dan terkesan langsung. Maksudnya sih mau manja-manjaan berharap suami akan pengertian dan memahami situasi kita. Abis itu berharap dia mengalah dengan kata-kata, iya deh.

Tapi, ngademin ternyata dengan kata-kata lembut dan berusaha untuk tidak memaksakan situasi. Walhasil, suami pulang sembari nenteng kresekan hitam yang agak berat dan bentuknya besar. Ternyata dia bawa pulang nasi goreng mau ngajakin kita makan berdua bareng. Aih aih aih...Tapi lirak-lirik kanan kiri kok tidak ada benda yang aku titip ya. Coba nanya dengan lembut dan tidak marah-marah duluan, "Mas ****-nya mana ya?". Dia pun menjelaskan bahwa tidak menemukan yang diminta, malah dia beli obat s***flu sambil bilang sudah minum aja besok pagi juga sudah baikan. Aku sih coba menjelaskan baik-baik ke suami kalau tidak biasa minum obat jadi lebih milih minum vitamin. Dia pun terima penjelasan dan tidak merasa kecewa. Dia menyuruhku untuk simpan obatnya saja, kalau-kalau butuh.

Sayangnya belum sempat dipoto ya bingkisan nasi gorengnya karena saking telernya. 

Sambil teler karena kondisi badan kurang fit, berjalan sempoyongan ambil piring dan sendok untuk makan. Aku pun sambil mesem-mesem sendiri karena surprise yang diberikan oleh suami. Mungkin dia ingat yang kemarin, aku belum makan dan kelihatan lelah. So, dia belikan bungkusan nasi goreng yang bagi aku itu sudah sangat berharga. Bagi aku ini sudah seperti dikasih perhatian level bintang lima. hwekekekeke...Jadi, aku kasih nama bingkisan nasi goreng, bukan bungkusan hihi...Akhirnya aku anggap semalam adalah nge-date "maem nasi goreng satu berdua". Aiiihh co cweet....

Baru hari keempat menurutku efeknya sudah cukup dahsyat ya. Hehehe coba dari kemarin ya menjalin komunikasi yang lebih ademin hati ini. 

"Bingkisan Nasi Goreng", kau akan selalu berlabuh dalam kenangan berharga saat aku tengah berproses untuk perbaikan diri dalam menjalin komunikasi produktif.

Wassalamualaikum wr. wb.

deeblue (Widita)

#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 04 November 2017

Day 3 Challenge: Menjaga Konsistensi

Day 3 (out of 15 days left)

4 November 2017

Challenge

Menjaga Konsistensi


Kilas balik malam sebelumnya.



Malam sebelumnya ketika aku sudah capek. Aku berkata kepada suami kalau sedang merasa lapar. “Ya udah kamu ambil aja di tempat mama (notabene rumahku posisinya dekat dengan mertua)”, Kata suami. “Tapi aku udah capek mas udah gapapa”. Aku pun memilih mager sambil rebahan leha-leha. Tidak lama kemudian, suami tiba-tiba datang dengan membawakan piring berisi nasi dan lauknya. Surprise sekali loh. Saya tidak minta suami untuk mengambilkan tetapi suami menyediakannya khusus untukku. Ngasihnya sih dia tetap dengan wajah yang kaku, tetapi hati rinto gak tega lihat istrinya kelaperan hehehe.... Ini pun menurutku karena beberapa hari ini aku kerap menggunakan jurus gombal seribu bayangan hehehe....Dan tidak disangka ya, hal ini membuatku senang sekali ya...


Kembali ke hari ini.


Komunikasi lagi-lagi harus dilangsungkan melalui telepon siang dan sore ini. Pasalnya, aku harus bekerja dari pagi hingga sore hari. Jujur saja, aku sempat merasa capek karena waktu kerja yang cukup ketat hari ini. Dengan kondisi seperti ini tentunya akan membuat diri juga takutnya kurang bisa mengontrol emosi bahkan ketika di telepon. Tampaknya memang ujianku ketika menerima tantangan ini adalah lebih kepada menjaga konsistensi untuk menggunakan komunikasi yang produktif.
Salah satu pembicaraan di telepon:
“Mas, kira-kira bisa gak kalau aku dijemput di....(menyebutkan salah satu nama lokasi)?”
“Aduh gak bisa Dit, mending kamu naek ......(salah satu ojek online) aja. Aku juga biasanya naik .............”
“O ya udah mas gapapa. Aku naek itu aja ya”
“Iya dit”

Biasanya kl sudah sangat capek pasti akan menjawab dengan nada lebih tinggi dan kata-kata yang tidak bisa dikontrol dengan baik. Alias uda gak bisa bermanis-manis ria. Eh ini karena ingat dikasih tantangan seperti itu akhirnya coba lebih kelola diri sendiri. Aku meski tidak pake gombal-gombalan, akhirnya mengutarakan permintaan dengan cara yang lebih santun dan tidak memaksakan kehendak. Coba kl misalkan aku memberikan reaksi yang kurang tepat, ia sudah pasti merasa tersinggung. Tetapi ini aku berupaya untuk berbicara jelas serta bersikap legowo alias tidak memaksakan. Ia pun terdengar lebih tenang setelah aku mengatakan hal seperti itu. Walhasil akupun juga lebih tenang.

Keep fighting! menjaga konsistensi komunikasi produktif.


Deeblue (Widita)


#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip